Share

2.1

Aku menghela napas, daripada memikirkan omongan Mrs Elena dan sikap aneh Ben lebih baik aku tidur. Biasanya aku akan mudah tertidur setelah minum obat, tapi entah kenapa kali ini berbeda. Meskipun mataku terpejam, aku tidak benar-benar tertidur. Pikiranku melayang ke kejadian beberapa jam yang lalu.

Berbagai pertanyaan mulai berputar-putar dalam kepalaku. Dari bagaimana bisa sepatu boot-ku terlepas hingga mengenai kepala Jason.

Mungkin jawabannya karena aku kurang kencang mengikatnya dan sepertinya juga karena ukuran sepatu itu sedikit lebih besar dari kakiku, jadi ketika aku terpeleset sepatu itu terlepas bahkan terlontar sampai mengenai kepala Jason.

Pertanyaan pertama terjawab, sekarang pertanyaan kedua. Kenapa Jason bisa terluka separah itu? Aku ingat betul berapa banyak darah yang mengalir dari pelipisnya lelaki itu. Aku menghembuskan napas, berusaha menghilangkan rasa tercekat di tenggorokanku. Itu hanya sepatu boot, harusnya ia hanya benjol. Kenapa bisa sampai berdarah?

Oh, aku ingat! Ada ukiran besi dengan inisial namaku yang menonjol di sana. Pelipis Jason pasti tergores ukiran itu. Jason terluka karena kecerobohanku. Dan dia sekarang sedang mencariku untuk membuat perhitungan.

Pertanyaan ketiga muncul di kepalaku, apa yang akan Jason lakukan padaku jika ia tahu akulah pemilik sepatu boot yang menghantam kepalanya? Apa ia akan menghajarku?

Jason memang berandalan, tapi aku punya keyakinan kalau ia tidak akan menghajar wanita. Yah... semoga saja keyakinanku ini benar adanya.

"Ssshh," aku bangkit duduk setelah beberapa menit berbaring.

Obat yang diberikan oleh Mrs Elena sama sekali tidak membantu. Kepalaku malah semakin pusing memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Perasaan gelisah mulai menyerang, rasa mual yang sudah hilang kini kembali muncul.

Aku menatap kosong kakiku yang menjuntai ke bawah, menatap sepatu kets yang sekarang kupakai. Tadi setelah insiden di parkiran, aku langsung bergegas menuju loker sebelum berlari ke gedung sepuluh. Aku tak mungkin masuk kelas hanya dengan sebelah sepatu, aku juga bisa mati membeku--sungguh hiperbolis tapi suhu udara saat ini benar-benar dingin, beruntung aku masih menyimpan sepatu kets-ku di loker.

Aku masih mengamati sepatu kets ku selama beberapa detik sebelum mataku menangkap objek lain di bawah sana. Sepatu boots coklat yang tidak asing dimataku.

Itu sepatuku!

Aku nyaris melompat dari ranjang untuk mengambil sepatu boot itu jika saja tirai di depanku tidak terbuka dan menampakkan sosok yang sangat kutakuti saat ini. Sosok yang paling kuhindari eksistensinya.

Jason Butler!

Dia duduk sepertiku dengan kaki menjuntai ke lantai dan tangan kanan yang menyingkap tirai pembatas antara ruang kecil tempat ranjang yang ku tempati dengan ranjangnya. Di kepala lelaki itu ada perban dengan rembesan obat merah tepat di atas lukanya, syukurlah setidaknya rasa bersalahku sedikit berkurang melihat lukanya sudah diobati.

Namun saat mata hijau gelapnya menatapku dan pandangan kami bertemu.

Aku tercekat.

Mataku berkedip sekali dengan mulut yang terbuka, meraup udara sebanyak mungkin untuk mengisi kekosongan pada paru-paruku karena saat ini sulit bagiku bahkan hanya untuk sekedar bernapas dengan benar.

Seharusnya aku memikirkan kemungkinan buruk seperti bertemu dengan Jason di klinik. Alih-alih menyetujui Mrs Brown yang dengan seenaknya menyuruh Ben mengantarku ke tempat ini seharusnya aku tadi langsung minta ijin pulang.

Astaga, kenapa hari ini aku sial sekali?! Semoga tidak ada yang lebih buruk dari ini. Harapku sia-sia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status