Share

Sebuah Tim Baru

Aku dan Bimo memasuki sebuah gedung bertingkat tinggi. Sekilas aku melihat papan besar yang bertuliskan 'Frent Corporation Indonesia'.

Walaupun aku tidak lulus di sekolah dasar, tetapi aku mampu membaca tulisan yang berhuruf kapital itu.

“Nina, apa tuan besar ada di ruangannya?” tanya Bimo pada salah satu karyawan kantor yang ia jumpai.

“Sepertinya tuan masih ada di ruangannya,” jawab karyawan wanita itu. Lalu Bimo berjalan menuju ruangan yang ada di lantai lima dan aku hanya mengikutinya saja.

Ting.

Bimo dan aku memasuki sebuah ruangan yang ukurannya cukup besar dan mewah. Pandanganku melihat ke seorang pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kerjanya. Ia sepertinya sedang sibuk dengan laptopnya.

“Permisi, Tuan,” ucap Bimo dengan begitu sopannya. Pria tua itu menutup layar laptopnya dan berjalan menghampiri kami berdua.

“Sesuai perintah, aku membawa tuan Reyn padamu.”

“Bisa tinggalkan aku berdua dengannya, Bimo,” perintah pria tua itu. Bimo yang mendapat perintah dari atasannya hanya menurutinya saja. Ia keluar dari ruangan tersebut, meninggalkanku bersama pria tua yang ada di hadapanku saat ini.

“Reyner Zelyoorh.”

Aku mendengus kesal kala ia menyebutkan nama lengkapku. Aku paling tidak suka jika ada orang yang menyebut nama asliku bahkan sampai ke nama lengkapku.

“Ck, namaku Reyn. Cukup panggil aku dengan Reyn. Tak perlu menyebutkan nama lengkapku. Aku tidak suka!”

Ia terdiam sejenak seraya mengernyitkan dahinya, beberapa detik kemudian ia tertawa dengan keras hingga menggema ke seisi ruangan.

“Aneh sekali kau. Mana ada orang yang tidak menyukai namanya sendiri. Dasar manusia aneh.” Aku menatapnya dengan tatapan tajam.

Aku menyadari bahwa ia sedang menertawaiku dan aku sangat membenci itu. Satu detik kemudian aku menarik kerah kemeja birunya dengan amarah yang membara. 

“AKU TIDAK SUKA KAU MENERTAWAIKU!”

Aku membentaknya dengan keras, aku bahkan tak peduli jabatannya sebagai CEO perusahaan terkenal. Yang aku tahu, apapun yang membuatku marah akan aku habisi meskipun itu orang-orang yang berkuasa sekalipun.

Pria itu tak menanggapi amarahku sama sekali, ia masih cukup tenang. “Santai saja, Reyn. Itu kan yang kau mau. Menyebut namamu hanya dengan nama Reyn saja,” ujarnya.

“Aku tidak ingin mencari masalah denganmu, justru aku ingin mengajakmu bekerja untukku. Sepertinya Bimo sudah menjelaskan semuanya padamu, bukan?” Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa berkata-kata apapun lagi.

“Langsung saja. Namaku Jeff, orang biasa memanggilku dengan tuan Jeff. Aku CEO Frent Corporation.”

Aku hanya menyimak setiap perkataan yang dilontarkannya. Aku seperti anak sekolah yang sedang mendengarkan gurunya menjelaskan materi suatu pelajaran.

“Jadi begini, akan ku jelaskan inti permasalahannya. Aku mempunyai musuh dalam bisnisku. Kau tahulah, bukan hanya perusahaan saja yang mempunyai pesaing. Bahkan pedagang soto yang baru saja kau makan pun pasti mempunyai pesaing yang sama.”

Aku mengangkat alisku sebelah mendengar pria itu berbicara tentang soto mie yang baru saja ku makan. Dari mana ia tahu. Aku hampir lupa bahwa pria yang ada di hadapanku ini adalah orang kaya dan dengan mudah mengetahui apapun.

“Aku ingin kau menculik anak kesayangan Coudry Limantara.”

Aku membulatkan mataku tak percaya dengan ucapannya. Apa dia sudah gila menyuruhku menculik anak semata wayang Coudry Limantara.

Coudry Limantara, nama itu tidak asing di telingaku. Aku memang tidak mengenalnya. Namun, aku sering mendengar namanya. Ia adalah CEO perusahaan Limantara Group. Perusahaan terkaya pertama di jajaran perusahaan-perusahaan ternama lainnya.

Pantas saja tuan Jeff memintaku untuk melakukan penculikan, ternyata yang akan aku culik adalah anak konglomerat. Dasar licik, bisa-bisanya tua bangka ini memanfaatkanku.

“Pak tua, kau sudah gila? Coudry Limantara itu bukan orang sembarangan,” protesku.

“Maka dari itulah aku meminta jasamu, Tuan Reyn. Karena aku tahu bahwa kau pun bukan orang yang sembarangan. Aku tahu jejak kerjamu. Aku akui caramu membunuh pejabat tinggi itu cukup fantastis dan aku mengidolakanmu,” celotehnya yang membuatku bosan mendengar kata-kata basa-basinya.

Namun, aku memang banyak tawaran pekerjaan setelah aku bisa membunuh pejabat tinggi itu. Bukan hal yang aneh bagiku membunuh tanpa sepengetahuan hukum. Bahkan hukum pun sudah kebal untukku.

Para konglomerat itu memang sudah berkawan dengan para aparat hukum. Maka tak heran jika pembunuhan yang ku rencanakan berjalan tanpa adanya sangkut paut hukum.

“Baiklah aku menyetujuinya.”

Aku menyukai tantangan dalam hidupku, maka aku akan melakukan penculikan tersebut dan sebagai imbalannya tuan Jeff akan memberikan apapun untukku. Wah, kini aku merasa menjadi seperti sultan. Jarang sekali ada CEO terkaya sepertinya menuruti kemauanku.

Pria tua itu menyunggingkan seulas senyum padaku. “Kalau begitu, ikutlah dengan Bimo. Dia akan memberikanmu sebuah tim kerja untuk menculik anak tersebut. Aku ingin kau melakukannya dengan pintar,” paparnya.

“Percayakan semuanya padaku dan aku tidak akan mengecewakanmu, Tuan.”

Jeff meraih teleponnya yang terletak di atas meja dan menghubungi Bimo. Tak lama Bimo datang menghampiri kami.

“Bimo, kau urus pertemuan Reyn dengan para anak buah yang sudah ku siapkan khusus untuknya,” titah Jeff. Bimo pun hanya mengiyakan perintah tuannya.

**

Satu jam perjalanan, akhirnya kami tiba disebuah rumah bertingkat dua di perumahan mewah yang terletak disalah satu daerah ibukota.

Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar rumah tersebut. Ini adalah rumah yang Jeff berikan untukku tinggal selama aku dalam misi penculikan ini. Tentunya aku tidak tinggal sendiri melainkan dengan empat anak buahku yang sudah disiapkan matang-matang oleh Bimo.

“Jadi ini rumahnya?” tanyaku.

“Benar, ayo masuk!” seru Bimo.

Kami pun memasuki rumah mewah tersebut. Di dalamnya terdapat banyak sekali barang-barang mewah yang sudah tersedia untukku. Inilah enaknya menjadi kepercayaan orang kaya, apapun yang kita mau akan dituruti.

Bukan hanya benda-benda mewah, bahkan empat anak buahku sudah berdiri didekat ruang tamu yang berukuran besar.

“Perkenalkan ini adalah empat anak buah yang tuan Jeff janjikan,” ucap Bimo. “Hei kalian, perkenalkan nama kalian satu persatu,” lanjutnya.

Seorang berbaju hijau tua dan celana hitam melangkah mendekatiku. “Perkenalkan namaku Ganan Simatupang, aku asli Medan,” ucap Ganan dengan logat Batak yang khas.

Ganan Simatupang, pemuda yang usianya lebih tua dua tahun dariku. Ia asli keturunan Medan. Ia adalah ketua geng motor jalanan yang sangat pintar dalam motor dan sangat ahli dalam mesin. Ia biasa melakukan balapan liar bersama teman-temannya. Maka tak heran jika Ganan bisa mengendarai motor secepat kilat.

“Aku Umar Ferdiansyah, aku pembunuh bayaran juga sepertimu tapi aku masih pembunuh junior,” jelas pria kedua yang berbadan gendut dan pendek.

Umar Ferdiansyah adalah pria yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran selama 3 tahun terakhir ini. Sudah pernah membunuh lebih dari 50 orang.

Setiap kali ingin membunuh seseorang atau sedang melancarkan pekerjaannya ia harus makan dengan porsi yang banyak dahulu, harus ada ayam dan daging. Itu adalah makanan kesukaannya. Pantas saja badannya sangat gemuk dan besar.

“Namaku Niky Septiano, preman pasar yang sudah menjaga pasar dengan aman selama tiga tahun lebih,” ucap pria ketiga yang tampak seperti aktor Korea.

Pria berbadan tegap, berkulit putih dan bermata sipit itu bernama Niky Septiano, ketua preman pasar yang sangat pandai dalam bela diri. Meskipun preman, ia banyak sekali pengagum dan pengikut di sosial medianya yang tak lain dirinya adalah selebgram.

“Kalau namaku Marco Raditya, profesiku memang penculik jadi aku sudah banyak strategi untuk menculik anak Coudry Limantara,” jelas pria terakhir.

Pria berbadan kurus dan berambut gondrong bernama Marco Raditya, seorang penculik handal yang sudah aktif menjalani pekerjaannya selama 5 tahun, dari berbagai pekerjaan culik-menculik sudah ia tekuni baik menculik anak kecil, perempuan, laki-laki maupun nenek-nenek.

Tanpa mereka menjelaskan dengan detail pun aku sudah mengetahuinya terlebih dahulu karena Bimo baru saja memberikan sebuah kertas yang menceritakan asal usul dan jati diri mereka. Aku juga tahu siapa orang tuanya dan kehidupannya.

Aku saja sampai heran dari mana Bimo mendapatkan informasi selengkap itu. Bimo memang tangan kanan yang bisa diandalkan. Beruntung Jeff memiliki orang kepercayaan sepertinya.

“Kalian akan tinggal di sini selama dalam misi penculikan anak Coudry Limantara, semua yang kalian butuhkan sudah ku siapkan. Jika ada yang ingin ditanyakan bisa menghubungiku. Aku masih banyak pekerjaan di kantor, aku tinggal dulu. Selamat beristirahat,” jelas Bimo pada kami dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan kami berlima.

“Wah, besar sekali rumahnya. Seluruh keluargaku di Medan pasti muat di dalam rumah ini,” celoteh Ganan dengan logat Batak yang selalu melekat dalam dirinya.

“Memangnya keluargamu banyak sekali ya?” tanya Marco. “Banyak sekali lah, ada dua. Aku serta bibiku.” Ketiga pria di samping Ganan menjadi kesal dengan kata-kata Ganan. Sementara aku tidak menanggapinya sama sekali.

“Ku kira keluargamu segudang, ternyata hanya dua,” protes Niky.

“Tuan Reyn, apa langkah pertama kita untuk menculik anak itu?” tanya Umar yang terlihat serius daripada yang lainnya. Justru sepertinya hanya Umar yang sangat serius bekerja.

“Nanti akan aku buat strategi yang tepat agar tidak terjadi kesalahan,” jawabku.

“Kalau begitu harus menyediakan banyak ayam goreng di rumah ini, Tuan,”

“Ayam goreng?” tanya ketiga pria lainnya yang ikut dalam pembicaraan. “Kalau kita mau mengerjakan sesuatu dengan baik itu harus ada asupan makanan yang baik juga, salah satunya persediaan ayam goreng.”

Marco, Niky dan Ganan dibuat kesal oleh Umar. Aku pun juga. Aku salah mengira dia akan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya ternyata sama saja seperti yang lainnya.

“Oh iya satu lagi, jangan memanggilku tuan. Panggil aku Reyn, tapi jangan sekali-kali kalian memanggil nama lengkapku,” ujarku yang hanya dijawab anggukkan kepala oleh mereka berempat.

Aku melangkah pergi meninggalkan mereka yang masih memperdebatkan tentang hubungan ayam goreng dan misi penculikan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status