Berbagi Pilar

Berbagi Pilar

By:  hello.damension  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Keputusan Ninet untuk menjodohkan Sila, sahabatnya, dengan Pilar, suaminya, menghadirkan ketegangan baru di tengah rumah tangga mereka yang harmonis. Pertentangan dari keluarga besar tidak dapat dihindari, sementara kabar yang beredar di sekitar pun banyak yang menyudutkan. Saat akhirnya Pilar dan Sila menjadi semakin dekat, di saat itu kehidupan Ninet perlahan berubah. Gejolak hubungan antara cinta dan persahabatan menjadi taruhan. Tentang masa lalu dan masa depan, siapakah yang akan bertahan?

View More
Berbagi Pilar Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
6 Chapters
Berbagi Pilar
Ninet masih ragu untuk menyampaikan permintaannya kepada Pilar. Apalagi ini bukan permintan yang bisa diterima nalar manusia pada umumnya. Wanita gila mana yang meminta suaminya untuk menikah dengan orang lain sebagai kado ulang tahun pernikahan? Tidak waras adalah kata yang tepat untuk keputusan Ninet.-Sil, makanannya udah sampai, nih, aku belum coba, tapi aku yakin enak--tengkyu, yaa-  Barisan teks yang Ninet kirim setelah pesanan lauk pauknya datang tepat waktu. Waktu menunjukan pukul lima sore. Ninet bergegas mencari kontak di ponselnya untuk ia hubungi.Pilar langsung melontarkan pertanyaan ketika terhubung dengan Ninet lewat udara, “Sayang, kamu serius kali ini nggak mau dinner di luar?”“Nggak, Mas, aku udah siapin makanan, kita makan di rumah aja.” jawab Ninet.“Nggak spesial, dong. Sama aja makan malam reguler.” Pilar sedikit protes.“Spesial, kok, ini makana
Read more
Sahabat Lama
Sekitar empat bulan yang lalu.“Nanti kabarin aku kalau mau pulang, ya?” ujar Pilar sebelum masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan ke kantor.Tepat pukul delapan lewat sepuluh pagi, Ninet sudah berada di depan rumah sahabat lamanya. Sahabat yang sudah lima tahun tidak ia jumpai karena kepindahannya ke luar kota. Rumah yang menyimpan banyak kenangan itu kini akan ia masuki tanpa harus memandangi dari luar jika ia kebetulan melewati. Pagar besi itu masih sama seperti dahulu, hanya kini lebih berkarat dan sedikit sulit didorong saat ia mencoba membukanya.“SELAMAT PAGI IBU PRISILA ANINDYA HARIADI” Ninet sengaja mengeraskan suaranya tepat di depan pintu rumah. Tidak ada jawaban dari dalam. Ia mencoba mengetuknya berkali-kali. Masih tidak ada jawaban. Lebih dari lima menit Ninet menunggu sampai akhirnya ia mencoba menghubungi Sila lewat sambungan telepon.“Yah, kok, nggak diangkat?” bisiknya.Dua puluh menit
Read more
Menebus Dosa
“Pak Pilarjati?” seorang lelaki gemuk dengan seragam hitam datang menghampirinya. “Iya, Pak, ini saya.” Pilar menjawab. “Viviere, ya, Pak?” tanya lelaki itu mengonfirmasi. “Betul, Pak.” Ninet yang berada di sebelah Pilar hanya diam menyaksikan percakapan antara Pilar dan lelaki yang ia Yakini adalah karyawan dari resort yang sudah suaminya pesan. “Ayo, kita ke mobil” Lelaki itu mengajak kedua pasangan ini untuk mengikutinya menuju mobil jemputan fasilitas dari resort. Ninet dan Pilar tiba di bandara sekitar sepuluh menit yang lalu. Ninet mengenakan blus corak batik tanpa lengan yang panjangnya tidak lebih dari lima senti di bawah perut, ia mengombinasikannya dengan celana jin pendek yang hanya menutupi setengah bagian pahanya, sedangkan Pilar hanya memakai kaus polo berwarna merah dan celana jin panjang andalannya. Setelah memasukkan beberapa koper bawaan ke bagasi, mereka langsung naik ke dalam mobil berwarna putih yang dengan
Read more
Masih Sama
  Jika bukan karena masih memiliki hubungan darah, Sila segan untuk mengerjakan pesanan mendadak dari Dora. Ia heran mengapa Dora selalu memesan makanan kepadanya secara tiba-tiba. Persis kemarin petang, Dora menghubunginya untuk memesan lima puluh porsi nasi kuning lengkap dengan lauk yang harus diselesaikan pada pagi hari ini. Bukannya ia menolak rejeki, tetapi jika mendadak seperti ini akan membuatnya kalang kabut. Ia tidak suka diburu waktu. Dengan mengandalkan sisa-sisa rasa hormatnya kepada Dora, ia mengorbankan jam tidurnya untuk menyelesaikan pesanan. Merasa perlu bantuan, akhirnya subuh tadi ia meminta Biroh, pembantu rumah tangga Dora, untuk datang membantunya. Sila baru saja mematikan kompor yang ia gunakan  untuk menanak nasi kuning, “Akhirnya”, bisiknya. Ia melirik Biroh yang sedang menggoreng ayam dan tempe yang sudah diungkep semalam. Dengan ini berarti lengkap sudah pesanan Dora ia kerjakan. “Mbak, ini langsung dibawa aja, ya?” tanya
Read more
Malaikat Tak Bersayap
Ninet sedang menunggu namanya dipanggil untuk masuk ke dalam ruang konsultasi, di sebelahnya, Pilar sibuk membalas beberapa pesan yang masuk di ponselnya sambil sesekali memandangi layar monitor yang menampilkan informasi terkait antrean hari ini. Hanya tersisa satu pasien di depan nomor antrean Ninet, yang berarti jika tidak ada kendala, kemungkinan sekitar dua puluh menit lagi Ninet akan bertatap muka dengan Jun, salah satu dokter obgyn di rumah sakit tersebut.  Tiba-tiba beberapa bulir keringat di dahi Pilar berjatuhan. Tubuhnya sedikit bergemetar, kepalanya seakan berputar pelan, membuat isi perutnya seakan mau keluar.  Pilar menahan rasa mualnya sesaat, ia meraih punggung tangan Ninet seraya mengusapnya lembut, "Aku mau beli minum, kamu mau nitip?" tanya Pilar. "Nggak, Mas" Ninet melirik Pilar, "Jangan kelamaan, ya, ini sebentar lagi giliran kita."  "Iya, aku cuma beli minum aja, kok." Jawab Pilar berbohong. ____ Se
Read more
Kesalahan Bersama
Sepasang kaki berjalan lengkah demi langkah menuju ke suatu tempat. Tepat di depan sebuah kedai kopi yang terletak di dalam pusat perbelanjaan di tengah kota, langkah kaki Ninet terhenti, dari luar ia melihat ke sekitar untuk menemukan sosok lelaki yang telah menunggunya. Kalau bukan karena cerita Pilar bahwa Hansen Purnama, teman dekatnya saat di kampus dahulu, kini sudah menyusut secara fisik, ia tidak akan percaya dengan apa yang matanya tangkap saat ini, sesosok pria berkacamata yang sedang fokus dengan ponselnya, mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru, tampak rapih dengan rambut klimis bak eksekutif muda. Benar, ini bukan Hans yang ia kenal sebelumnya. Ninet pun masuk ke dalam. "Aku tahu kamu pasti muak dengar ini, but you look different." kalimat pertama yang keluar dari bibir Ninet.  Hans yang sedikit terkejut dengan kehadiran Ninet, langsung memasukkan poselnya ke dalam saku celana, "Eh, silakan, Net." ucap Hans mempersilakan. Ninet duduk
Read more
DMCA.com Protection Status