Share

Bab 4

Siang ini di kantor PT Sanjaya Sawit.

“Kemarin saya ditolong oleh seorang teman, Pak," ungkap Grace.

Bobby berkata, “Baiklah. Bilang pada temanmu itu kalau Bapak butuh bantuan dia.”

Ada beberapa orang di kantor ini mengaku bahwa ponsel dan media sosial mereka telah diretas oleh hacker. Sebagian dari mereka juga mengaku telah kehilangan sejumlah uang, bahkan sampai puluhan juta. Bau-baunya perusahaan akan berdampak juga.

Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, makanya Bobby sudah mengambil ancang-ancang terlebih dahulu.

“Baiklah, nanti akan coba saya bicarakan lagi dengan teman saya, Pak Dirut,” pungkas Grace, kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Sore harinya ketika pulang kerja, Grace menelepon Stefan dan bilang kalau dia minta antar ke rumah secara offline tanpa aplikasi. Sesampainya di depan kantor PT Sanjaya Sawit, Stefan kaget. Ini adalah kantor milik mertuanya sendiri.

Ini adalah kesempatan emas. Sebaiknya nanti pas pulang narik saja dia bilang kepada mertuanya bahwa dia bisa membantu mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi oleh para karyawannya. Jika Stefan bisa membantu, kemungkinan besar dia akan bisa diterima bekerja di kantor ini.

“Sudah menunggu lama?” tanya Grace yang baru saja keluar dari gedung kantor menuju trotar. Di sana Stefan sudah menunggu dari tadi.

“Belum sepuluh menit,” balas Stefan sambil memberikan helm kepada Grace.

“Lumayan lama juga itu, Stefan. Oke. Ayo kita pulang!”

Grace pun duduk di boncengan belakang. Stefan menarik cukup kencang gas sepeda motornya. Setelah melewati Jalan A. Rivai, mereka melalui Jalan Veteran, lalu berbelok ke kiri masuk ke Jalan Rajawali. Setelah melewati Jalan M. Isa dan tiba di Underpass Simpang Patal, mereka berbelok ke kanan di Jalan A. Rozak, terakhir belok kiri masuk ke Celentang. Grand Garden berada di Celentang.

Selama dalam perjalanan, Grace terus menceritakan soal pengalaman kerjanya di PT Sanjaya Sawit kepada Stefan. Rupanya Grace sudah cukup lama juga bekerja di sana.

“Kenapa tidak bawa kendaraan sendiri?” tanya Stefan.

“Aku tidak bisa bawa sepeda motor. Kalau mau berangkat pakai mobil, huh, macet, malas, jadi mending naik ojek online saja.”

“Bagaimana kalau aku jadi langganan pas mengantar kau pulang kerja?” tawar Stefan berharap-harap.

“Boleh juga. Memangnya kau selalu stay di sekitar pusat kota pas sore hari? Bagaimana kalau kau sedang berada jauh ketika aku sudah pulang?”

“Tenang. Kalau sudah hampir sore, aku tidak akan jauh dari sana. Intinya, akan aku usahakan.”

Grace berwajah cantik, mirip Maudy Ayunda. Tubuhnya tidak ramping dan tidak pula kegemukan, bisa dibilang cukup mont0k. Karena posisinya sekretaris kantor yang terbiasa berbicara di hadapan banyak orang, Grace punya suara tegas yang enak didengar, mirip suara teller bank atau penyiar radio.

Ada satu karyawan kantor yang mencoba bersedia dibantu oleh Stefan dalam penanganan kasus penyadapan dan pencurian uang. Stefan dijanjikan bayaran sebesar tiga ratus ribu rupiah. Besok pagi Grace akan memberikan data si korban. Jika Stefan berhasil, akan ada tiga atau empat karyawan lagi yang bersedia minta bantuan.

“Besok pagi, kau pinta data-data mereka melalui chat atau email. Aku akan mengurusnya dari rumah.”

Stefan melanjutkan pekerjaanya sampai jam delapan malam. Dari pagi sampai malam total dia dapat lima belas orderan. Uangnya sekitar dua ratus ribu. Lumayan buat hari ini.

Sebelum pulang, Stefan membeli pizza seharga sekitar seratus dua puluh ribu untuk keluarganya. Stefan ingin buat istri, mertua, dan iparnya senang terhadapnya. Dia ingin sekali agar mereka menghilangkan stigma dan segala macam cap buruk terhadapnya.

Stefan memakirkan sepeda motornya di halaman depan rumah, lalu dia mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Hanya istrinya yang mau membukakan pintu. Sementara yang lain pada sibuk masing-masing.

“Lain kali jangan terlalu malam pulangnya,” ujar Lionny sembari mengambil helm dari tangan Stefan.

Stefan menatap bahagia dan berkata, “Biar dapat banyak kalau pulang malam.”

“Tapi kau baru saja sehat. Kami khawatir terjadi apa-apa. Ditambah, kau kan bekerja di jalan.”

“Tenang saja. Aku sudah sehat.”

Begitu Stefan tiba di ruang keluarga, sontak mertua dan iparnya berbarengan menutup hidung.

“Bau sekali!” keluh Robert.

“Astaga! Keringatnya minta ampun!” cerca Luchy.

“Kau jangan dekat-dekat!” Chnytia mendengus-dengus.

“Stefan, mandi cepat! Alangkah bau kau ini!”

Bukannya tersinggung, Stefan malah senyum sambil menggeletakkan pizza ke atas meja. “Orderan hari ini cukup banyak. Jadi ini ada rezeki lebih. Bisa makan sama-sama.”

Kemudian Stefan melangkah ke kamarnya. Lionny ingin menghampiri Stefan tapi dilarang oleh ayah dan ibunya.

“Biarkan dia, Lionny. Kau tidak usah lagi perhatian sama dia,” ucap ibunya ketus.

“Apa kalian mau makan pizza pembelian orang hilang ingatan itu?” tanya Bobby sambil mengucek-ngucek hidungnya yang tidak gatal.

Istrinya, Robert, dan Luchy serempak menjawab, “Tidak!”

Tapi Lionny membisu.

Robert merampas kotak pizza itu lalu meremuk-remuknya, kemudian melemparkannya ke kotak sampah di luar pagar. Tak lama setelah itu seorang pemulung lewat dan mengambil pizzanya.

Setelah mandi dan wangi, Stefan lantas duduk di samping istrinya, mengawasi kedua mertuanya dengan wajah berseri-seri, senyumnya mengembang. Lalu, diawasinya juga kedua adik iparnya. Stefan bahagia sekali.

“Cepat sekali pizza-nya habis. Pasti kalian sangat lapar. Besok akan aku beli lagi dengan ukuran jumbo. Maaf tadi ukurannya agak kecil. Aku kira cukup buat kalian berlima.”

Robert beranjak dan menggandeng tangan adiknya Luchy dan berkata, “Cepat kabur! Mau kau ketularan tidak waras?”

“No! Ih, takut!”

Mereka berdua meloncat dari sofa ruang keluarga kemudian melangkah ke kamar masing-masing yang berada di lantai dua.

Chyntia sang ibu mertua terus memperhatikan gerak-gerik dan ucapan menantunya selama beberapa hari ini. Sepertinya Stefan semakin lama semakin ada perkembangan. Jika Stefan benar-benar sembuh, bisa dijadikan babu rumah tangga, pikirnya.

Stefan menatap mata ayah mertuanya. Sambil menggagahkan diri dia bicara. “Sepertinya beberapa karyawan di perusahaan Ayah sedang ada masalah. Ponsel dan medsos mereka diretas. Uang mereka dicuri. Jika dibiarkan, hacker kemungkinan akan meretas sistem keamanan perusahaan. Jika benar-benar terjadi, perusahaan bisa bahaya.”

Bobby masih saja mengucek hidungnya. Beliau menjawab omongan Stefan dengan tatapan sinis. “Kau ingin sok jadi pahlawan? Tidak usah repot-repot! Aku sudah punya seseorang hacker andal yang akan mengatasi masalah para karyawanku.”

“Aku yakin bisa membantu Ayah. Tidak perlu menyuruh orang itu.”

“Kau ini terlalu ngawur. Jika masih seperti ini, serius akan kami masukkan kau ke dalam rumah sakit jiwa.”

Stefan menghela napas. Dia tidak menyerah. “Buktinya, aku sudah membantu seorang wanita kemarin.”

“Sudah dibilang tidak perlu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status