Robert dan Luchy masih saja tidak percaya kalau Stefan sudah bisa beraktivitas normal seperti orang pada umumnya. Dua orang itu sibuk saling tanya, kira-kira keajaiban apa yang datang sehingga ipar menyedihkan itu bisa berbicara lancar dan disuruh-suruh.
“Apa dia kemasukan jin penunggu di rumah ini?” tanya Luchy sambil cengengesan.“Bisa jadi, Dik. Dia kan sering melamun.”“Bagaimana kalau kita kerjain dia, Kak?” ajak Luchy yang sedang menikmati sarapannya di ruang makan.“Boleh juga. Sudah beberapa hari ini kita kurang hiburan di rumah,” Robert menyepakati.Robert dan Luchy beranjak, lalu pergi halaman samping rumah. Mereka lihat Stefan sedang menyiram tanaman.“Monyet, tolong ambilkan jambu itu!” perintah Luchy yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya.Stefan termangu-mangu. Dilihatnya ke atas. “Luchy, buahnya belum matang. Masih hijau," elak Stefan ragu.“Serius kau tahu buah matang atau belum matang? Kau bisa membedakan antara warna merah dan hijau?”Stefan manggut. “Nanti kau sakit perut kalau makan buahnya.”Robert yang usianya lebih muda enam tahun dari Stefan menepuk-nepuk pundak Stefan. “Panjatlah pohon itu. Ambilkan buah yang paling atas.”Tidak berpikir lagi, Stefan bergegas memanjat batang pohon jambu setinggi tiga meter lebih ini, kemudian terus memanjat sampai ke ranting paling atas. Stefan agak kesusahan meraih buah paling atas karena dedaunannya sangat lebat.Luchy si bocah kelas 12 SMA berlarian masuk ke rumah, lalu menjerit histeris, “Ayah, Ibu, Stefan belum sembuh. Lihatlah dia di halaman samping!”Bobby dan Chyntia bergegas. Melihat Stefan sedang asyik bergelantungan, suami istri itu pun terperanjat.“Woi kera!” lolong Bobby. “Siapa yang suruh kau manjat pohon ha?”“Buahnya belum matang, Bodoh!” lolong Chyntia mengernyit. “Cepat turun! Nanti kau jatuh, kami pula yang susah.”Lionny terkejut. Ada keributan apa di luar sana?“Astaga! Stefan, turunlah!” pekiknya.Robert dan Luchy buru-buru kabur dengan sepeda motor masing-masing. Dua orang itu tertawa geli sambil menarik kencang gas sepeda motornya.Akhirnya Stefan perlahan-lahan turun. Dia mengeluarkan satu buah jambu berukuran kecil dan masih sangat hijau dari kantung celananya. Stefan mengedarkan pandangan. “Mana Robert? Aku mau ngasih ini ke dia.”Bobby menggeleng-geleng. “Rupanya kau berpura-pura sembuh, Stefan. Nanti akan aku pesankan lagi obatmu. Kali ini kau habisi dua ratus biji.”Chyntia kesal. “Kalau sudah tugas di halaman, cepat kau masuk. Piring dan pakaian kotor sudah menunggu.”Bobby melenggang dan meninggalkan menantu bodoh ini. Begitu juga istrinya, mending langsung pergi ke pasar pagi-pagi daripada berurusan dengan orang gila ini.Lionny mendekati Stefan. “Sayang, seharusnya kau tidak perlu melakukannya.”“Luchy dan Robert ....”“Sudahlah. Aku baru saja percaya kalau kau sudah baikan, tapi malah kau buat ulah lagi.”“Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin buktikan pada dua adikmu.”Sebelum berangkat, Stefan mendapat pesan istimewa dari ibu mertuanya.“Bawa uang yang banyak! Supaya bisa beli obat!”Stefan menyalakan mesin sepeda motornya, lalu berpamitan.“Stefan tunggu. Untuk makan siangmu,” Lionny memberikan kantong plastik kresek warna hitam, ada air mineral juga.Stefan pun pergi dengan semangat meski goresan luka di hatinya terus bertambah dan bertambah.Di dapur ketika sedang masak, Chyntia marah sama anaknya. “Kenapa kau buatkan makan siang untuknya, Lionny?”Lionny membalas pelan, “Aku kasihan sama dia, Bu.”“Kau lihatlah. Dia belum sembuh kan?”Lionny tak menjawab, karena jika dijawab, perdebatan ini akan semakin panjang. Saban hari terdengar panas dikupingnya sebuah kalimat tentang perceraiannya dengan Stefan. Kedua orang tua Lionny telah sepakat agar dia mending bercerai saja daripada hidup serba tak enak.Namun, Lionny masih punya hati. Kasih sayangnya terhadap suaminya dan provokasi dari keluarganya seperti dua energi yang saling berlawanan. Di saat dia menuruti kata hatinya, di saat itu pula ada semburat gelap yang menohok sanubarinya sehingga jadi ambigu, bingung mau pilih jalan yang mana.===>>>0<<<===Siang yang terik. Tetapi pepohonan yang rindang di sekitar Taman Kambang Iwak menjadi peneduh. Riak air danau di tengah sana sungguh sedap didengar. Ada satu dua orang yang berlari-lari membakar kalori di joging track.“Ayo kita makan bareng, John!”“Silakan, Stefan. Aku masih nunggu orderan tunai. Nanti aku akan beli nasi bungkus kalau sudah dapat.”“Belum tentu kau dikasih orderan tunai. Sekarang sudah hampir jam dua. Jam berapa lagi kau mau makan? Ayo!”Stefan membagi dua nasi gorengnya.“Masakan istri?” tanya John sambil makan dengan lahap.“Ya. Kau masih bujang?”“He-e.” John agak kesusahan bicara karena mulutnya dipenuhi nasi.“Menikahlah. Biar ada yang masakin.”“Aku mau nabung dulu yang banyak. Ada cerita kawanku. Satu tahun menikah. Hampir setiap hari direpeti oleh mertuanya karena penghasilannya minim. Wajar. Dia cuma kuli bangunan.”“Itulah risikonya kalau berkeluarga, apalagi kalau menumpang sepertiku. Jadi banyak-banyak sabar saja."Kasihan John. Dia anak pertama dari empat bersaudara. Dia harus menghidupi ibunya yang sudah janda dan ketiga adiknya yang masih sekolah. Sementara ibunya berjualan pempek kecil-kecilan di depan kontrakan sepetak mereka.Jika orderan sepi, John terkadang terpaksa harus berutang dengan teman-teman dekat untuk menutupi biaya sehari-hari keluarga. Sudah cukup sering John memasukkan berbagai macam lamaran pekerjaan tapi hasilnya nihil.Maka jalan satu-satunya untuk mencari nafkah hanya mengandalkan ojek online saja. Meskipun sudah berumur tiga puluh dua tahun, terpaut delapan angka dari umur Stefan, namun langkah yang diambil oleh John dalam menunda pernikahan sangat tepat.Ditambah, ketiga adik John semuanya cewek, kelas tiga SMP, kelas enam SD, dan satu lagi kelas satu SD. Mereka bertiga bisa diandalkan dalam membantu ibunya berjualan, itu saja. John menjadi tulang punggung keluarga di tengah zaman susah.John bercerita bahwa dia sempat kepingin jadi hacker!Semakin seru obrolan mereka, semakin sore hari, semakin terasa sepi pula orderan. Hari ini Stefan hanya dapat tiga orderan dan John juga sama, tiga. Bukan hanya mereka, driver lain juga merasakan hal yang sama, tidak se-gacor dulu.“John, apa sekarang para driver masih ada yang pakai mod, fake GPS, nuyul dan semacamnya?”“Penyedia layanan sekarang sistemnya makin canggih. Tidak seperti dulu, orang main curang supaya bisa gacor. Soalnya kalau pakai cara kotor, akan langsung terdeteksi, lalu akun langsung suspend.”“Jika aku buat akunmu gacor bisa sampai tiga puluh orderan sehari tanpa suspend, apa kau mau?”“Tanpa suspend? Jelas maulah. Aku banyak utang sekarang, Stefan, dan semua harus aku bayar.”“Serius mau?”“Mau. Tapi mustahil bisa tidak terdeteksi.”Stefan senyum. “Kau tenang saja.” Stefan akan merancang sebuah program untuk meng-gacor-kan akunnya. Lihat saja besok.Ketika sudah sampai di rumah jam sembilan malam, Stefan dibombardir dengan segala macam cemoohan karena hari ini dia masih tidak bisa memenuhi tuntutan mereka.Stefan masih sabar, tunggulah besok. Dia akan menguji kembali kemampuannya.Stefan menutup kupingnya rapat-rapat malam ini karena meskipun sudah larut malam, jeritan hinaan masih saja terdengar sampai ke kupingnya, tapi dia tak mengindahkannya. Sebab, Stefan sedang begadang dan sibuk mengutak-atik ponselnya merancang sebuah program canggih untuk melancarkan orderan. Nama programnya : SJ-Gacor. S adalah namanya sendiri dan J adalah John.[10% ...][35% ...][60% ...][100% ...]Meskipun punya kecerdasan dan ingatan di atas manusia normal, bukan berarti Stefan lantas bisa melakukan segalanya sesuka hatinya. Seandainya memang bisa, tentu dia sudah kaya raya sekarang, bukan malah hanya menjadi seorang ojol dan pesuruh di rumah. Stefan manusia biasa yang tetap punya banyak kekurangan dan keterbatasan.Kisah hidupnya bukan seperti mendapat sistem canggih, atau masuk ke pintu ajaib doraemon, lantas tiba-tiba kaya mendadak. Tidak, sama sekali tidak. Stefan menjalani kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Di atas realitas yang logis. Menjalani kehidupan yang susa
Pagi ini di kantor PT Sanjaya Sawit, Palembang.Seorang hacker memberikan ancaman kepada Bobby bahwa si hacker berencana akan meretas sistem keamanan perusahaan, mencuri data-data berharga, mengacaukan atau memanipulasi apa saja yang terkait dengan IT perusahaan, seperti database, website, media sosial dan semacamnya.Layar-layar komputer di dalam kantor yang berjumlah lebih dari lima puluh menampilkan sebuah tulisan : “Itulah akibatnya kalau arogan di hadapan karyawan”. Si hacker mengaku sebagai mantan pekerja PT Sanjaya Sawit yang diberhentikan secara sepihak oleh Bobby, maka dari itu si hacker ingin balas dendam.Programmer perusahaan tidak mampu mengatasi masalah. Begitu juga orang yang waktu itu memberikan bantuan kepada karyawan perusahaan yang sedang disadap ponsel dan media sosialnya. Bobby selaku direktur utama perusahaan dibuat pusing oleh si hacker.Grace Santika mengetuk pintu ruang kerja Bobby, lalu dipersilakan masuk dan duduk.“Pak Bobby, bagaimana kalau saya menyuruh te
Stefan kagek begitu melihat istrinya sedang mencuci piring. "Sayang, biar aku saja yang mengerjakannya.” Stefan menarik lengan istrinya.“Mumpung yang lain belum pada bangun. Biar aku saja yang mencuci piring dan pakaian.”Tak lama kemudian Chyntia dengan rambut masih berantakan tiba di dapur, melihat anaknya yang mencuci piring, wanita tua tapi cantik karena perawatan ini menyeringai.“Astaga Lionny! Ke mana babu itu?” “Biar aku saja yang mengerjakannya, Bu. Kasihan Stefan. Sekarang dia sedang bersih-bersih halaman.”Chyntia marah kepada Stefan. “Kau ini kan sudah dibilang. Tiap pagi kau harus cuci piring dan pakaian. Kenapa kau malah menyuruh istrimu?” bentak Chyntia. Matanya melotot.Stefan membalik badannya. “Aku tidak menyuruhnya, Bu. Sudah aku bilang padanya biar aku saja, tapi Lionny masih memaksakan diri.”“Alasan sekali. Makin hari kau melunjak. Sepertinya cap benalu akan terus ada pada dirimu ini. Cepat selesaikan pekerjaanmu itu. Buang sampah jangan lupa!”Halaman belakang,
Bobby dan Robert menggeret Stefan ke kamarnya secara paksa, membantingnya ke atas kasur. Stefan jatuh berdebam, tak bisa berkutik sama sekali.“Tingkahnya mulai aneh lagi, Ayah. Bagaimana bisa dia memperbaiki laptoku? Asli ni orang memang aneh.”“Stefan, kau sudah mengada-ada dan parahnya kau bisa dapat duit sebanyak itu dari mana?”Stefan mengatur napasnya, lalu menjawab tenang, “Aku tidak berbohong pada kalian semua. Aku melakukan dan mengatakan apa adanya. Tapi kalian tidak pernah percaya padaku.”Bobby dan anaknya malah meninggalkan Stefan, lalu mengunci pintu kamarnya.“Sampah!”Stefan menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya. Entah apa lagi yang harus diperbuat untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar sudah sehat, normal, dan seperti manusia pada umumnya. Segenap usaha telah dilakukannya.Namun, mertua dan iparnya masih saja tidak senang terhadap dirinya. Sementara istrinya berada dalam kebimbangan. Di saat Lionny menunjukkan cinta dan sayangnya pada suaminya, keluarganya
Dan hari ini pun tiba. Kakek Sanjaya sudah tiba Di Palembang pada siang hari ini. Beliau dijemput oleh Bobby beserta empat orang karyawan PT Sanjaya Sawit dan langsung menuju kediaman Bobby. Selama dalam perjalanan, Kakek Sanjaya terus menginterogasi anaknya soal kejadian beberapa hari yang lalu.“Kasusnya sama seperti dulu. Bedanya ruang lingkupnya hanya begitu kecil.”“Untungnya semua sudah beres, Ayah.”“Apa kau sudah mempekerjakan orang tersebut?”“Aku sudah beri dia uang dua puluh juta. Jika dipaksakan diterima bekerja di kantor, sepertinya tidak bisa, beda dengan kasus Stefan waktu dia menyelamatkan Sanjaya Group. Orang ini bahkan tidak bisa memberikan bukti bahwa dia telah menyelesaikan pendidikannya.”“Kau sudah bertemu orangnya, Bobby?”“Belum, Ayah,” balasnya sambil melihat ke arah jendela mobil.“Seharusnya kau ambil tindakan. Temui dulu orang tersebut. Ajak bicara baik-baik. Apa kau yakin tidak akan butuh lagi sama dia?”Bobby agak lama diam. “Kami akan menghubunginya kemb
Bobby menjanjikan sebuah posisi strategis buat Stefan di PT Sanjaya Sawit. Stefan akan ditempatkan sebagai cyber-security dan merupakan orang pertama dan satu-satunya bertugas di pos tersebut. Tugas utamanya adalah bertanggung jawab dalam melindungi perangkat lunak, jaringan, serta pengujian berikut analisis risiko yang timbul.Namun, janji dari Bobby awal bulan depan saja, dengan alasan Stefan butuh istirahat selama satu pekan, yang sebenarnya hanya alibi saja dari Bobby Sanjaya. Sebab, dia punya maksud buruk terhadap. Lagipula, mana sudi dia mempekerjakan menantu sampah itu.Saat ini Bobby tengah menemani ayahnya dalam proses sidak dan pengecekan situasi kantor. Kakek Sanjaya menyapa seluruh karyawan tanpa terkecuali, beliau yang menyapa, bukan sebaliknya. Itulah alasan kenapa Kakek Sanjaya sangat dihormati sekaligus dicintai oleh para karyawannya.“Pelaku peretasan mantan karyawan di sini?” tanya Kakek Sanya sembari mengerling dan mengawasi suasana kantor.“Betul, Ayah. Syukurlah di
“Menantu Sialan!” jerit Bobby di depan pintu kamar Stefan. “Silakan kau menjadi ojol. Tidak usah kau berada di sekitar kantorku, apalagi menjadikan karyawanku sebagai penumpang. Kalau ada orderan yang harus diantarkan di sana, kau cancel saja!”Dan hari-hari yang pahit pun kembali lagi. Makian dan perintah tidak pantas pun kembali buat Stefan. Sekarang, tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Semua serba salah. Melapor dengan Kakek Sanjaya? Jelas tidak mungkin. Stefan membuang napas lelah.Parahnya lagi, Lionny tak memberi sahutan apa pun pagi ini. Setelah mengerjakan tugas rumah, Stefan pergi dengan setelan ojolnya. Dihidupkannya aplikasi. Stefan bertemu John di tempat biasa. “Wei! Apa duit ojol sudah habis? Terus mau narik lagi?” John ceria nian karena semua utangnya telah lunas, kontrakan telah dibayar, dan biaya sekolah adik-adiknya aman terkendali.Akhirnya Stefan bisa senyum, “Kemarin-kemarin ada urusan keluarga, John. Sori baru hari ini bisa kembali menemanimu.”“Ada banyak
Stefan permisi dan masuk ke kamarnya. Selama mandi dan membersihkan tubuhnya, Stefan terus berpikir apa yang sedang terjadi saat ini? Apa semua yang baru dilihatnya adalah fakta dan kenyataan? Atau semua hanya ilusi semata? Entahlah.Dibasahinya sekujur tubuhnya dengan air. Dirasakannya dingin menusuk-nusuk wajahnya. Dipijatnya kepalanya dengan lembut. Sebisa mungkin sebuah sensasi yang nikmat dan menyegarkan diresapinya. Bagi sebagian orang, mandi merupakan salah satu terapi untuk menenangkan diri.Begitu selesai mandi dan hendak berpakaian, Stefan agak bergidik badannya, sebab teringat dengan sosok Erick yang tengah berada di ruang keluarga. Stefan menghembuskan napas panjang. Meskipun tidak akrab, Stefan mengenal siapa itu Erick?Tidak ingin dinilai lemah di hadapan istri, setelah berpakain rapi, Stefan menguatkan diri lalu melangkah ke ruang keluarga tanpa ada rasa merendah sedikit pun. Sebab status menantu dan ipar masih ada pada dirinya, jadi mana mungkin dia akan diam saja.“Hei