Share

2. Tidak ada yang beres bagian A.

"Neneeeeek," panggil Wulan, anak pertama Rahmat.

"Kamu sudah pulang sekolah, Lan?" tanya Bu Samirah, melihat cucunya datang padahal jam belum menunjukan waktu pulang sekolah.

"Ulan gak sekolah, Nek, Mama kesiangan bangunnya," dengan polos.

"Ya…Ampun, punya menantu dua biji gak ada yang beres. Istri si Rahmat malasnya gak ketulungan. Sampai-sampai anak sendiri tak sekolah," gerutunya sambil mengaduk balado ikan yang sedang di masaknya.

"Ulan lapar, Nek," rengek bocah 8 tahun sambil mengelus perutnya.

"Ibumu juga belum ngasih sarapan?" tanya Bu Samirah semakin geram.

Wulan hanya memandang dengan wajah sendu. Bu Samirah dengan cepat nyentong nasi dan memberi balado ikan yang sebenarnya belum matang benar. Tapi ia tak ingin cucunya.

"Sana makan," titahnya sambil menyodorkan piring pada Wulan.

"Bu, Bu Samirah." panggil seseorang dari depan.

"Siapa lagi itu, mana lagi repot." ketusnya.

"Bu, Bu Samirah." Lagi suara Bu Usman menggema.

"Ya…Robbi, mau ngapain lagi dia," gerutu Bu Samirah.

"Masuk Bu Usman, saya di dapur lagi repot," teriaknya. Bu Usman dengan segera melepaskan sandalnya dan masuk, apalagi mencium bau ikan yang sangat wangi.

"Kamu masak sendiri, Mir?" tanya Bu Usman setelah mendekat ke arah Bu Samirah.

"Lah, Ulan gak sekolah?" tanya Bu Usman yang melihat Wulan sedang lahap makan.

"Ibunya itu loh, jam segini baru bangun. Kebangetan itu si Susan," keluh Bu Samirah sambil mengangkat balado ikannya ke piring.

"Menantumu yang satu lagi kemana?" tanya Bu Usman, sambil celingak celinguk mencari Mala.

"Tuan putri tidur, ngidamnya jerih payah. Hingga aku yang jadi babu di rumah ini!" tulisan dengan getir.

"Kasihan sekali nasibmu, sobat," ucap Bu Usman seraya meledek.

"Mau bagaimana lagi, ada suami dan anak-anakku yang harus makan, jika mengandalkan menantu, mereka akan melihat!" katanya dengan berat. Sungguh, tubuh lelah meski hanya memasak. Tubuh yang dimakan usia, juga penyakit darah tinggi yang kadang-kadang membuat Bu Samirah selalu kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah.

"Kamu sih, Mir, terlalu baik sama menantu. Jadinya mereka saat ngelunjak!" cibir Bu Usman. Ia ingat bagaimana hubungan buruk Susan pada Bu Samirah. jika dinasehati maka ia akan menjawab dan menyalahkan mertuanya itu.

Bu Samirah membenarkan ucapan tetangganya itu, mengingat kembali bagaimana ucapan Susan membuat sakit hati hingga sekarang. Serta Susan tak akan segan menjelekan namanya pada tetangga lain. Dan jika ia mengadu ke Rahmat, maka akan percuma saja. Karena anaknya itu terlalu mendengarkan apa kata istrinya.

"Aku sih, istri si Agus rajin banget, dia yang ngerjain semua pekerjaan rumah dan memasak, meski kadang juga kalau di omongin suka jawab, tapi setidaknya aku gak jadi babu para menantu!" tegas Bu Usman seolah mengolok Bu Samirah dengan sedikit memamerkan kerajinan menantunya di rumah.

"Nasibku jelek, ya! Punya dua menantu gak ada beres," keluhan sambil menantikan kompor.

"Baunya enak banget, boleh nyicip?" Bu Usman maju mendekati Bu Samirah yang sedang menyentong ikan ke mangkuk.

"Sana ambil piring."

Bu Usman membuka lemari dan mengambil piring besar, mata Bu Samirah menangkap piring yang diambil Bu Usman.

"Piring kecil aja, kan nyicip bukan minta makan! Lagian aku gak bisa ngasih kamu, lauk ini sudah berkurang satu dimakan si Wulan," ketus Bu Samirah, paham betul sifat tetangganya yang satu ini. Apapun selalu diminta.

"Ikh, pelit banget sama tetangga juga, mati gak bawa ikan, Mir," cerocosnya saat Bu Samirah hanya memberi setengah potong saja.

"Kamu nyicip loh, bukan minta makan bilangnya juga tadi!" Bu Usman mengingatkan ucapan tetangganya.

2cf2-408b-8172-e8567ffb2f44

Komen (1)
goodnovel comment avatar
AriaNz Arfa
banyak typo nya thor ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status