Share

3. Tidak ada yang beres bagian B.

Ikh, pelit banget sama tetangga juga, mati gak bawa ikan, Mir," cerocosnya saat Bu Samirah hanya memberi setengah potong saja. 

"Kamu nyicip loh, bukan minta makan bilangnya juga tadi!" Bu Usman mengingatkan ucapan tetangganya. 

"Tapi gak segini juga kali, eh, tapi enak banget lho, Mir. Bumbunya meresap, garam dan gulanya pas, empuk ikannya juga pas, gak terlalu matang." pujinya sambil mengecap ikan di mulutnya.

"Maaf, hanya itu yang bisa kamu makan, ini sudah jatah anak suamiku!" Bu Samirah tidak terlena dengan ucapan tetangganya yang ia tahu sering dibilang Ria katanya MODUS.

"Aku gak bilang minta lho, saya hanya menilai masakan kamu. Kamu pinter banget masak." Sekali lagi Bu Usman berkata manis pada tetangganya. Ia sangat hafal dengan Bu Samirah yang senang disanjung.

"Ya sudah, aku pamit, nanti sore kita jadi kan ikut pengajian di kampung sebelah?" tanya Bu Usman setelah menghabiskan ikan di piringnya. 

"Jadi lah, kita sudah tua harus banyak menghadiri pengajian, sisa umur kita sudah tak banyak," sahutnya sambil mengelap kompor. Rumah Bu Samirah selalu bersih, karena penghuni rumah selalu kompak selalu membersihkan bekas makan dan masaknya. Siapapun itu. Sekalipun Rahman atau ayahnya membuat secangkir kopi, sendoknya pasti dicuci kembali. Kalau tidak begitu, maka Auman Bu Samirah bak macan yang lapar, tak akan lolos dari amukannya ketika ia tahu pelakunya. 

         

           ~~RatuNna kania~~~

"Nek, Ulan udah selesai," cicitnya sambil menyodorkan piring kotor ke arah neneknya yang masih berdiri membereskan tempat bumbu.

"Cuci sana!" titahnya sedikit sewot.

"Ulan gak bisa."

"Tinggal nyalain keran terus basuh. Sana belajar." 

Wulan berjinjit menggapai kran yang posisinya lebih tinggi dari tinggi badannya. 

"Nek, nyalain krannya," pinta Wulan sambil menatap neneknya Yangs ejak tadi sudah memperhatikannya. 

"Sudah taro saja, sana cuci tangan di kamar mandi," usir Bu Samirah, hatinya geram bukan main. Dari mulai Mala yang sekarang hanya bisa rebahan, Wulan yang datang ditambah Bu Usman yang datang hanya merecoki saja. Kepalanya rasanya mau pecah memikirkan itu.

        ~~RatuNna kania~~

"Mala, Ibu, mau ngaji ke kampung sebelah sama Bu Usman, nanti kamu angetin ikan ya sebelum Bapak makan, jangan kamu biarkan bapakmu makan ikan dingin, ingat itu!" teriak Bu Usman dari depan kamar Mala yang masih tertutup. Mala membuka pintu kamarnya karena memang ia juga hendak keluar untuk ke kamar mandi.

"Iya, Bu," jawabnya sambil menatap mertuanya yang sudah rapi dengan gamis warna marron. Sesungguhnya Bu Samirah baik, hanya saja ia punya sedikit iri sama Mala dan Susan. Jadi membuat dia sedikit cerewet dan ketus. 

"Hati-hati dijalan, Bu," pesan Mala, saat mertuanya sudah mulai membuka pintu. 

Mala segera menyelesaikan ritual mandinya, karena sebentar lagi suami dan ayah mertuanya akan pulang. 

Mala menyeduh teh hangat, lalu membawanya ke ruang tengah, ia merebahkan badannya di sofabed yang ada di ruangan itu. Baru saja ia meneguk teh panasnya sudah terdengar suara pintu depan terbuka. Siapa itu? pikirnya, tidak mungkin juga Ibu mertuanya balik lagi.

"Dih, nyonya lagi santai," ucap Eni yang baru saja masuk tanpa mengucap salam. 

Mala hanya meliriknya ia malas sekali kalau menyahuti iparnya itu. Eni hanya selalu mengajaknya berdebat.

"Mala, kamu ada uang gak?"

  

       

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status