"Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu.
"Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu"
"Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng
"Ini sudah tahun ke 500, dude. Apa kau tidak mau menyerah saja? Cepat atau lambat waktumu akan habis atau mungkin mereka akan menemukanmu juga""Lalu aku harus apa? Aku masih betah di sini. Tidak ada yang bisa dilakukan di dalam botol sempit dan gelap itu, ditambah lagi jika mulutku dipasangi muzzle. Lagian aku tidak suka diatur oleh pastor-pastor sok pintar itu. Bahkan aku lebih tua dari mereka semua" jawab Pria yang masih asik dengan ponsel pintar ditangannya."Kalau tidak salah, beberapa bulan lalu kau bertemu dengan salah satu keturunan pastor itu kan?" Jeff menyamankan posisinya di sofa ruang tamu."Iya""Apa yang terjadi setelahnya?""Tidak ada. Ia hanya mengancamku, tapi ternyata ia tidak secerdas kakek buyutnya""Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" Pria bersurai coklat menatap jengah ke arah makhluk yang selama ini ia anggap teman itu."Aku akan kembali ke toko rotiku dan berjualan di sana seperti yang selama ini a
"Berhenti menguntitku, aku bisa melaporkan ini ke pihak berwajib" cecar Reyna kepada pria bersurai merah jambu yang tersenyum aneh di belakang meja kasir "bahkan kau mewarnai rambutmu dengan warna seterang itu, kau sungguh terlihat sangat aneh" tambahnya lagi."Apa maksudmu?" Tanya Sicheng santai."Jangan berlagak seperti kau tidak melakukan apapun, bahkan tadi pagi aku melihatmu di sebelah flatku" Reyna mengedarkan pandangannya ke seluruh toko kue itu."Bagaimana bisa? Kau lihat, aku tidak mempunyai seorang pun karyawan di toko ini. Bagaimana aku mengikutimu sementara aku selama tiga hari ini berada di sini untuk menjaga tokoku. Kau tau nona, hidup di zaman sekarang ini sulit, jika kau tidak mempunyai uang maka kau tidak akan bisa makan" penjelasan panjang lebar pria dengan setelan layaknya orang kantoran itu tidak menunjukkan titik terang bagi Reyna. Aneh-- penjaga toko kue mana yang menggunakan setelan seperti itu."Jadi sebenarnya kau ini ada dua, beg
"Kau mau kemana?""Aku akan ikut denganmu" Sicheng mengikuti langkah Reyna di tengah riuhnya keadaan kota setelah tornado yang bahkan tidak diprediksi sama sekali oleh badan pengamat cuaca Jerman sekalipun. Aneh. Sangat aneh."Bagaimana dengan tokomu?" Tanya gadis itu lagi."Aku akan menutupnya, tugasku sekarang adalah menjagamu dari bahaya""Tidak. Kau tidak perlu ikut denganku. Aku tinggal sendiri di flatku" tolaknya masih dengan langkah cepat agar ia bisa sampai ke stasiun bawah tanah tepat waktu. Sungguh, hari ini sangat melelahkan."Lalu?""Kau tidak mengerti, hah? Apa yang akan dikatakan oleh tetanggaku jika aku membawa pria ke flatku? Dan lagi, kau orang asing. Bagaimana aku mengizinkan orang lain masuk sembarangan ke tempat tinggalku" Tidak tau berapa lama lagi Reyna kuat menahan emosinya menghadapi pria yang terus mengikutinya ini."Kau bisa mengatakan kalau aku pacar atau bahkan suamimu kepada tetangg
"Mau kubuatkan sarapan?" Entah tidak mengerti keadaan atau karena terlalu peduli pada Reyna, bisa-bisanya Sicheng menanyakan pertanyaan seperti itu kepada gadis yang bahkan tidak sempat memakai kaus kaki karena ia kesiangan dan tidak sampai sepuluh menit lagi kereta tujuannya akan berangkat."Kau ini bodoh atau apa? Kau tidak lihat aku sedang buru-buru?" Seperti dugaan, respon Reyna akan seperti ini.Gadis itu buru-buru keluar dari flatnya mengambil langkah secepat mungkin agar ia sampai di stasiun, Reyna harus di sana sebelum kereta berangkat. Gadis jtu akan merasa rugi jika ia harus merelakan uangnya untuk membayar taxi yang biayanya bisa berlipat kali lebih besar.----"Aku membawakan sarapan untukmu" Reyna tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi sekarang Sicheng sudah berdiri di sebelahnya. Pagi ini Reyna harus rela berd
Inilah yang paling Reyna suka dari anak kecil, mereka terlihat sangat menggemaskan saat tertidur. Wajah polos tanpa dosa itu selalu membuat Reyna merasa nyaman melihatnya. Reyna fokus memperhatikan wajah Felix yang terlelap di bahu milik Sicheng. Setelah sampai di stasiun terdekat ke rumah Felix, mereka harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 8 menit untuk sampai ke rumah Felix dan Sicheng dengan senang hati menawarkan diri untuk menggendong Felix agar anak itu tetap dapat tertidur tanpa terganggu. Benar saja, Felix terlihat sangat nyaman menyenderkan kepalanya di bahu Sicheng. "Yang mana rumah Felix?" Tanya Sicheng yang masih setia berjalan mengikuti Reyna sambil menggendong Felix di pelukannya. "Di pertigaan itu, yang atapnya berwarna merah tua" Reyna menunjuk pertigaan yang jaraknya hanya 7 meter dari tempat mereka berdiri sekarang. ------
"Selamat pagi ibu guru cantik --oh bukan, ini weekend ternyata. Selamat pagi Reyna Xu" Sicheng menyapa Reyna yang baru keluar dari kamar dengan nyawa yang belum terkumpul sepertinya. Gadis itu melewati Sicheng begitu saja sambil mengucek matanya lalu masuk ke kamar mandi yang berada persis di sebelah kamarnya dengan rambut yang masih berantakan. Mungkin Reyna lupa kalau di tempatnya ada makhluk lain selain dirinya.Sicheng hanya tertawa pelan melihat tingkah Reyna. Ini sudah pukul setengah 9 pagi dan Reyna baru bangun, padahal semalam ia tidur sangat awal dengan alasan terlalu lelah menghadapi kehidupan. Bahkan, semalam Reyna menolak ajakan Sicheng pergi keluar untuk sekedar mencari angin sambil berjalan-jalan di pinggiran sungai spree* atau mungkin menonton film di bioskop.Sicheng meletakkan Speckpfannkuchen* yang barusan ia buat sekaligus menyiapkan peralatan makan untuk mereka sarapan pagi ini. Sejak kemarin sore Sicheng sudah bisa kembali memakan semua
"Setelah ini kau ingin kemana lagi?" Tanya Sicheng ke Reyna yang baru saja menghabiskan vanilla milkshake yang dipesannya tadi. Ini sudah hampir sore dan mereka berdua memutuskan untuk makan di salah satu restoran kecil yang tidak jauh dari Tiergarten."Pulang" jawab Reyna singkat."Baik, kalau begitu kita akan belanja terlebih dahulu setelah itu kita pulang" entah kenapa hari ini Sicheng sangat senang. Mungkin karena ini hari pertama ia bisa menikmati vanilla latte setelah 1 abad atau mungkin karena hal lain yang ia juga masih bingung."Kalau kau sudah menentukan mau kemana selanjutnya, lalu kenapa kau harus repot-repot menanyaiku terlebih dahulu?" Protes Reyna."Bisa saja
Malam ini masih sama dengan malam kemarin dan malam-malam sebelumnya selama hampir dua minggu terakhir ini. Aku berbaring di tempat tidurku dan memikirkan semua yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari Janeth yang tiba-tiba menikah di luar negeri, red velvet sialan itu, tornado yang terjadi tiba-tiba di kota, bahkan munculnya pria asing nan aneh yang sekarang sedang kubiarkan menginap di rumahku. Jujur saja, semenjak dia tinggal di flatku aku merasa lebih aman saat tidur di malam hari, tidak ada yang mengetuk pintuku di tengah malam, atau benda jatuh yang membuatku terbangun dari tidur lelapku.Pria aneh bernama Sicheng yang mengaku seorang imp yang sudah hidup dari abad 15 itu selalu membuatku sakit kepala setiap hari. Ada saja tingkah, kata-kata, atau kebiasaannya yang membuatku hanya bisa geleng-geleng kepala pa