Tidak Butuh waktu lama untuk membuat Felix da Jeff akrab, bahkan Gabrielle pun ikut tersenyum senang melihat interaksi kekasihnya dengan anak manis yang sampai sekarang belum dijemput ibunya padahal hari sudah mulai gelap. Reyna sempat menelpon Adeline lima belas menit lalu, tetapi tidak ada jawaban dari wanita itu. Karena khawatir terjadi apa-apa kepada Adeline, Reyna berinisiatif menelpon Karl, salah satu pegawai Adeline di restoran. Setelah mendapat info dari karl bahwa hari ini Restoran sedang sangat ramai ditambah lagi salah satu pegawai mereka sedang cuti membuat Adeline mau tidak mau harus turut sibuk melayani para pengunjung yang datang sehingga membuat ibu anak satu itu tidak sempat memeriksa ponselnya.
Gelak tawa Felix terdengar saat Jeff menceritakan dongeng lucu yang mengundang tawa sehingga membuat anak itu hampir menangis karena terlalu lama tertawa. Sicheng bahkan tidak menduga kalau bayi kecil yang dulu ia temui sedang menangis di sebuah kamar apartemen
“Hari ini aku ingin membuat Mousse cake, kita belum pernah membuatnya di toko kan?” Sicheng mengikuti Reyna yang berjalan di depannya, gerbang yayasan tempat Reyna mengajar setelah mereka berjalan sekitar 350 meter dari stasiun.“Iya, belum pernah” Reyna menoleh sebentar ke arah Sicheng di belakangnya lalu kembali berjalan. “Kau tidak ke toko saja duluan? aku benar-benar tidak apa-apa tanpa harus kau tunggu seperti ini. Kau sudah lihat kan selama ini tidak pernah terjadi hal buruk apapun kepadaku” lanjut Reyna lagi sambil melambatkan langkahnya agar sejajar dengan Sicheng.“Aku hanya melakukan tugasku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat aku tidak ada” jawab Sicheng sembari memberikan kotak bekal yang sejak tadi dibawanya. “Pizza sayur, tadi pagi kita tidak sempat sarapan” pasalnya pagi ini mereka hampir saja ketinggalan kereta karena Reyna yang lupa memasang alarmnya dan Sicheng yang menyangka bahw
"Sekolah diliburkan" ujar Reyna singkat saat keluar dari kamar mandi. Setelah kejadian semalam, seluruh akomodasi dan jaringan pusat kota dilumpuhkan untuk mencegah terjadinya aksi lain yang serupa. Bahkan jalur keluar masuk bandara juga diperiksa ketat oleh pihak berwajib dalam rangka mencari dan mewaspadai komplotan teroris yang mungkin masih berada di sekitar kota."Benarkah?" Sicheng tidak habis pikir mengapa para pemberontak itu bertindak sejauh ini padahal tidak ada gunanya untuk mereka. Belum tentu juga apa yang mereka inginkan tercapai, malah nyawa mereka yang menjadi taruhannya. Dengar-dengar dua anggota dari komplotan itu sudah tewas tepat setelah mereka melancarkan aksinya semalam, salah satu dari mereka adalah pria yang Sicheng dan Reyna lihat saat dievakuasi dan diangkat ke ambulans kemarin dalam kondisi tidak bernyawa karena terpaksa harus ditewaskan segera saat ia mengarahkan s
"Aku bosan Mike" Ini sudah ketiga kalinya Reyna bolak-balik di ruang tamu. Sicheng yang bermalas-malasan di sofa berpura-pura memejamkan matanya seakan ia sedang tidur. "Aku tahu kau tidak butuh tidur, tidak usah berpura-pura" Gadis itu berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Rasanya waktu berputar sangat lambat sampai Reyna sudah tidak tertarik melanjutkan menonton drama yang selalu ia tunggu setiap minggu itu."Lalu aku harus apa Reyna?" Mike bahkan sampai heran melihat tingkah Reyna, bukankah ini yang diinginkan gadis itu? Bersantai seharian di kasurnya sambil menikmati serial drama. "Kau mau makan apa? Akan kumasakkan untukmu""Aku tidak lapar, aku bosan" akhirnya Reyna mengambil posisi duduk di sebelah Sicheng yang membuat pria itu mau tidak mau harus menggeser sedikit tubuhnya agar Reyna bisa duduk deng
"Ini sudah tahun ke 500, dude. Apa kau tidak mau menyerah saja? Cepat atau lambat waktumu akan habis atau mungkin mereka akan menemukanmu juga""Lalu aku harus apa? Aku masih betah di sini. Tidak ada yang bisa dilakukan di dalam botol sempit dan gelap itu, ditambah lagi jika mulutku dipasangi muzzle. Lagian aku tidak suka diatur oleh pastor-pastor sok pintar itu. Bahkan aku lebih tua dari mereka semua" jawab Pria yang masih asik dengan ponsel pintar ditangannya."Kalau tidak salah, beberapa bulan lalu kau bertemu dengan salah satu keturunan pastor itu kan?" Jeff menyamankan posisinya di sofa ruang tamu."Iya""Apa yang terjadi setelahnya?""Tidak ada. Ia hanya mengancamku, tapi ternyata ia tidak secerdas kakek buyutnya""Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" Pria bersurai coklat menatap jengah ke arah makhluk yang selama ini ia anggap teman itu."Aku akan kembali ke toko rotiku dan berjualan di sana seperti yang selama ini a
"Berhenti menguntitku, aku bisa melaporkan ini ke pihak berwajib" cecar Reyna kepada pria bersurai merah jambu yang tersenyum aneh di belakang meja kasir "bahkan kau mewarnai rambutmu dengan warna seterang itu, kau sungguh terlihat sangat aneh" tambahnya lagi."Apa maksudmu?" Tanya Sicheng santai."Jangan berlagak seperti kau tidak melakukan apapun, bahkan tadi pagi aku melihatmu di sebelah flatku" Reyna mengedarkan pandangannya ke seluruh toko kue itu."Bagaimana bisa? Kau lihat, aku tidak mempunyai seorang pun karyawan di toko ini. Bagaimana aku mengikutimu sementara aku selama tiga hari ini berada di sini untuk menjaga tokoku. Kau tau nona, hidup di zaman sekarang ini sulit, jika kau tidak mempunyai uang maka kau tidak akan bisa makan" penjelasan panjang lebar pria dengan setelan layaknya orang kantoran itu tidak menunjukkan titik terang bagi Reyna. Aneh-- penjaga toko kue mana yang menggunakan setelan seperti itu."Jadi sebenarnya kau ini ada dua, beg
"Kau mau kemana?""Aku akan ikut denganmu" Sicheng mengikuti langkah Reyna di tengah riuhnya keadaan kota setelah tornado yang bahkan tidak diprediksi sama sekali oleh badan pengamat cuaca Jerman sekalipun. Aneh. Sangat aneh."Bagaimana dengan tokomu?" Tanya gadis itu lagi."Aku akan menutupnya, tugasku sekarang adalah menjagamu dari bahaya""Tidak. Kau tidak perlu ikut denganku. Aku tinggal sendiri di flatku" tolaknya masih dengan langkah cepat agar ia bisa sampai ke stasiun bawah tanah tepat waktu. Sungguh, hari ini sangat melelahkan."Lalu?""Kau tidak mengerti, hah? Apa yang akan dikatakan oleh tetanggaku jika aku membawa pria ke flatku? Dan lagi, kau orang asing. Bagaimana aku mengizinkan orang lain masuk sembarangan ke tempat tinggalku" Tidak tau berapa lama lagi Reyna kuat menahan emosinya menghadapi pria yang terus mengikutinya ini."Kau bisa mengatakan kalau aku pacar atau bahkan suamimu kepada tetangg
"Mau kubuatkan sarapan?" Entah tidak mengerti keadaan atau karena terlalu peduli pada Reyna, bisa-bisanya Sicheng menanyakan pertanyaan seperti itu kepada gadis yang bahkan tidak sempat memakai kaus kaki karena ia kesiangan dan tidak sampai sepuluh menit lagi kereta tujuannya akan berangkat."Kau ini bodoh atau apa? Kau tidak lihat aku sedang buru-buru?" Seperti dugaan, respon Reyna akan seperti ini.Gadis itu buru-buru keluar dari flatnya mengambil langkah secepat mungkin agar ia sampai di stasiun, Reyna harus di sana sebelum kereta berangkat. Gadis jtu akan merasa rugi jika ia harus merelakan uangnya untuk membayar taxi yang biayanya bisa berlipat kali lebih besar.----"Aku membawakan sarapan untukmu" Reyna tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi sekarang Sicheng sudah berdiri di sebelahnya. Pagi ini Reyna harus rela berd
Inilah yang paling Reyna suka dari anak kecil, mereka terlihat sangat menggemaskan saat tertidur. Wajah polos tanpa dosa itu selalu membuat Reyna merasa nyaman melihatnya. Reyna fokus memperhatikan wajah Felix yang terlelap di bahu milik Sicheng. Setelah sampai di stasiun terdekat ke rumah Felix, mereka harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 8 menit untuk sampai ke rumah Felix dan Sicheng dengan senang hati menawarkan diri untuk menggendong Felix agar anak itu tetap dapat tertidur tanpa terganggu. Benar saja, Felix terlihat sangat nyaman menyenderkan kepalanya di bahu Sicheng. "Yang mana rumah Felix?" Tanya Sicheng yang masih setia berjalan mengikuti Reyna sambil menggendong Felix di pelukannya. "Di pertigaan itu, yang atapnya berwarna merah tua" Reyna menunjuk pertigaan yang jaraknya hanya 7 meter dari tempat mereka berdiri sekarang. ------