"Kalau kamu memang serius denganku, Aku ingin kamu menikahiku paling lambat di akhir bulan ini," akhirnya Rania memberikan kesempatan
"Pasti aku penuhi syarat tadi Rania! Dan terima kasih ya untuk kesempatan yang sudah kamu berikan padaku. Aku akan berjuang untuk menjadi papa yang baik bagi Marsha!"Wajah kegembiraan dari Amar yang sudah berjuang bertahun-tahun untuk meluluhkan hati Rania memang tidak bisa ditutupi lagi.Dia sangat senang karena perjuangannya akhirnya membuahkan hasil. Tapi tidak dengan Rania yang merasa dirinya seakan sangat kejam pada Amar. Rania bahkan kesal pada dirinya yang seakan ingin menolak tubuh amar dan mendorongnya saat pria itu mengecup dahinya dan memeluk Rania untuk mengungkapkan semua rasa bahagianya."Pulang Mar. Udah malam nih. Aku nggak enak kalau kamu ada di sini malam-malam begini karena kita udah sama-sama dewasa."Rania tahu Dia kejam dengan menyuruh Amar seperti itu karena memang dia tidak memiliki rasa apapun di dalam hatinya untuk seseorang yang sangat baik sekali padanya. Tapi Rania butuh waktu untuk sendiri dulu"Hmm. Aku pulang dulu ya! Aku mau bilang sama mama dan papa tentang rencana pernikahan kita. Aku yakin mereka akan senang sekali karena mereka juga menyukaimu dan Marsha!""Iya, Tolong sampaikan maafku ya karena aku belum datang ke sana udah lama banget. Mungkin weekend ini aku akan datang sama Marsha.""Sip. Nanti aku jemput ya! Selamat tidur sayang!"Rania tahu dirinya belum bisa menerima kata-kata sayang dari pria yang tidak dicintainya itu. Tapi Amar sudah sangat baik sekali padanya dan Marsha. Bertahun-tahun Rania menolaknya dia tetap ada di sisi Rania dan berusaha menunjukkan ketulusannya.Amar mencintai Marsha dan Rania melihat sendiri bagaimana kedekatan Amar dan putrinya bahkan pria itu rela kehilangan waktunya untuk bekerja demi menemani Marsha.'Lalu apa aku harus membiarkan rasa sakit hati dan traumaku pada laki-laki menjadi penghalang kebahagiaan Marsha? Padahal ayahnya sudah bahagia dengan wanita yang dinikahinya Febry Swastika.'Rania menatap berkas yang pernah diberikan Pak Bagus CEO sementara SSG di Light Up tapi belum pernah dicek oleh Rania.Dia hanya membuka sepintas di bagian halaman depan berkas tapi tidak melihat sampai ke belakang sehingga Rania baru tahu kalau di sana lengkap bukan hanya terdapat profil tentang Bos barunya tapi juga apa makanan kesukaan bosnya, minuman kesukaannya, Siapa saja keluarga bosnya dan tentang rekaman medis dari bosnya juga terlampir dan selalu di update setiap setegah tahun, semua lengkap di dalam berkas itu, termasuk siapa nama istrinya.Rania merasa bodoh karena tidak mengecek berkasnya sampai dia tidak tahu kalau bosnya sudah menikah.Ini yang membuat Rania menertawai dirinya sendiri.Reza sudah punya kehidupan bahagia dengan wanita lain tapi dia sengsara sendiri memikirkan masa lalunya. Apa-apaan dirinya?'Aku tidak menyesali pertemuanku denganmu karena aku tidak mau menyesali kehadiran Marsha! Yang kusesali hanya kebodohan hatiku yang terus saja memikirkan dirimu padahal sudah seharusnya aku melupakanmu!'Rania tak mau lagi memikirkan masa lalunya. Dia lelah. Rania menutup berkas itu, menaruhnya di nakas dan berusaha untuk tidur. Rania tidak mau menangisi semua yang sudah menjadi kenangan buruk dalam hidupnya dan menyisakan luka batin untuknya.'Sudah cukup!'Rania tidur. Berusaha melupakan semua beban dan rasa sakitnya. Rania memutuskan kalau saat ini adalah terakhir kalinya dia memikirkan Reza"Selamat pagi Marsha sayang! Wah tidurnya pula sekali! Pasti mimpi indah ya tadi malam?""Mama!"Dan pagi itu Rania memulai harinya dengan bangun lebih awal karena dia tidak lagi insomnia. Rania bisa menyapa putrinya, menyiapkan lebih awal makanan untuk Marsha baik untuk sarapan maupun cemilan untuk di sekolah juga pakaian Marsha.Rania lebih ceria menemani putrinya mandi dan dia bisa memaksimalkan waktunya di pagi itu yang sangat terbatas dengan mendengarkan semua cerita Marsha.Tak ada lagi rasa khawatir dan cemas Apa yang akan terjadi nanti di kantor. Tak ada lagi bayang-bayang tentang bosnya yang galak yang akan memakinya dan selalu tidak puas dengan pekerjaannya. Dan yang paling penting tak ada lagi rasa khawatir kalau dirinya akan dipecat."Om Amaaaal!" Marsha juga terlihat sangat bahagia pagi ini dengan kehadiran sosok pria yang datang selepas mereka sarapan pagi."Kamu emangnya nggak ngantor apa?"Marsha sih sudah senang dan ada di pelukan Amar tapi Rania sangat merasa terganggu melihat kehadiran pria itu pagi-pagi begini."Happy birthday Rania!"Bahkan Rania sendiri lupa dengan hari ulang tahunnya tapi pria itu malah ingat dan membawakannya seikat bunga."Acha udah bilang belum selamat ulang tahun buat Mama?""Belum. emang mama ulang taun juga kaya Acha?"Sampai usia anaknya lima tahun, memang Rania tidak pernah merayakan ulang tahunnya sendiri makanya Marsha bingung."Iya dong. Nanti kita rayain ulang tahun mama ya! Nanti ada coklat dan kue juga buat Acha! Kita jalan-jalan dan makan yang Acha suka, terus kita main Timezone lagi!""Yeaaay!"Jelas saja anak itu senang dan sudah bersorak-sorai setuju dengan rencana Amar barusan. Marsha bahkan tidak berhenti berceloteh membahas lagi tentang agenda mereka Nanti sore selama di perjalanan menuju sekolahnya.Amar memaksa Rania untuk naik mobilnya. Dia juga memaksa Rania supaya nanti pulang kerja dirinya yang menjemput.Untuk saat ini memang Rania agak sulit menolak Amar apalagi setelah tadi malam dia mengatakan akan memberikan kesempatan pada Amar."Seharusnya kamu tuh nggak terlalu memanjakan Marsha, Mar!" tapi meski Rania setuju dengan rencana yang dibuat Amar nanti sore, tetap dia mengajukan protesnya setelah mereka tinggal berdua di dalam mobil dan menuju ke kantornya."Ya nggak apa-apa lah! Nanti juga dia jadi putriku kok! Dan Aku bakal sayang banget sama putri manjaku yang satu itu. Sudahlah jangan terlalu banyak dipikirkan. Katanya mau memberikanku kesempatan?"Kalau sudah di jawab seperti ini bisa apa Rania?"Oh Iya aku juga udah bilang sama mama papaku. Mereka seneng banget dengan keputusanmu itu dan mereka udah punya rencana buat kita!""Rencana apa?"Belum beres Rania membicarakan tentang Marsha dia sudah dikagetkan lagi dengan penjelasan Amar barusan. Makanya refleks bertanya."Seminggu lagi hari ulang tahun pernikahan mama papaku. Dan di acara itu mereka memintaku untuk mengumumkan tentang pernikahan kita.""Eh apa? Kenapa buru-buru?""Loh, bukannya kamu yang bilang kalau akhir bulan ini kita harus menikah? Dan aku sudah merencanakan kalau dua minggu lagi pernikahan kita. Berarti seminggu setelah ulang tahun pernikahan mama papaku!"Yah, Rania memang mempunyai alasan kenapa dia ingin menikah dengan Amar sebelum akhir bulan itu. Rania ingin memastikan kalau Marsha tetap akan mendapatkan kehidupan yang layak setelah dirinya dipecat dari Light Up.'Tapi aku berjanji untuk menyerahkan diriku seutuhnya padanya. Aku akan mencintainya dan hidup dengannya. Kurasa itu setimpal bukan?'"Kok diem? Jangan bilang kamu masih ragu padaku! Katanya kamu mau memberikanku kesempatan kan?""Aku cuma nggak tahu apa kamu akan menyesal atau tidak nanti kalau sudah menikah denganku.""Hei, jangan mikir kayak gitu! Aku justru merasa sangat bahagia sekali karena kamu mau menerimaku!" Amar menggenggam tangan Rania dengan satu tangannya masih ada di setir mobil.Risih, karena sudah lama sekali Rania tidak berpegangan tangan dengan laki-laki dan membahas masalah hati. Tapi dia tidak berani melepaskan tangan Amar mengingat dirinya sendiri yang sudah memutuskan untuk mencoba menjalankan ikatan serius dengan Amar."Uhm, kalau nanti aku nggak ada lemburan aku jam lima juga sudah pulang kok. Nanti aku kabarin ya kapan ngejemputnya," lagi-lagi Rania mengalihkan topik karena tidak mau membahas tentang hubungan mereka! Rasanya jengah dalam dirinya"Tenang aja nggak usah dipikirin kalau kamu belum pulang nanti aku ajak Acha main dulu. Sampai jumpa nanti sore ya!""Hmm, nggak usah dibukain pintu mobilku, Mar. Makasih ya, Udah nganterin aku!""Ran, langsung keluar nih dari mobil? Yakin ga da yang lupa?""Lupa apa?" Rania memang sudah membuka seatbelt-nya dan berencana langsung turun dia tak tahu apa yang diinginkan Amar sampai memanggilnya makanya dia menatap Amar yang tersenyum penuh makna sambil bicara:"Nggak kasih aku kecupan selamat pagi dulu kah?""Ganjen!""Mood booster Ran," bujuk Amar merengek."Enggak Amar! Sampai ikatan kita resmi!""Eh, pelit banget!""Bye Amar!"Rania memilih menyelamatkan hatinya dari mobil Amar sebelum pria itu melakukan modus lainnya.Rania belum siap! Rania takut jika dia bermain hati dengan Amar nantinya dia akan menyakiti Amar lebih dalam. Rania masih berpikir apakah keputusannya ini adalah yang paling tepat atau tidak?Menyerahkan dirinya pada Amar karena ingin kehidupan putrinya Marsha terjamin. Ini terkesan konyol. Menikah hanya karena uang. Apakah ini yang Rania inginkan? Apa tidak ada solusi lain untuknya?Pagi ini sesampainya di kantor pikiran ini yang merajai pikiran Rania."Selamat pagi Bu Rania!""Oh! Selamat pagi, Pak David, Selamat Pagi Tuan Clarke!"Rania sampai tak sadar kalau dia duduk melamun di kursinya dan tak tahu kalau bosnya sudah datang. Bahkan Rania tidak membukakan pintu untuk
[Amar, maaf. Aku diminta lembur hari ini dan kayaknya aku baru selesai jam sepuluh atau sebelas malam. Nanti kamu nggak usah jemput aku. Bawa pulang aja Marsha. Aku bisa kok naik taksi online.]Rania tidak mungkin menolak permintaan bosnya apalagi dia masih jadi karyawan di Light Up. Makanya Rania dengan berat hati terpaksa membatalkan rencana Amar. Ada rasa bersalah karena pasti Marsha akan menagih Amar untuk jalan-jalan dan main Timezone.'Mungkin bisa weekend ini? Atau mungkin setelah aku dipecat dari perusahaan ini tiap hari aku bisa nganterin Marsha main Timezone?'Cuma Rania menghibur diri dengan rencana yang dibuat dalam benaknya itu. Dia berusaha profesional kembali ke pekerjaannya dan mengikuti semua yang diperintahkan oleh Reza.Hari ini ada keajaiban, Rania tidak mendapatkan amukan dari Reza seperti biasa di hari-hari sebelumnya. Rania juga bisa bekerja lebih tenang dan tidak ada lagi rasa takut dan cemas dalam hatinya. Setiap
"Amar, ya ampun! Mobilmu seperti pasar malem!" "Hasil karya princess Ran!"Amar hanya berbisik begitu saja tapi tetap mempertahankan senyumnya pada Rania yang justru terlihat kesal."Mana dia?" seru Rania dan meski emosi, dia juga masih menahan suaranya. Rania memang tak pernah mengomel di luar."Acha udah tidur. Aku sengaja membiarkannya tidur dan tidak membangunkannya, sudah malam soalnya."Amar memberi kode dengan matanya sehingga Rania menengok ke arah jok belakang tempat putrinya terlelap."Acha udah kerja keras Ran, karena hiasan di mobil dan lampu-lampu ini termasuk ucapan selamat ulang tahun adalah buatannya. Ini surprise dari kami berdua. Dia antusias banget loh buatnya!"Hiasannya sudah mengalahi mobil pengantin, Ada lampu kelap-kelip LED, dengan glow in the dark tulisan happy birthday, walaupun terkesan norak tapi memang ciri khas anak TK, sudah membuat mobil ranger rover Amar penuh warna.Terenyuh hati Rania. Dia tahu seberapa rewel putrinya kalau sudah punya keinginan,
"Kamu pakai dulu deh seatbelt-nya. Sini kuenya aku pegangin dulu.""Oh, iya makasih Mar."'Haduh, Kenapa aku bisa lupa kalau masih ada mereka dan aku tadi ngeloyor pergi gitu aja!'Sesaat setelah Rania menyerahkan kue dia ingin pasang seat belt makanya menatap ke arah kiri dan sadarlah dia kalau masih ada bayang-bayang beberapa orang berdiri di pintu masuk lobi kantornya. Pucatlah wajahnya."Sini kuenya aku udah selesai. Yuk cepetan kita pulang Mar, kesian Acha!" Rania ngeri berlama-lama di sana. Untuk sekarang Rania memilih menghindar."Hmm. Ngomong-ngomong soal Acha, tadi itu seru loh ngeliatin Acha yang nyeritain tentang ulang tahunmu sama temen-temennya di sekolah pas udah bubaran kelas," sambil menginjak pedal gasnya Amar sambil bercerita.'Tapi seharusnya nggak masalah dong buat aku kalau tadi Amar kasih surprise ulang tahunku di sana ya?' Rania mencoba mencari alasan mengurangi rasa bersalahnya di hatinya, tanpa merespon Amar.'Dan nggak masalah juga kali ya kalau aku nggak ng
'Tunggu, dari awal aku bekerja di sini aku sering pakai ini dan dari awal dia masuk sini dia sudah sering melihatku pakai ini juga! Kenapa baru ditegur sekarang?' Ada kebingungan dalam hati Rania."Maaf Tuan Clarke, saya akan segera salin pakaian saya.""Karyawan terbaik di perusahaan ini tapi tidak bisa menjaga dirinya sendiri dan menggunakan pakaian yang sopan! Pantas saja banyak karyawati di Light Up meniru gayanya yang sangat menjijikan!"'Dia salah minum obat kah sampai tumben pagi-pagi begini memprotes pakaianku? Apa dia mulai tidak benar lagi otaknya? Cari gara-garakah dia gara-gara yang semalem?' pikiran negatif makin menguasainya. Rania sedikit memicingkan mata dan dia berani menatap bosnya yang biasanya dia hindari sorot matanya itu."Salah dengan yang kukatakan?" Reza mengerutkan dahinya. Tapi Rania tak menjawab. Hanya diam menatapnya penuh emosi."David tunjukkan berita pagi ini padanya!""Baik pak!" sesegera mungkin David mendekat pada Rania dan menunjukkan apa yang ada
'Sudahlah, bukan urusanku. Apapun yang ingin dilakukan bersama dengan suaminya itu bukan urusanku. Aku tak ada hubungan apa-apa dengan suaminya.'Rania menghindar dan meminta waktu pada pelayan untuk lihat-lihat dulu.Dia heran pada dirinya sendiri kenapa sih dia tidak bisa melupakan pria dari masa lalunya? Padahal seharusnya mudah sekali jika dia ingin melupakannya apalagi sekarang matanya bisa melihat bagaimana Amar sangat mencintai putrinya.Bukankah dia hanya ingin membahagiakan Marsha? Bukankah Amar adalah pria yang tepat karena dia sangat mencintai putri Rania? Lalu kenapa Rania harus memikirkan ayah biologis putrinya yang tidak pernah mau mengerti tentang perasaannya dan juga tidak pernah tahu kehadiran putrinya? Pria yang tidak mau memikirkan tentang mereka. Bukankah sebaiknya harus dilupakan? Apalagi pria itu juga sudah memiliki kehidupan sendiri bersama dengan wanita yang dinikahinya.Sudah berapa kali Rania berpikir soal ini? Kenapa dia masih juga tetap bodoh memikirkan pri
"Ini laporan rapat dari divisi kami, Rania!""Makasih ya, Bu Nita!"Rania lalu pergi lagi setelah dia mendapatkan data yang dia inginkan."Yang ini dari hasil laporan divisiku. Sukses ya Rania!""Makasih Pak Cahyo, ya!"Rania keluar lagi dari ruang divisi dan sudah naik lift lagi menuju ke divisi selanjutnya. Terus-terusan mengumpulkan laporan."Makasih, Bu Lidya. Lega aku semua data kekumpul. Aku mau ke mejaku buat laporannya dulu ya,""Iya Rania, semangat ya. Kamu nggak usah pikirin macam-macam emang CEO kita ini agak gila. Kamu yang sabar ya jadi sekretarisnya!"Terharu hati Rania melihat kebaikan para staf di kantornya. Padahal Rania tak cerita apa-apa soal dirinya yang diminta Reza menyelesaikan tugasnya. Awalnya saat Reza meminta Rania menyelesaikan laporan, Rania kebingungan karena dia tidak ada di rapat itu. Ke mana dia harus cari informasinya?'Untung aja aku dapat pesan Whatsapp dari Pak David dan bilang kalau sebaiknya aku coba hubungin di divisi lain. Untung dia masih bai
"Carrot! Sejak kapan aku suka makan carrot? Dan kenapa dipiringku selalu ada carrot?"ACHA GA MO WOLTEL MAMA! ACHA GA SUKA!Selintas setelah mendengar ucapan Reza, Rania jadi terngiang-ngiang kata-kata putrinya yang memang suka sayur apapun tapi tidak dengan wortel. Marsha sangat tidak menyukai wortel.Rania tidak pernah tahu sebelumnya kalau Reza tidak menyukai wortel. Rania kembali berpikir apakah ada yang dia lupa saat dulu dia bersama dengan Reza?Pria itu memang tidak pernah menceritakan makanan yang dia suka dan tidak suka. Tapi seharusnya di catatan Pak Bagus ada.Apakah dia membaca cepat-cepat sampai dia tidak fokus?"Harusnya sebagai sekretarisku kau tahu makanan ini tidak mungkin bisa kumakan. Di pertemuan lalu juga aku tidak memakan makananku. Harusnya kau berpikir apa yang salah dengan makanan ini bukan diam saja dan menghabiskan makananmu. Apa sulit untuk sedikit peka?""Sa-saya--""Kenyang kau sekarang?”Mau bilang apa Rania? Dia juga bingung dan sudah nge-dredeg jantung