Share

Pengacau Agenda

"Ganjen!"

"Mood booster Ran," bujuk Amar merengek.

"Enggak Amar! Sampai ikatan kita resmi!"

"Eh, pelit banget!"

"Bye Amar!"

Rania memilih menyelamatkan hatinya dari mobil Amar sebelum pria itu melakukan modus lainnya.

Rania belum siap! Rania takut jika dia bermain hati dengan Amar nantinya dia akan menyakiti Amar lebih dalam. Rania masih berpikir apakah keputusannya ini adalah yang paling tepat atau tidak?

Menyerahkan dirinya pada Amar karena ingin kehidupan putrinya Marsha terjamin. Ini terkesan konyol. Menikah hanya karena uang. Apakah ini yang Rania inginkan? Apa tidak ada solusi lain untuknya?

Pagi ini sesampainya di kantor pikiran ini yang merajai pikiran Rania.

"Selamat pagi Bu Rania!"

"Oh! Selamat pagi, Pak David, Selamat Pagi Tuan Clarke!"

Rania sampai tak sadar kalau dia duduk melamun di kursinya dan tak tahu kalau bosnya sudah datang. Bahkan Rania tidak membukakan pintu untuk Reza. Tadi David yang menyapanya duluan sebelum pria itu membukakan pintu untuk CEO Light Up yang wajahnya tak ingin ditatap oleh Rania.

'Aku gak bukain pintu, ada hukuman gak ya?'

Rania yang kikuk berusaha berdiri dan sebetulnya dia agak ngeri juga kalau Reza nanti akan marah padanya.

'Tapi kalau aku dipecat dari perusahaan ini juga tidak masalah kan? Aku akan menikah dengan Amar dan dia itu keluarganya pemilik departemen store. Pasti bisa mencukupi kebutuhanku dan Marsha'

Namun setelah memikirkan ini dan membayangkan tentang kemarahan Reza juga sikap bosnya itu Rania secara tidak sadar menepis tentang keraguannya akan menjadi istri Amar. Itu malah seperti anugerah.

Dilihat dari segi manapun akan lebih menyenangkan baginya jika tidak harus berhubungan dengan Reza lagi. Rania tidak harus memikirkan tentang masa lalunya. Rania juga tidak harus dimaki-maki setiap hari dan dikatakan tidak becus bekerja. Yang lebih menguntungkan, Rania bisa menghabiskan waktunya bermain bersama dengan putrinya dan tak perlu memikirkan besok berapa banyak uang yang akan dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan Marsha.

Bukankah setiap wanita menginginkan kehidupan yang tenang dan terpenuhi semua kebutuhannya?

Inilah yang membuat Rania berdiri tegak dan segera ke pantry menyiapkan apa yang seharusnya dibuatkan untuk bosnya.

"Permisi Tuan Clarke, ini cemilan pagi dan minumannya."

Rania memasuki ruangan Reza tanpa ada beban seperti biasa. Dia terlihat lebih baik dari hari-hari kemarin karena tidurnya juga cukup jadi tidak terlihat lemas.

"Persiapkan untuk rapat nanti! Aku tidak mau ada staff yang terlambat. Segera informasikan pada mereka datang sebelum rapat dan siapkan agendanya."

"Baik Tuan Clarke."

Segi positif hubungan Rania dengan Amar membuat dirinya bisa lebih balance dalam menghadapi Reza. Rania bisa bersikap biasa dengan pikirannya mengingat masa kelamnya, menarik-narik membayangkan lukanya dengan mengalihkan pada pernikahannya yang akan berlangsung dengan Amar.

Gambaran masa depannya nanti yang akan lebih bahagia dan ini membantunya lebih fokus pada pekerjaannya karena tak lagi dibayang-bayangi oleh kemarahan Reza dan ketakutannya akan dipecat.

"Permisi Tuan Clarke, ini laporan untuk rapat pagi ini."

Rapat dimulai tadi jam sembilan, selesai jam sepuluh. Dan sekarang, baru seperempat jam berlalu Rania sudah masuk lagi ke ruangan Reza untuk menyerahkan laporannya. Ini lebih cepat dari biasanya.

"Aku tadi memberikanmu waktu sejam untuk membuatny. Kau yakin ini tidak ada lagi yang salah?"

"Silakan dicek dulu saja Tuan Clarke. saya sengaja membuatnya lebih cepat jadi kalau ada salah saya masih punya spare waktu untuk memperbaikinya."

Rania dengan sikapnya yang terlihat datar dan sangat profesional membuat Reza penasaran dengan laporan tersebut dan dia pun melakukan yang disarankan sekretarisnya itu.

"Nanti jam sebelas aku akan meeting dengan klien. Bersiaplah! Hari ini kau ikut keluar denganku."

"Baik Tuan Clarke," tenang dan damai Rania bicara.

Dia pamit undur diri dan melakukan sesuai yang diperintahkan Reza. Tapi sebelumnya waktu yang tersisa Rania gunakan untuk menyelesaikan desk job yang juga menjadi tanggung jawabnya.

"Rania, kau sudah siap? Kita berangkat sekarang."

"Oh sudah Pak David. Dan laporan untuk tugas hari ini sudah saya letakkan di ruangan bapak berkasnya dan filenya juga sudah saya kirimkan ke email bapak."

"Oh, laporan dari masing-masing divisi itu ya?"

"Iya Pak David."

Jam sebelas, David keluar lebih dulu dan dia menyapa Rania sambil menahan pintu ruangan Reza. David baru menutupnya setelah Reza keluar. Dan tentu saja CEO Light Up itu mendengar obrolan antara David dengan Rania di belakangnya saat mereka menuju ke arah lift.

"Oke deh, nanti aku cek. Makasih ya."

"Sama-sama Pak David."

Rania menghentikan bicara karena David juga sudah tidak membahas apa-apa lagi ketika mereka memasuki lift.

Seperti kemarin, Rania mencoba menjaga sikapnya untuk tidak mengganggu bosnya termasuk saat dirinya ada di mobil bosnya. Rania menempati kursi yang sama hanya saja saat ini dia tidak diam, gugup dan kebingungan.

Rania yang juga membawa tablet memilih fokus untuk mengecek ulang data-data yang harus dikerjakannya untuk besok. Dia merapikan dan telaten sekali mengecek satu demi satu.

Sama dengan Reza yang ada di sisinya yang juga tak bicara, sibuk dengan laptopnya.

Tak sama sekali Rania melirik ke sampingnya. Dia tak kepo lagi dan sikapnya sangat profesional karena semakin terlarut dengan desk job-nya.

"Apa yang kau kerjakan?" melihat Rania yang sibuk sendiri seharusnya tidak menarik perhatian Reza tapi entah kenapa dia malah bertanya begitu.

"Oh, ini untuk rapat besok Tuan Clarke. Saya mengingatkan pada divisi masing-masing tentang agenda untuk besok. Supaya mereka tidak lupa dan ini juga untuk mencocokkan catatan saya dengan catatan mereka jadi hasil eksekusi dari rapat tadi bisa lebih maksimal besok," ujar Rania, sambil menunjukkan apa yang memang ada di tabletnya.

"Hmm." Reza tak merespon lebih.

Rania juga tidak mengharapkan lebih. Dia terkesan cuek dan kembali lagi mengerjakan pekerjaannya sampai mereka tiba di tempat tujuan, Rania tak mengganggu Reza.

"Selamat siang Tuan Clarke. Pak David dan ..."

"Rania, dia sekretarisku!"

"Oh ya, selamat siang Ibu Rania! Anda masih sangat cantik dan muda. Sekretaris Anda sangat luar biasa menarik sekali Tuan Clarke."

"Aku rasa kedatanganku ke sini bukan untuk mendengar pujianmu pada sekretarisku kan?"

"Ah, iya, tentu saja. Dan ini proposal bisnis yang sudah kami buat Tuan Clarke."

Setelah beberapa hari bekerja dengan Reza, Rania paham bagaimana tipe pria itu.

Reza tidak suka membahas yang tidak ada hubungannya tentang bisnis. Sama dengan pertemuan siang itu, Reza bahkan tidak menyentuh jamuan makannya dan hanya fokus pada pembahasan dengan kliennya.

Rania mencatat semuanya, dia cukup profesional dan memang tidak ada masalah yang dia timbulkan sampai rapat selesai.

"Apalagi agendaku hari ini David?"

"Kita ada rapat jam tiga di SSG. Setelah itu, jam lima, ada rapat internal pemegang saham SSG. Lalu jam tujuh, anda tadi meminta divisi keuangan Light Up untuk memberikan laporan dan ada teleconfrence meeting dengan kantor cabang di New York jam sembilan malam."

"Oke. Kita ke SSG. Nanti teleconference di Light Up saja setelah aku melihat laporan keuangan. Dan kau, catat semuanya. Hasil kegiatanku hari ini aku ingin besok sudah ada di mejaku sebelum aku datang."

'Itu artinya aku harus mengikuti semua agendanya hari ini kan?' Rania lemas.

'Lalu gimana dong dengan rencana makan malamku dengan anakku dan Amar?'

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Andika Pratama
cerita bagus
goodnovel comment avatar
Cut Farrasigerly
koin terus
goodnovel comment avatar
putri eka
Reza mnyeballkn............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status