Share

5. Kedatangan Calista

"Assalamualaikum, permisi!"

Ucapan salam seseorang di depan pintu rumah Bu Sarah membuat orang-orang yang ada di dalam penasaran siapakah orang yang bertamu sepagi ini. Lihatlah! jam masih menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. Para ibu-ibu pun yang sedang menyapu halaman rumah turut kepo dengan kedatangan seorang ibu-ibu dengan tampilan glamournya. 

 Di musim kemarau ini, cuaca pada pagi dan malam hari akan terasa begitu dingin. Apalagi tinggal di desa yang tidak begitu padat penduduk, yang di sekelilingnya di penuhi dengan sawah serta ladang sehingga angin semakin kencang bertiup membuat cuaca terasa sangat dingin di dua waktu tersebut.

"Waalaikum salam," jawab Bu Sarah sambil membuka pintu.

Saat tahu siapa yang bertamu, bu Sarah begitu kaget dengan kehadiran orang di depannya.

"Maaf, mbak. Pagi-pagi gini saya sudah bertamu!"

"Calista, masuklah!"

"Kevin, Keluarlah! ada Calista, istri papamu!"

"Bentar, Bun!"

"Saya buatkan minum dulu."

Sepertinya Sarah, bersamaan dengan keluarnya Kevin yang masih menggunakan sarung sehabis sholat tadi.

"Apa kabar, ma?" Tanya Kevin sambil mencium tangan ibu tirinya tersebut.

Ya, memang, hubungan Kevin dan keluarga papanya terjalin cukup baik selama ini. Apalagi sewaktu Kevin kecil, ia sering di jemput oleh sang papa dan di bawa ke Jakarta saat musim libur tiba.

Entah apa yang merasuki Bu Calista, sehingga ia tega membawa-bawa Kevin dalam masalah keponakannya itu.

"Mama baik."

Bu Sarah datang membawa secangkir kopi untuk tamunya.

"Silahkan diminum!"

"Terimakasih, mbak."

"Jam berapa berangkatnya dari Jakarta?"

"Kebetulan dapat penerbangan bagi untuk penerbangan Jakarta-Surabaya. Berangkatnya tadi jam tiga dini hari, tiba di Surabaya kurang lebih jam lima. di lanjut lagi dari Suraya ke Jember menggunakan taksi dan langsung menuju kesini."

"Apakah ada keperluan mendesak sehingga mengharuskan kamu datang sepagi ini ke Jember? Dan kenapa datangnya seorang diri?" Tanya Bu Sarah.

"Ya, saya kesini atas permintaan mas Ferdy. Dia saat ini sedang sakit dan beliau mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan Kevin, sehingga mas Ferdy meminta saya untuk menjemput Kevin kesini."

"Astagfirullah!" seru Kevin dan Bu Sarah bersamaan.

"bagaimana, Kevin? Kamu mau kan ikut mama ke Jakarta?"

"Tapi, sebentar lagi Kevin akan menikah, Ma."

"Apa? Kamu mau menikah, kenapa gak beritahu papa sama mama? Kami juga orang tuamu Kevin!"

"Maaf, Ma. Bukan Kevin tak mau memberitahukan kepada kalian, tapi rencananya lusa Kevin beserta ayah dan bunda akan ke Jakarta mau memberitahukan pernikahan ini."

"Papa mu sakit parah, dia sangat membutuhkanmu di sisinya. Mama mohon datanglah, walau cuma sebentar!"

"Tak apa, nak. Lagian pernikahanmu masih kurang sembilan hari lagi, temuilah papamu! Urusan lainnya masih ada ayah dan adik-adik mu yang akan membantu." kata pak Hendra menasehati.

"Baiklah!"

"Apakah sekarang mau langsung pergi?"

"Mama pasti masih lelah, istirahatlah dulu di kamar Kevin, ntar sore baru kita berangkat!"

"Baiklah! Mama memang sangat lelah, antarkan mama ke kamarmu!" pinta Calista kepada Kevin.

Sedangkan Bu Sarah, entah perasaan apa yang menghinggapi hatinya, ia merasa tak tenang, ingin ia melarang Kevin pergi, tapi sang suami sudah memberikan izin dan ia pun juga kasihan kepada Calista yang sudah jauh-jauh datang dari Jakarta ke Jember untuk menjemput Kevin.

****

Bersamaan dengan datangnya Bu Calista di rumah Kevin, di rumah Izah juga kedatangan saudara dara mereka yang dari Malang. Mereka datang dengan menggunakan mini bus dan beberapa sepeda motor, ya karena dari malang adalah keluarga dari Bu Fatma. Bu Fatma yang memilih ikut sang suami ke Jember sehingga membuat ia sangat jauh dari keluarga, sehingga di acara penting ini keluarga besar Bu Fatma memilih datang jauh-jauh hari agar bisa melepas rindu dan bercengkrama lebih lama.

Jika di hitung, jumlah mereka hampir lima puluh orangan. Tiga puluh orang yang menaiki mini bus, sekitar ada delapan sepeda yang berpasangan semua dan satu mobil pribadi yang berisi empat orang.

"Walah, keponakanku ini udah mau nikah toh, padahal dulu yang sering main ke malang masih ingusan." Kata slah satu kerabat."

Izah hanya menanggapi dengan senyuman candaan dari saudara-saudara nya. Lama mereka bercengkrama, hingga obrolan mereka terhenti saat Bu Fatma mengajak mereka untuk makan.

"Izah, ntar sore ikut bude ya, ke Jember kota, ada yang mau bude beli!" Kata Bu Rahma, adik dari Bu Fatma

"Iya, bude." jawab Izah.

*****

Sore telah tiba, mentari pun sudah mulai condong ke arah barat dan akan menghadirkan senjanya. Kevin dan Bu Calista sudah siap untuk pergi ke Jakarta.

"Ma, tunggu sebentar disini, aku ingin kerumah calon istriku dulu untuk pamit."

"Ya, pergilah! Agar dia tak mencarimu!"

'Dan temuilah dia untuk terakhir kalinya!' lanjut Bu Calista dalam hatinya.

Kevin pun berangkat ke rumah Izah dengan mengendarai motornya. Setibanya di rumah Izah, tampak di sana lumayan ramai karena saudara Izah yang dai Malang sudah datang semua.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, eh, Nak Kevin. mari masuk!"

"Iya, pak." Kevin menyalami tangan pak Wahyu.

"Izahnya ada pak?"

"Walah, Izah baru saja berangkat katanya mau ke Jember kota di ajak budenya yang baru tiba dari Malang."

"Aduh, gimana ya, pak? Kevin sangat ingin ketemu sama Izah."

"Ntar malam paling baru datang dia. Besok saja!"

"Kalau besok nggak bisa, pak. Saya mau pamitan, saya mau ke Jakarta, papa saya sakit parah kata mama tiri saya."

 "Astagfirullah, semoga cepat sembuh ya, le."

"Iya, pak. Makasih doanya."

"Terus untuk pernikahannya gimana?"

"Saya gak lama, pak. Sebelum acara saya pasti akan pulang."

Tiba-tiba handphone Kevin berbunyi dan itu adalah panggilan dari ibu tirinya yang meminta agar Kevin severa pulang karena satu jam pesawat akan lepas landas.

"Saya mohon sampaikan kepada Izah kalau saya cuma sebentar di Jakarta."

"Baiklah! akan bapak sampaikan saat dia pulang nanti. Kamu hati-hati lah di perjalanan."

"Iya, pak. Ya sudah, Kevin pulang dulu!"

"Assalamualaikum,"

"Walaikum salam."

Kevin pun pulang kerumahnya dan segera bersiap-siap untuk segera berangkat karena taksi yang di epsan mama tirinya sudah tiba sejak tadi.

Setelahnya Kevin pun berangkat bersama sang ibu tiri pergi ke Jakarta. Calista tersenyum kemenangan karena ia begitu mudah mengajak Kevin ikut serta bersamanya. 

Sebentar lagi, ponakannya akan terbebas dari kabar miring yang sering di gosipkan oleh tetangga mereka. Dan nama baik keluarga mereka akna kembali pulih setelah kevin menikahi Mona.

Dan inilah awal kisah Iza dan Kevin yang akan di mulai, di sini awal air mata akan menemani hari-hari Izah. Inilah awal bencana itu akan tiba.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status