Share

Akhir Penantian Sang Calon Pengantin
Akhir Penantian Sang Calon Pengantin
Author: Sheila FR

1. Lamaran

1. Lamaran

"Eh, Bu Fatma sama si Izah kok banyak banget belanjaannya? Mau ngadain acara ya?" Tanya Bu Dewi tetangga Bu Fatma yang kebetulan mereka bertemu di pasar swalayan.

"Eh, Bu Dewi, nggak kok, cuma acara keluarga saja," jawab Bu Fatma sambil tersenyum.

"Halo, Zah!" Sapa Zaki anak Bu Dewi

"Ah, iya, halo juga Zaki!" Izah menjawab sapaan Zaki dengan seulas senyum tipis.

Bu Dewi yang melihat anaknya menyapa Izah tampak tak suka.

"Ngapain senyum-senyum gitu, udahlah, yuk balik!" Kata Bu Dewi ketus.

"Saya pulang dulu, nggak usah ganjen dengan acara senyam senyum gitu sama anak saya, syukur anak saya kamu tolak karena itu anak saya mendapatkan calon istri yang lebih cuantik dan berpendidikan tinggi, jauh sama kamu!"

 Bu Dewi memang tidak menyukai Izah karena Izah dulu pernah menolak lamaran Zaki, anaknya yang katanya paling ganteng se desa. 

Izah dan Bu Fatma hanya geleng-geleng kepala melihat Bu Dewi yang begitu judes kepada mereka.

Nur Azizah, seorang gadis desa yang berusia dua puluh tahun. Gadis yang akrab di sapa Izah itu, merupakan primadona di desanya. Menjadi kembang desa tak membuat Izah memiliki sifat sombong dan angkuh. Sifatnya yang baik hati dan rendah hati yang mewarisi sifat dari ibunya tak akan pernah luntur oleh sang waktu. 

  Kecantikan, kemolekan tubuh, serta keindahan akhlak yang di miliki Izah membuat ia tak jarang di lamar oleh para pemuda di desanya hingga di desa sebelah. Bahkan kadang kala para sodagar kaya yang sudah memiliki istri juga turut datang ingin menjadikannya istri, sehingga membuat para istri sodagar tersebut membenci dan kadang pula ada yang memfitnah Izah. 

  Tak satupun pemuda di desanya yang mampu memikat hati Izah kecuali, Kevin Pradipta yang terpaut usia enam tahun lebih tua dari Izah, sahabat Izah dari kecil dan bahkan mereka sudah menjalin hubungan sejak tiga tahun belakangan. Sebenarnya tak hanya Kevin sahabat Izah, ada juga Laila, Hanum dan juga Wati yang merupakan sahabat Izah yang tinggal di satu desa dengannya.

   Kevin merupakan putra dari pemilik kebun tebu terkaya di desa nya. Ia bukanlah anak kandung dari pak Hendra, tetapi melainkan anak Bu Sarah istri pak Hendra dengan suaminya yang pertama. Dalam pernikahan keduanya ini, Sarah dan Hendra memiliki dua orang anak, satu anak laki laki yang bernama Melvin dengan usia terpaut delapan tahun dengan Kevin dan adik perempuannya  yang bernama Silvin yang selisih tiga tahun dengan Melvin.

    Sore ini, rumah pak Wahyu, orang tua Izah tampak ramai karena kedatangan tamu dari keluarga pak Hendra, keluarga Kevin yang berniat ingin melamar Izah untuk Kevin. Rumah yang tak begitu luas itu, yang memiliki panjang 10m dan lebar 7m. Rumah sederhana nan minimalis itu tampak begitu asri dengan pepohonan yang sengaja di tanam di sisi kanan kiri serta di depan dan belakang.

     Mereka datang tak hanya dengan lambaian tangan, beragam buah, kue-kue, pakaian lengkap, serta perhiasan turut menjadi buah tangan mereka untuk melamar Izah, wanita pujaan hati putra mereka.

"Pak Wahyu, terimakasih sebelumnya sudah mengizinkan kami singgah ke kediaman bapak Wahyu. Adapun tujuan kami kesini yaitu untuk melamar putri bapak, Nur Azizah, untuk putra kami Kevin Pradipta." Kata pak Hendra menyampaikan niatnya.

"Kami juga berterimakasih kepada bapak Hendra sekeluarga karena sudah Sudi untuk singgah di gubuk kami ini. Saya sangat senang putri saya di lamar oleh keluarga bapak Hendra yang begitu terhormat, tapi, saya tak bisa memutuskan lamaran ini di terima atau tidaknya, saya pasrahkan semuanya kepada putri saya, karena dia yang akan menjalankan nantinya."

"bagaimana, Izah? Apakah kamu menerima lamaran ku?" Tanya Kevin penuh harap.

Izah menatap Kevin yang juga menatapnya, ia tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya kepada kedua orang tuanya.

"Bismillah, Izah menerima lamaran mas Kevin, pak, buk,"

"Alhamdulillah!" Seru mereka semua. 

Senyum kebahagiaan begitu terpancar jelas di wajah kedua keluarga ini. Terutama pada wajah Izah dan Kevin, saling senyum dan saling lirik-melirik membuat para orang tua menyoraki mereka, sehingga mereka tersadar dan menjadi slyah tingkah atas apa yang mereka lakukan barusan. 

"Kalau sudah pada setuju, sekarang kita tentuin tanggal pernikahannya!"

"Ya, sebaiknya seperti itu. Lebih cepat lebih baik, menurut pak Hendra tanggal berapa pernikahan mereka akan di laksanakan?"

"Bagaimana kalau bulan depan dan tanggalnya tanggal 09, kebetulan pada tanggal itu hari libur sehingga papa kandung Kevin bisa datang ke acara pernikahan anaknya."

Kevin memang bukanlah anak kandung dari pak Hendra, ia adalah anak pertama dari Sarah dan Antony papa kandung Kevin. Kedua orang tua Kevin bercerai saat Kevin berusia tiga bulan, karena keluarga Antony yang tak pernah menyukai Sarah karena berasal dari desa. Keluarga Antony yang selalu menghina dan menekan Sarah membuat Antony tak tega kepada istrinya, sehingga ia memilih untuk menceraikan Sarah agar wanita itu bisa bebas dan bisa bahagia. Namun Antony tak melepas tanggung jawabnya kepada Kevin sehingga Kevin begitu kenal baik dengan papa kandungnya, dan meskipun kini Sarah sudah memiliki suami, Antony tetap membiayai semua kebutuhan Kevin termasuk biaya pendidikan Kevin tanpa sepengetahuan keluarganya.

"Bagaimana, nduk? Apa kamu setuju pernikahannya di adakan bulan depan?"

"Izah ikut mas Kevin saja, Bu, kalau mas Kevin setuju Izah juga setuju."

"Waah, calon idaman banget nih, pasti kalau udah jadi istri akan menuruti semua perintah suaminya dan tak akan membangkang!" Pujian itu terlontar dari mulut Sarah ibu Kevin yang begitu membanggakan calon mantunya ini.

"Ah, Tante, jadi malu deh."

"Lah, emang kenyataannya, iya nggak Vin?"

"Iya dong, Bun. Siapa dulu yang milih!" Kata Kevin sambil menyugar rambutnya ke belakang sambil mengedipkan sebelah matany kepada Izah.

Aksi Kevin membuat semua yang ada disana tertawa karena tingkat kepedean lelaki itu yang stadium akut.

"kamu itu! bikin malu saja!" Kata Sarah kepada Kevin.

"Ya, sudah, kita makan dulu, yuk!" Ajak Fatma kepada tamunya.

   Mereka pun beranjak dari duduk mereka dan menuju ruang makan. Di meja makan, sudah tersedia berbagai makanan sederhana yang sudah di hidangkan oleh Bu Fatma sebelum tamunya datang. Ada ayam goreng, tempe dan tahu goreng, cah kangkung, sayur asam, dan udang Krispy.

"Maaf ya, Bu Sarah, pak Hendra dan nak Kevin, hanya hidangan ini yang bisa kami sajikan!"

"Ah, tidak apa-apa Bu Fatma, ini juga sudah ada macam-macam makanan kok."

"Mari, Bu, silahkan dimakan!"

   Mereka pun makan dalam diam, hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar menemani makan malam kedua keluarga ini. 

   Setelah beberapa menit makan dalam diam, kini satu persatu dari mereka mulai beranjak meninggalkan meja makan dan menuju ruang tamu.

    Setelah semua selesai dengan makannya, mereka melanjutkan dengan berbincang bincang ringan.

"Maaf, om, Tante, saya izin bawa Izah keluar sebentar?!" Kata Kevin meminta izin kepada kedua orang tua Izah.

"Silahkan, nak Kevin! Asalkan jangan di apain anak gadis saya!"

"Eh, om. Saya akan menjaga Izah, om,"

"Jangan malam-malam bawa Izah balik!" pesan pak Hendra kepada Kevin.

"Iya, Yah!"

"Ya sudah, kami berangkat dulu!"

"Izah jalan dulu, pak, buk, om, Tante!" pamit Izah sambil menyalami tangan mereka satu persatu.

"Iya, hati-hati, ya nduk!"

"Iya, Bu,"

Kevin pun membawa Izah jalan-jalan dengan motornya sportnya.

"Kita mau kemana, mas?"

"Udah, ikut ajah! Lagian bosen di rumah dengerin orang tua cerita, kita diem Bae gak ngapa ngapain."

Mereka pun pergi ke alun-alun kota yang lumayan jauh dari desa mereka. Menikmati indahnya suasana kota di malam hari, bersama sang pujaan hati, berharap agar mereka selalu bersama sampai ajal menjadi pemisahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status