Share

2. Belanja Sayur

   Setelah saling mengungkapkan kata cinta, kini kedua sejoli itu saling bertatapan dengan pandangan yang menyiratkan cinta yang begitu besar di mata mereka. Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Izah, sepersekian detik bibir mereka sudah bertaut saling melumat menyampaikan rasa tersirat dalam lumatan itu.

Deg

Tubuh Izah mematung mendapat perlakuan dari Kevin. Tubuh dan jiwanya seakan tak berkompromi sehingga tak mampu menolak apa yang Kevin lakukan.

 Entah setan apa yang merasuki Kevin sehingga ia berani mencium bahkan melumat bibir Izah. Padahal sebelumnya, mereka tak pernah melakukan itu. Ini ciuman pertamanya pun begitu dengan Izah, wanita itu tampak kaget dan tak bisa mengontrol dirinya saat Kevin dengan tiba-tiba mencium serta melumat dirinya. 

     Setelah sama sama kehabisan oksigen barulah Kevin melepas ciumannya. 

"Maaf!" seru Kevin sambil merapikan rambut Izah yang sedikit berantakan karena tangannya yang menekan tengkuk Izah.

   Izah tak menjawab permintaan maaf dari Kevin, ia masih terlalu syok atas apa yang terjadi barusan.

'My first kiss' batinnya.

   Melihat Iza yang tetap diam, membuat Kevin semakin merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan. Kevin memegang kedua bahu Iza dah membawanya kedalam pelukannya.

"Sayang, maafkan aku ya, udah kurang ajar sama kamu. Maafkan aku yang udah mengambil ciuman pertamamu, maafkan aku yang begitu lancang menyentuhmu." kalimat Kevin terdengar begitu sangat tulus dan penuh penyesalan.

"Aku maafin, tapi ku mohon jangan seperti ini lagi!" jawab Izah dalam pelukan Kevin.

"Iya, sayang, aku janji. Aku benar-benar minta maaf, aku nggak akan ngulangi lagi!"

"Aku percaya sama kamu, mas."

"Kamu nggak lapar? Kita cari makan yuk!"

"Aku masih kenyang, kita beli camilan ajah gimana?"

"Ya udah, yuk!" 

 Mereka pun menuju I******t untuk membeli beberapa camilan dan minuman untuk menemani mereka menghabiskan waktu di taman kota.

Setelah merasa cukup lama, mereka memutuskan untuk pulang. 

"Terimakasih untuk hari ini, Mas."

"Aku juga terimakasih karena kamu sudah menerima lamaran aku. Sebulan lagi, aku nggak sabar pengen cepet-cepet halalin kamu,"

"Semoga segalanya di lancarkan, aamiin."

"Aamiin, dan doakan aku semoga bisa membahagiakan kamu."

"Aku selalu mendoakan kamu, mas."

****

   Pagi menyapa, setelah selesai melaksanakan kewajiban sebagai umat Islam, Izah segera menuju dapur untuk membantu ibunya memasak untuk sarapan pagi ini. Sudah kebiasaan baginya semenjak kecil bahkan sampai sekarang yang sudah lulus sekolah selalu membantu pekerjaan ibunya. Entah itu menyapu, mencuci, ataupun memasak seperti pagi ini. Karena belum ada lauk untuk di masak, Izah memutuskan menyapu terlebih dahulu sambil menunggu pedagang sayur keliling lewat di depan rumahnya seperti biasanya.

"Sayur, sayuuur," suara teriakan dari luar menghentikan aktifitas Izah yang sedang menyapu lantai.

"Bu, ada tukang sayur, mau beli apa?" Tanya Izah kepada ibunya yang saat ini sedang ada di dapur.

"Beli ikan sama bayam ajah, di kulkas masih ada kangkung dan ayam sisa kemaren belum di masak." Jawab Bu Fatma dari arah dapur.

"Ya sudah, Izah ke depan dulu."

   Setelahnya, Izah ke depan dengan membawa sejumlah uang untuk membayar belanjaannya. Tukang sayur keliling itu tampak sudah di kelilingi ibu-ibu yang juga ingin membeli lauk maupun hanya sekedar membeli camilan untuk sarapan.

"Eh, Izah, mau belanja juga?" Tanya Bu Tuti tetangga Izah.

"Iya, Bu Tut. Izah cuma mau beli bayam sama ikan," jawab Izah sambil memberikan seulas senyum kepada tetangga yang menyapanya barusan.

"Eh, dengar-dengar si Kevin anaknya juragan tebu itu udah ngelamar kamu ya, Zah?" Tanya Bu Halimah kepada Izah.

"Iya, Bu."

"Ah, pantesan anak saya si Malik ngelamar kamu di tolak ternyata udah ada yang embat toh," kata Bu Halimah dengan sinis.

"Namanya juga jaman sekarang, yang berharta mah kalah sama yang punya cinta!" Timpal Bu Dewi.

"Ya, benar itu! Kemaren saja anak saya juga ngelamar si Izah, tapi juga di tolak oleh bapaknya yang sok itu!" Bu Sri juga turut menimpali omongan mereka karena merasa di rendahkan harga dirinya oleh keluarga Izah.

"Sudah, atuh. Kasihan neng Izah. Namanya juga jodoh, nggak mungkin ketukar. Kita doakan saja semoga Izah selalu bahagia." Kata tukang sayur dengan bijak.

Izah merasa tak enak dengan omongan para ibu ibu barusan, memang beberapa hari yang lalu beberapa anak dari mereka melamar Izah, tapi bukan di terima malah rasa kecewa karena penolakan dari Izah yang mereka dapatkan. Bukan niatan Izah untuk menolak niat baik mereka, tapi hatinya sudah terlanjur jatuh pada pesona Kevin sahabatnya sedari kecil.

"Ini neng, sayur sama ikannya, totalnya dua belas ribu saja," Kata pak sayur sambil menyerahkan belanjaan Izah.

"Ini, pak uangnya," Izah menyerahkan uang sepuluh ribuan sama lima ribuan.

"Ini, neng kembaliannya,"

"Terimakasih, pak."

 

"Maaf, bu-ibu, saya duluan, wassalamualaikum!" pamit Izah saat mendapatkan barang belanjaannya. 

"Waalaikumsalam,"

Izah pun masuk kedalam rumahnya dengan menenteng belanjaan. Tampak masih terdengar oleh pendengarannya bahwa ibu-ibu itu masih saja membicarakan dirinya.

"Kok lama, nduk?" Tanya ibu Fatma.

"Iya, Bu. Di luar rame jadi ngantri deh yang mau beli." tak mungkin Izah mengatakan yang sejujurnya kepada ibunya tentang apa yang telah di bicarakan tetangganya perihal dirinya.

"Ya sudah, kamu goreng saja ikannya, ibu masih mau ke belakang mau jemur pakaian,"

"Iya, Bu."

Izah pun menggoreng ikan yang tadi di belinya. Setelah selesai menggoreng ikan, Izah kini memasak sayur bayam yang tadi dibelinya. 

  Selesai memasak, Izah menyajikan makanan ke atas meja dan sebagian di letakkan ke dalam rantang kecil untuk bapaknya yang sedang mencangkul di sawahnya.

"Sudah selesai, nduk?" Tanya Bu Fatma yang baru tiba di dapur.

"Iya, Bu. Ya sudah yuk, yang mau sarapan dulu."

"Buat bapak udah kamu wadahin?"

"Sudah, ntar Izah tinggal ngantar saja."

Mereka pun sarapan berdua, setelah selesai sarapan, Izah berangkat ke sawah dengan membawa rantang yang telah disi makanan untuk pak Wahyu.

  Di perjalan, Izah berpapasan dengan Kevin yang sedang mengendari motor sport nya.

"Mau kemana?" Tanya Kevin menghentikan laju motornya.

"Ini, mau antarin makanan buat bapak di sawah," jawab Izah sambil menunjukkan rantang yang di bawanya.

"Ya udah, yuk naik. Aku akan mengantar tuan putri dengan selamat smapai tujuan." Kata Kevin sambil memperagakan seolah dirinya seorang pengawal.

"Gak ngerepotin?"

"Calon istri nggak akan pernah ngerepotin," 

Izah pun naik keboncengan Kevin, para warga yang tanpa sengaja melihat adegan Kevin dan Izah ada yang memuji ada pula yang mencibir Izah.

Jalan menuju persawahan tak semulus jalan utama di desa, ukuran jalan yang lebih kecil dan jalan yang tak di aspal serta di kanan kiri jalan terdapat selokan membuat siapa saja pengendara yang melewati jalan tersebut harus ekstra hati hati agar tak nyebur ke selokan, ataupun nyebut ke sawah warga yang pada akhirnya akan mendapat Omelan jika di ketahui oleh pemilik sawah karena tanamannnya yang rusak akibat kejatuhan orang tersebut. Kadang pula ada warga yang memanfaatkan kejadian sepeti itu untuk meminta ganti rugi atas tanamannya yang rusak dengan nominal yang tak sebanding dengan rusaknya tanaman yang hanya beberapa pohon.

"Pak, ini Izah bawakan sarapan untuk bapak!"

"Eh, pakai di bawain segala, padahal bapak ini udah mau pulang, loh!"

"Nggak apa-apa, makan dulu!"

Izah pun membuka rantang nya dan menyajikan makanan untuk pak Wahyu.

"Nak Kevin, mari makan sama bapak!"

"Enggak usah pak, Kevin sudah sarapan tadi di rumah."

"Abis ini kalian mau kemana?"

"Nggak kemana-mana pa, tadi kebetulan Izah ketemu sama mas Kevin di jalan, jadinya di antarin deh."

"Ya sudah, bapak makan dulu, ya!"

"Iya, pak, silahkan!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status