Share

4.Pulang ke Rumah Mama

"Mas Di ngerasa nggak enak sama Mama sama Kak Sita." ujar Diandra, ada rasa cemas dan khawatir dalam hati. Takut kebencian Mama dan Kak Sita membuat kamu menjadi.

"Di, mas malu sama kamu, selama ini kan belum beliin kamu macem macem pernah.. Ohya Mas juga punya kejutan satu lagi, buat istri tersayang Mas. Bagaimana klo kita pulang ke rumah Orang Tua kamu, Mas ambil cuti 3 hari." Bimo tampak antusias sekali.

Mata Diandra berbinar,

"Mas kamu serius...?"

"Ya Allah makasih ya Mas, Di mau Mas."

"Ya udah lusa kita berangkat ya." Ucap Bimo seraya mengacak pelan rambut istrinya.

"Iya Mas." Diandra memeluk suaminya.

Ah Mas... aku akan kuat meskipun sikap mama dayn Kak Sita ga prnh baik terhadapku selagi kamu tetap seperti ini, tapi kalau kamu ikutan kasar dan benciku, aku takut nggak akan sanggup Mas. Lamun Diandra.

***

Sekitar 3 jam perjalanan dari Cikarang, akhirnya mobil yang dikendarain Bimo dan Diandra sampai disudut kota Cilegon. Aah... Diandra begitu sempurna rumah ini. Ia terlihat begitu bahagia.

"Mang Ujang." Diandra membuka jendela mobil, memanggil mang ujang satpam rumahnya yang sedang duduk santai dihalaman rumah orang tua Diandra.

"Neng Diandra... Masya Allah Neng." 

Mang Ujang nampak kaget dan sumringah melihat Diandra seraya membuka pintu gerbang. Mobil Bimo masuk ke halaman. Diandra buru buru keluar dari mobil.

"Mama ada kan Mang didalem." Tanya Diandra pada Mang Ujang.

"Iya Neng ada, ya Allah Neng Diandra, apa kabaar? kok baru kesini nengokin Tuan sama Nyonya." Tanya Mang Ujang.

"Iya Mang nih baru sempet, Diandra ke dalam dulu ya Mang." 

"Ohya Neng, silahkan Mas Bimo." Mang Ujang tersenyum pada Bimo.

****

Diandra masuk kedalam rumah mencari cari dan akhirnya menemukan Mama sedang duduk di taman belakang.

"Mama... Di kangeen."

Diandra berlari ke arah Mama, lalu memeluk Mama. Mama kaget seraya menitikan air mata.

"Diandra, kamu nak..." Mama menciumi wajah putrinya. Terpancar kebahagiaan yang teramat sangat di hati Mama.

Bimo menyalami dan mencium tangan Mama mertuanya itu. Mama menerimany tanpa ekspresi...

"Ah... apa Mama masih belum bisa menerima Mas Bimo." Batin Diandra, yang melihat ekspresi Mama saat melihat Bimo.

Sungguh sangat dingin respon yang Mama berikan pada suami anaknya itu.

"Sayang kamu baik baik saja kan? kenapa baru sekarang pulang? apa kamu sudah lupa sama Orang Tua kamu." Mama nampak mencecar Diandra.

"Tidak Ma, Diandra baru sempet aja. Mas Bimo kan karyawan yang nggak bisa sembarang ambil cuti Ma, udah ahh, yang penting sekarang anak kesayangan Mama ini udah didepan mata mama yaa. Nih lagi meluk mamanya." Diandra mencoba menggoda sang ibu. Sang Mama balas dengan mempererat pelukan anaknya itu.

"Ohya Papa mana Ma, kerja yaa."

"Jyaa nanti bentar Mama telp yaa biar cepet pulang, Papa kamu juga kangen banget sama kamu"

Diandra menggangguk, tak melepaskan pelukannya didekapan Mama.

****

Mama duduk dimeja makan sedikit melihat melihat Diandra yang sangat cekatan masak dan menyiapkan semuanya. 

"Ah kamu sudah berubah nak, jauh lebih dewasa semoga Mama tidak salah memberi restu untukmu." Batin Mama.

"Mama kok ngelamun aja, Papa mana Ma." Diandra tersenyum memperhatikan Mama.

"Ohyaa nak tadi masih sholat magrib sebentar lagi juga turun." Jawab Mama.

Bimo nampak diam saja bingung dan juga segan tentunya. Dia cukup tahu diri, dulu sulit dia meluluhkan hati Ibu Mertuanya ini.

Hanya karena latar belakang keluarganya, ya... Bimo sadar siapa dia dibandingkan dengan keluarga Diandra.

"Mas Bimo kok ikutan Mama ngelamun sih." Ucap Diandra lembut namun cukup membuat Bimo tersentak.

Lalu ia tersenyum. Diandra mengambilkan nasi untuk suaminya itu

Lalu punya Mama dan Papa yang baru datang.

"Sayang... Kenapa kamu yang repot repot sih, kan ada Bi Inah." kata papa

"Tidak apa-apa Pa, Di dah biasa kok... dirumah juga Di sem.. ehh itu anu." Diandra hampir saja keceplosan, Mama tampak memandang tajam ke arah Diandra

"Apa maksudnya sayang, kamu baik saja kan sayang disana, disana apa kamu pakai pembantu." Mama tampak mencecar Diandra dan mengungkapkan tajam ke arah Bimo.

"Itu... hmm... Kayaknya nggak perlu pake pembantu kok Ma, Di seneng bisa ngelakuin semuany. Mas Bimo juga suka bantuin kok, iyakan Mas." 

"Eh iya mba." Jawab Bimo

Diandra jadi salah tingkah.

"Inget ya Bimo! Diandra selamat menjadi anak kami tak pernah melakukan apapun, menderita karena apapun, kalau mama tau Diandra sampai menderita hidup bersama kamu. Nggak akan mama maafkan kamu..." Ancam Mama.

Bimo tampak diam membeku.

"Ma, kan sekarang sudah berbeda Di sudah jadi a istri. Jd dia harus bisa lebih mandiri." Papa mencoba Mama.

"Tidak kok Ma, mas Bimo memperlakukan Di dengan sangat baik... Di bahagia Ma."

Diandra menggenggam erat tangan sang Mama, ada nyeri di sudut hati, rendahnya perlakuannya terhadap Mama Mertua dan Kakak Iparnya.

Juga Mas Bimo yang tempramen. Tapi cinta dan cinta pada Bimo, yang membuat Diandra bertahan selama 7 bulan dan hidup bersama Mama mertua serta ipar.

****

"Di... maafin Mas yaa, kata2 Mama tadi menyadarkan Mas. Mas belum bisa memberikan kehidupan yang layak buat kamu, Mas juga suka kasar sama kamu. Entah Mas sering lepas kendali. Mas janji, mas tidak akan pernah menyenangkan kamu, Mas tidak akan pernah pernah bahagia. lg sama kamu." ujar Bimo memohon. Bimo bersimpuh dihadapan Diandra.

“Ya Allah Mas apa-apaan ini.” Diandra memeluk suaminya.

"Di ikhlas Mas asal Mas tetap sayang sama Di, itu sudah lebih dari cukup... tapi Mas janji yaa jangan galak dan kasar sama Di, Di takut Mas"

"Mas janji sayang. Mas janji, makasih ya sayang."

Bimo memeluk tubuh istrinya.

****

Diandra sedang menyiram tanaman dihalaman belakang rumah orang tuanya, ditemani Mama. Tanpa sengaja terlihat di lengan tangan Diandra, ada bekas luka bakar. Reflek Mama bertanya.

"Ini kenapa sayang, ini luka bakar memang kenapa kamu bisa luka seperti ini." 

Di nampaknya, "itu ma.. hmm.. di ketumpahan air panas."

"Sayang, kamu jawab yg jujur ​​ini kenapa?"

"Beneran Ma, iih Mama kok nggak percaya sama Di." ujar Diandra cemberut.

"Tidak percaya memang, Mama tau saat kamu jujur ​​ataupun tidak bohong." Tegas mama.

"Serius Mamaku sayang, udah aahh... mama tuh terlalu sayang sama Di jadinya berlebihan gitu deh." Diandra bergelayut manja pada sang Mama

"Terus?" Tutur Mama dengan judesnya.

"Hehe... makasih Mama ku sayang." Diandra menciumi pipi Mama.

Aah andai Mama tau yang sebenarnya, mungkin Mama akan langsung menyuruhku bercerai dengan mas Bimo, luka ini karena kak Sita Ma...

Ketika itu Diandra sedang menjemur pakain, tetapi Kak Sita berteriak-teriak minta dibuatkan teh hangat. Diandra berlari dengan terburu-buru membuatkan teh Kak Sita. Dan ketika memberikannya di depan Kak Sita, tehnya tumpah dan tumpahan tehnya mengenai kaki Kak Sita. Tetapi tidak sampai luka atau pun melepuh. Kak sita marah besar laluur mengambil air panaskan ke arah Diandra, reflek Diandra menutup tubuhny dengan kedua tangannya hingga mengenai bagian lengan sampai ke tangan.

Kejam sekali memang perlakuan Kak Sita. tapi bodohnya aku tak bisa melawannya sama sekali. Diandra melamun.

***

POV Mama

Ah... mimpi apa aku kedatangan anakku, bahagianya ya Rabb. Yah 7bulan berlalu sejak menikah dengan laki-laki yang awalnya tidak kusetujui itu, tak pernah sekalipun datang menjenguk. Terasa sakit memang, benar-benar merasa kehilangan. Tapi lihatlah sekarang sosok anak manja ini telah berubah total jadi lebih rajin bahkan semua pekerjaan rumah dia sekarang. Bukan, bukan aku tak senang sebagai ibu tapi lebih tepatnya sedih.. Dia yang biasa dilayani sekarang harus melayani. Entah rasanya sedikit tak terima. Apalagi mereka tak punya pembantu.

Satu lagi luka bakar ditangan Diandra. Aku masih tak percaya dengan penjelasan Diana. Jelas itu luka seperti disiram, satu lagi di dahinya seperti ada bekas luka jg. Biarlah akan kuselidiki sendiri, liat saja.

Bimo andai kau tak memeperlakukan putriku dengan baik siap kaui kehilangannya. Dan aku kupenjarakan km!

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status