Amalia Hapsari, wanita cantik yang tahun ini menginjak usia 30 tahun, memiliki kehidupan yang sulit karena harus bekerja banting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri dan ibunya yang sakit-sakitan. Tak punya waktu untuk mencari kekasih. Hingga takdir mempertemukan dirinya dengan seorang Revan Wirabrata, atasan barunya di kantor. Dan akhirnya mereka memiliki rasa yang sama dan saling tertarik. Namun sayangnya status Revan adalah suami dari Asti Prameswari. Walaupun pernikahan mereka berdua sudah berada di ujung tanduk kehancuran sebelum Revan mengenal Amalia, tapi tetap saja Amalia mendapatkan predikat buruk sebagai seorang pelakor. Dapatkah Amalia dan mempertahankan cintanya pada Revan? Ataukah Amalia akan menyerah?
View MoreBibir Lia tersenyum lebar saat membaca pesan masuk yang dikirimkan Revan. 'Asti sudah setuju untuk bercerai. Aku akan urus semuanya setelah itu kita bisa langsung menikah.'Lia merebahkan tubuhnya masih dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Jantungnya berdebar kencang membayangkan akhirnya dia akan menikah dengan Revan. Tak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya jika dirinya akan menikah dengan lelaki setampan dan sesempurna Revan. Bagi Lia, Revan adalah lelaki pertama dan terakhir yang bertahta di hatinya, walaupun bagi Revan Lia bukan yang pertama. Mengingat itu, senyum Lia langsung sirna. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba melintas, namun dengan cepat Lia berusaha menangkisnya. "Asti yang berselingkuh lebih dulu! Dia menyakiti Revan dan wajar Revan berpisah dengannya, tak ada hubungannya denganku…" gumam Lia sambil memejamkan matanya. Lia bangun dari tidurannya dan kembali berpikir, "bolehkan aku bahagia dengan perpisahan Revan?" tanyanya bermonolog. "Duuh kenapa sih aku?" Li
"Nanti aku ceritakan semuanya, tapi telpon di HP ku aja, ini HP orang aku nggak enak," Jawab Lia lirih, takut Adrian mendengar percakapannya. "Aku tanya kamu tidur di mana?" Ulang Revan meminta jawaban. "Aku sekarang tinggal di kos," Jawab Lia singkat. "Kenapa?""Nanti aku ceritakan semua setelah HP ku ambil, kemarin HP ku jatuh dan nggak mau nyala…""HP mu sudah jadi, dari semalam aku menelpon tapi nggak aktif. Dan barusan aku telpon sudah bisa, berarti HP mu sudah jadi. Buruan di ambil lalu telepon aku secepatnya!""Iya… jam 8 saat konter buka langsung aku ambil.""Ck, baiklah. Langsung telpon aku setelah diambil. Jangan lupa!" Ingat Revan. "Iya, sudah dulu…""Ya," Tut.. Tut.. Tut.. Lia menatap ponsel Adrian yang sudah mati. Semburat kekecewaan menghampiri hatinya karena Revan langsung memutuskan telpon begitu saja. Kenapa dia tak menanyakan kabar Lia? Sebegitu sibukkah dia sampai tak sempat berpikir untuk menanyakan keadaan Lia? Perasaan gelisah kini hinggap di relung hati
Sudah dua hari berlalu, namun Revan tak ada kabar sama sekali. Jangankan menelpon, kirim chat pun tidak. Ada apakah gerangan? Lia ingin sekali menelepon atau mengirimkan chat, namun dia takut. Takut jika ternyata Revan memang sengaja tak menghubunginya karena ingin kembali pada Asti. Entah kenapa, jika Revan tak menghubunginya lebih dulu, Lia merasa tak boleh menelponya. Jika Lia nekat menelpon atau mengirim chat, Lia jadi merasa dirinya benar-benar wanita jahat yang merebut lelaki orang. Lia menghela nafas sambil melempar pelan ponselnya ke atas meja kecil yang ada di sebelah ranjangnya. Namun naas ponselnya malah tergelincir dan jatuh. Sebenarnya meja ini tak terlalu tinggi, namun entah kenapa ponsel Lia malah retak karenanya. "Bego banget sih, Lia!" Geram Lia pada dirinya sendiri sambil menjitak kepalanya pelan. "Duh, mati lagi…" Lia berusaha menekan tombol power tapi ponselnya tak kunjung menyala. Akhirnya Lia memutuskan pergi mencari konter HP untuk memperbaiki ponselnya.
"Bikin malu!" Teriakan Ayah Revan menggema di seluruh ruangan. "Kamu selingkuh?! Kamu punya wanita lain dan memilih bercerai dengan Asti?! Apa kamu sudah nggak waras, Revan!""Revan mau menjelaskan, tapi kalau Ayah sudah menganggap buruk tentang Revan, sepertinya percuma Revan bicara," Revan berusaha menurunkan emosinya. Dia tahu Ayahnya pasti marah besar karena beliau adalah sahabat baik Pak Wijaya - Ayah dari Asti. "Mau penjelasan apa lagi?! Semua sudah jelas! Asti sampai menangis dan mengadu pada Ayahnya. Ayah benar-benar nggak tahu lagi mau ditaruh mana wajah Ayah kalau bertemu mereka! Dan setelah itu semua, Asti masih mau menerima kamu tapi kamu sendiri memilih untuk bercerai! Hanya karena wanita nggak jelas yang baru kamu kenal?! Kamu- pikiran kamu sudah rusak!" Teriakan dan makian dari Ayah Revan menggema memenuhi seluruh ruangan yang hanya berisi tiga orang yaitu Revan, Ayahnya dan Ibunya. "Ayah, tolong tenang. Biarkan Revan menjelaskan," Ucap Ibu Revan yang sejak tadi terd
"Gimana menurutmu?" Anita tersenyum puas dengan kamar kos yang dia datangi bersama Lia saat ini. Sejak pulang dari kantor sore tadi, Anita langsung ke rumah Lia dan mengantarnya mencari kos yang cocok dengaan keinginan Lia. Namun sayang, dua kamar kos yang mereka datangi tak di sukai Lia. Kali ini Anita yakin, Lia suka. Kamarnya tak terlalu besar namun fasilitasnya sangat komplit. Ada kamar mandi dan mini kitchen, jadi Lia tak perlu repot jika ingin memasak. "Oke kan?" Tanya Anita lagi, karena pertanyaannya barusan tak mendapat respon dari Lia. "Lia?!""Eh?! Apa? Kenapa?" "Kamu kenapa sih? Dari tadi bengong, liat HP terus. Kenapa? Ada apa?"Lia menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Nggak apa-apa." Tentu saja Lia berbohong. Dirinya tidak baik-baik saja. Selain masalah yang ditimbulkan Asti siang tadi, Lia pun merasa tak tenang karena Revan tak bisa di hubungi dan tak menghubunginya sama sekali. Padahal tadi siang Revan sempat menelpon Asti, tapi kenapa gilira
"Mana suamiku?! Mana Revan?! Kalian tinggal di mana?!" Teriakan Asti yang seperti orang kesetanan menarik perhatian para tetangga. Perlahan-lahan semua orang keluar dari dalam rumah dan memperhatikan Asti yang sedang murka. "Dasar jala*g!" Teriak Asti lebih keras dan sangat memekakkan telinga. Lia membisu, dia tak bisa berkata-kata, lidahnya kelu. Bingung harus bagaimana, Lia pun segera berbalik dan hendak pergi secepat mungkin. "Nah! Mau kabur kemana kamu! Dasar pelak*or!" Asti melihat sekeliling dan tersenyum puas karena sudah menarik atensi warga sekitar. "Orang kalau ketahuan salah ya gitu, main kabur! Itu bukti kalau dia memang pelakor! Bapak-Ibu semuanya, lihat perempuan ini! Dia sudah merebut suami saya! Perempuan ini nggak tau diri! Kurang ajar! Harus diusir dari kampung ini!" Asti makin koar-koar sambil menatap orang-orang yang mulai berkerumun. Semua orang pun berbisik-bisik sambil melirik sinis pada Lia. Lia makin kalut, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia merasa mal
"Kamu yakin mau pulang?" Revan menatap Lia yang sudah bersiap dengan sebuah tas besar di bahunya. Lia mengangguk mantap, "aku nggak berani tinggal di sini sendirian. Vila ini terlalu besar dan luas. Lagipula sudah terlalu lama aku meninggalkan rumah, rumah pasti sudah kotor dan berdebu," jawab Lia berusaha tenang sambil memaksakan senyum. Revan tampak berpikir sejenak, lalu dia menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah kalau itu sudah jadi keputusanmu, nanti aku antar kamu pulang dulu sebelum berangkat ke Bandung."Revan bangkit dari duduknya lalu mendekati Lia yang berdiri kaku di dekat kolam renang. Revan menatap wajah Lia yang terlihat lelah lalu mengusap pipinya dengan lembut. "Sabar ya, aku pasti akan menyelesaikan ini secepatnya lalu kita segera menikah. Aku janji."Lia mengangguk sambil tersenyum. Bibir Lia mungkin memang terlihat tersenyum, namun Revan tau pasti jika dalam hati Lia berkecamuk berbagai macam pikiran, semua terlihat jelas pada wajah ayu nya yang terlih
"Laki nggak tau diri! Mentang-mentang ganteng boleh selingkuh gitu! Enaknya lagi nggak di pecat. Perusahaan ini sudah nggak beres!""Iya, kenapa sih Pak Rudi belain dia banget? Apa mereka sodaraan? Sampai segitunya di bela. Di mana-mana orang selingkuh itu dipecat!"Lia menunduk sambil menelan ludah saat mendengar beberapa wanita bergosip di dekat wastafel toilet, sedang dia sendiri duduk diam di dalam bilik. "Padahal HRD langsung kasih SP 3 loh! Aturan langsung dipecat kan?""Backing dia Pak Rudi! Heran ya sama Pak Direktur kita mau-maunya melindungi tukang selingkuh.""Kabarnya si cewek juga di kasih kesempatan pindah kerja ke cabang lain.""Masa sih? Gila banget! Nggak beres ini!"Lia menunduk makin dalam, jari jemarinya gemetar dan berusaha tenang dengan cara meremas remas kain celananya. Perasaannya sungguh tak karuan, malu, marah, sedih rasanya dia ingin masuk ke dalam lubang yang dalam dan bersembunyi di sana selamanya sampai tak ada orang yang mengenalinya atau mungkin melup
"Kamu siap?" Revan menatap Lia yang duduk di sebelahnya. Lia tampak terdiam dan terus tertunduk. Hati kecilnya enggan untuk pergi karena dia merasa malu dan takut, namun semalam Pak Rudi, sang direktur utama menelponnya secara langsung dan meminta agar Lia datang ke kantor pusat untuk menemuinya. Mau tidak mau, Lia tetap harus berangkat. Lia menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya. "Ya," jawabnya singkat. "Tenang saja, ada aku. Kamu nggak sendirian," ucap Revan sambil menggenggam jemari Lia. Belum juga Lia bisa melupakan kejadian malam itu saat Revan dan dirinya terpaksa berhubungan, lalu tak lama muncul Asti yang mengamuk di kantor dan membuat seluruh rekan kerja Lia mengetahui rahasianya selama ini, dan sekarang dia juga harus menemui Pak Rudi, sang Direktur, secara langsung karena kejadian menggemparkan itu. Dalam tiga hari ini, dunia Lia serasa jungkir balik tak karuan. Kehidupannya yang dulu begitu damai dan membosankan seketika berubah 180° karena bertemu dengan le
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.