All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 61 - Chapter 70
116 Chapters
Bertemu kembali
Stok sabar Najwa sepertinya sudah hampir habis dalam menghadapi kelakuan ajaib calon mantan suaminya. Namun, dia tetap merasa puas melihat Bian yang kini terlihat begitu menyedihkan. Keangkuhan pria itu telah tumbang. Kini, yang tersisa hanya reruntuhan kesombongan yang berusaha dia bangkitkan kembali namun sudah terlalu sulit. Nyatanya, pilihan untuk mendua bukannya membawa sejahtera namun justru memberi sengsara. Menyesal pun juga percuma. Semua sudah terlanjur terjadi dan tak bisa ditarik kembali. * "Hari ini kamu temenin kakak ke acara ulangtahun Deva, ya!" ajak Halimah begitu semua pekerjaan telah rampung diselesaikan. "Deva?" Najwa mengangkat kedua alisnya. Merasa tak asing dengan nama itu namun dia lupa pernah mendengarnya dimana. "Masa' kamu lupa, sih? Itu loh, sepupu kakak yang tinggalnya di Singapura." "Maksud Kakak, sepupu yang dulu sempat kuliah di universitas kita tapi malah di DO?" ceplos Najwa yang seketika menutup rapat mulutnya. "Iya," angguk Halimah. "Kamu mas
Read more
Permintaan Dika pada Salma
"Pernah tahu soal kamu," jawab Deva dengan cepat sambil melotot ke arah Halimah."Oh ya?""I-iya," angguk Deva kaku. "Kamu kan salah satu mahasiswi paling berprestasi di universitas kita dulu. Wajar, kalau hampir semua mahasiswa termasuk aku kenal kamu."Najwa mengangguk paham. Dulu, dirinya memang cukup terkenal ditempatnya menimba ilmu. Bahkan, beberapa lawan jenis termasuk senior-senior di kampus, sempat ada yang mengutarakan perasaan padanya namun ditolak.Salah satunya, sahabat dekat Deva waktu itu."Oh iya, kado aku mana, Kak?" tagih Deva pada Halimah. Dia sebenarnya hanya mengalihkan pembicaraan.Seketika, alis Halimah berkerut."Kado? Tumben, kamu nanyain kado?""Emangnya, salah?" tanya Deva balik. "Aku kan memang lagi ulangtahun. Wajar dong, kalau aku minta kado.""Yah, tapi Kakak lupa bawa, Dev. Gimana, dong?"Deva berdecak. Wajah tampannya terlihat masam."Jadi, Kak Halimah ke sini, murni cuma mau numpang makan doang?"Uhuk!!!Lagi-lagi, Najwa tersedak. Namun, kali ini buka
Read more
Sudah terlambat
[Nggak mau, ya? Ya udah kalau gitu.]Suara Dika terdengar kecewa berat. Salma yang mendengar itu pun seketika panik."Tu-tunggu... jangan ditutup dulu!"[Apalagi?]"Aku ada, kok," jawab Salma dengan suara setengah berbisik. Jangan sampai sang Ibu mendengar suaranya.[Beneran?]Kini, suara pria itu terdengar begitu bahagia."Iya. Tapi, kalau aku pinjemin, kamu bakalan ganti, kan?"[Ya, jelas dong, Sayang!] jawab Dika mantap dari seberang sana. [... Asal kamu tahu, Beib! Rumah Bapak sama Ibu terkena proyek jalan tol. Bapak sama Ibuku akan dapat uang 2 M sebagai ganti rugi dari pihak pengembang. Jadi, soal uang, kamu nggak usah khawatir! Bulan depan, uangnya pasti aku ganti semua, kok. Termasuk, yang seratus juta itu.]"Kenapa kamu baru bilang sekarang, Sayang?" tanya Salma dengan mata berbinar. Ingin rasanya berteriak, namun takut sang Ibu dengar.[Sebenarnya... orangtuaku nggak merestui hubungan kita, Sayang. Mereka berniat menjodohkan aku dengan perempuan lain setelah resmi bercerai d
Read more
Bian yang aneh
"Yah, berarti aku terlambat lagi dong, Kak!" kata Deva yang tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya."Ya, bisa dibilang... begitu."Deva tersenyum. Dadanya terasa sesak saat sekali lagi, cinta itu gagal dia raih."Permisi!" ucap Najwa saat memasuki ruangan. Dia membawa nampan berisi dua cangkir teh dan satu piring kecil berisi beberapa jenis cookies. Tentunya, itu cookies kesukaan Deva yang memang sangat pilih-pilih jika soal makanan."Terimakasih," kata Deva saat Najwa meletakkan secangkir teh dihadapannya.Najwa hanya mengangguk. Tersenyum singkat, lalu memberikan teh yang satu lagi untuk Halimah."Makasih ya, Wa!" Halimah turut mengucapkan terimakasih."Sama-sama, Bu!" angguk Najwa sebelum undur diri.Hampir satu jam lamanya, hingga Deva akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Tak lupa, pria itu singgah di meja Najwa dan memberikan sesuatu yang seketika membuat bola mata Najwa tampak berbinar."Pak Deva? I-ini? Ini saputangan saya?" tanya Najwa takjub.Dia pikir, saputangan dengan de
Read more
Bian mulai lelah
Najwa mulai merasa takut. Tingkah Bian benar-benar terlihat ganjil malam ini."Kita sudah hampir bercerai, Mas! Minggu depan, adalah sidang terakhir kita dan waktunya kamu menjatuhkan talak untuk aku.""Apa kamu bilang? Bercerai?" Lelaki itu tertawa sumbang. "jangan bercanda! Hubungan kita baik-baik aja, Wa! Tapi, kenapa kamu malah bahas soal perceraian?""Mas yang jangan bercanda!" sergah Najwa. "Jangan pura-pura lupa ingatan, Mas!"Najwa berbalik. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah daripada harus meladeni Bian terlalu lama."Wa, tunggu!" cegah Bian sambil menahan pergelangan tangan Najwa."Apa lagi, Mas?" tanya Najwa muak."Aku nggak mau cerai! Sampai mati pun, aku nggak akan pernah lepasin kamu!"Cengkraman tangan pria itu kian mengerat. Najwa bahkan mulai merasa kesakitan akibat ulah Bian."Mas, sakit!!!" desis Najwa sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Bian. Tulang pergelangan tangannya terasa hampir remuk."Katakan, kalau kamu nggak akan pernah bercerai dari Mas
Read more
Berusaha mengejar kesempatan kedua
Perasaan Bu Jannah hancur tak karuan. Putra kebanggaan yang dulu dia manjakan dengan sepenuh hati kini malah tega menyakiti dirinya. Rasanya perih. Seluruh tulang Bu Jannah bagai dipaksa lepas satu per satu."Kamu jahat sama Ibu, Bian!" lirih Bu Jannah menangis.Di kamar sebelah, Bian menutup telinganya dengan bantal. Kesal sekali rasanya, mendengar tangisan sang Ibu yang menurutnya sangat menganggu."Argghhh!! Ibu bisa diem nggak, sih? Berisik!!!" bentak Bian sembari memukul dinding pembatas antara kamarnya dan kamar sang Ibu.Tak berselang lama, suara tangis itu perlahan reda. Bian menghela napas lega lalu tertidur tanpa rasa bersalah.*"Bian... tolong bersihkan Ibu dulu ya, Nak! Ibu benar-benar udah nggak nyaman," pinta Bu Jannah memelas saat kepala Bian menyembul di depan pintu kamarnya."Makanya, Ibu cepat sembuh, dong! Biar Ibu nggak nyusahin Bian lagi," ucap Bian ketus sembari masuk ke dalam kamar sang Ibu."Maafkan Ibu!" Bu Jannah tertunduk. Ia pasrah saja ketika Bian mulai m
Read more
Kedatangan orangtua
"Bapak? Ibu?" lirih Najwa dengan perasaan bahagia."Ngapain orang itu harus datang sekarang, sih?" gumam Bian merasa kesal.Pak Haris dan Bu Dahlia lekas menghampiri Najwa. Mereka saling berpelukan demi melepas rindu yang sudah lama menggunung."Bapak sama Ibu kenapa datang nggak bilang-bilang, sih? Kan, Najwa bisa jemput di terminal," ucap Najwa begitu melepaskan pelukan dengan sang Ibu angkat."Ibu sama Bapak sengaja pengen kasih kejutan untuk kamu, Wa! Tapi... ternyata pas sampai sini, justru kami yang terkejut. Kok, manusia sampah ini masih ada disini?" tanya Pak Haris dengan lirikan sinis ke arah Bian."Bapak sama Ibu apa kabar?" tanya Bian basa-basi."Nggak usah sok akrab. Sebentar lagi, kamu bukan siapa-siapa lagi untuk putri kami," jawab Pak Haris ketus."Tapi, saya nggak mau cerai dari Najwa, Pak. Saya masih sangat mencintai dia.""Cinta Najwa atau cinta hartanya?" sindir Pak Haris telak."Tentu saja cinta Najwa-nya, Pak.""Kalau memang cinta, kenapa dulu mendua?"Skakmat!La
Read more
Resmi bercerai
Hari yang dinanti-nanti Najwa akhirnya tiba. Hari ini, adalah sidang terakhir perceraiannya dengan Bian. Dengan didampingi oleh pengacara serta kedua orangtua angkatnya, Najwa dengan penuh percaya diri melangkah memasuki gedung tersebut. "Sepertinya, Bian tidak akan hadir hari ini," ucap Pak Haris saat hendak memasuki ruang pengadilan. "Bagus kalau Mas Bian nggak datang, Pak. Itu artinya, perceraian kami bisa diputuskan secara verstek. Dengan begitu, nggak akan banyak drama yang bisa menganggu jalannya persidangan nanti," timpal Najwa. Perempuan itu sangat bersyukur dengan ketidakhadiran mantan suaminya. Dengan begitu, sidang putusan perceraian mereka bisa diputuskan dengan cepat tanpa ada drama penolakan dari Bian. "Selamat, Mbak Najwa! Anda kini sudah resmi menyandang status baru." Pengacara yang selama ini mendampingi Najwa dalam sidang perceraiannya tampak tersenyum puas dengan hasil yang dikeluarkan pengadilan. "Terimakasih, Pak!" "Kalau begitu, saya permisi dulu! Masih ada
Read more
Membuang Ibu
"Pokoknya, Mas nggak akan pernah menerima perceraian ini, Wa! Kamu selamanya akan tetap jadi istri Mas!" ucap Bian keras kepala.Kehilangan Najwa adalah kejatuhan paling rendah dalam hidupnya. Wanita itu adalah harapan terakhir yang tersisa untuk Bian bisa kembali hidup senang seperti dulu.Namun, jika sekarang Najwa benar-benar sudah lepas dari genggaman, itu artinya hidup Bian selamanya akan terus dipenuhi penderitaan."Kenapa susah sekali untuk kamu memaafkan aku, Wa? Padahal, aku sudah mengaku salah! Aku sudah bilang, kalau aku khilaf. Aku menyesal karena telah menyakiti kamu dengan menghadirkan Salma ditengah-tengah kita.""Dan aku juga sudah pernah bilang, Mas! Nggak ada gunanya menyesal! Karena selamanya, aku nggak akan pernah mau kembali lagi sama kamu!"Bian merasa sangat frustasi. Apalagi yang harus dia lakukan demi membuat Najwa kembali padanya?"Ayo, Pak, Bu! Kita pulang!" ajak Najwa pada kedua orangtuanya."
Read more
Taktik Bu Jannah
"Astaghfirullahaladzim!! Ibu kenapa?" tanya seorang wanita berhijab yang datang menghampiri Bu Jannah bersama suami dan anaknya."Huhuhu... Tolong Ibu, Nak! Ibu sepertinya ditinggalkan sama anak Ibu," jawab Bu Jannah."Ya Allah, kasihan sekali!" pekik suami wanita itu tertahan. "Memangnya, kenapa Ibu sampai ditinggal ditempat seperti ini?"Bu Jannah menggeleng. Hendak berterus terang, namun dia juga tak tega jika orang-orang ini nantinya malah memperkarakan Bian ke kantor polisi."Mungkin, anak Ibu lupa kalau Ibu masih ada disini, Nak!" jawabnya kemudian."Ibu hafal, alamat rumah Ibu?" tanya wanita itu lagi."Hafal," jawab Bu Jannah."Kalau begitu, Ibu beritahu saja dimana alamat rumah Ibu! Nanti, saya dan suami saya yang akan mengantarkan Ibu pulang.""Terimakasih, Nak! Terimakasih," timpal Bu Jannah lega.Akhirnya, dia tak jadi terlantar. Sebaliknya, mungkin hidupnya akan kembali enak setelah ini."Bu, apa benar, ini rumahnya?" tanya wanita itu pada Bu Jannah."Benar, Nak! Ini rumah
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status