All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 11 - Chapter 20
112 Chapters
11. Dia (tidak) Baik-baik Saja
Aku tak mempedulikan Najma yang terus saja meminta turun, aku segera membawanya ke kamar agar ia bisa segera istirahat. Soal Salwa, aku harap dia bisa memaklumi apa yang aku lakukan kepada Najma di hadapannya tadi. Setelah meletakkan Najma di kamar, aku keluar untuk mengambil minum di dapur buat Najma. ku lihat beberapa tetangga datang untuk menjenguk istriku. Mereka duduk di ruang tamu di temani ibu. Mereka tak datang dengan tangan kosong, masing-masing dari mereka membawa bungkusan plastik putih transparan yang terlihat jelas isinya. Ada yang membawa roti tawar beserta susu, ada yang membawa camilan, dan ada juga yang membawa buah-buahan. Aku tak heran, karena memang istriku pun melakukan hal yang sama ketika ada tetangga yang sedang sakit. Aku menyampaikan kepada Najma kalau ada para tetangga, tapi aku melarangnya keluar karena harus istirahat. Aku yakin mereka pasti mengerti dan memaklumi jika Najma tak menemui mereka. Sayangnya Najma memaksa untuk tetap menemui mereka. Dia tur
Read more
12. Kejadian di Dapur
"Ummi lagi masak apa?" tanyaku pada istri keduaku yang ku lihat sedang memotong bawang merah dan bawang putih."Astagfirullah, Abah. Bikin kaget saja!" Seketika Salwa menghentikan kegiatannya, laku mengusap dadanya karena kaget."Maaf, Ummi." Sesalku, "Ummi lagi masak apa?" tanyaku sambil melingkarkan tanganku pada kedua pinggulnya.Dia mengangguk,"Mau buat sup ayam." lalu Salwa berusaha melepaskan tanganku yang melingkar di perutnya, "Jangan seperti ini Abah, nggak enak entar kalau di lihat ibu ataupun mbak Najma.""Oh, iya, ibu kemana?" aku bertanya lagi tanpa melepaskan pelukanku."Ibu lagi ke warung mau beli penyedap rasa katanya udah nggak ada.""Ummi, maafkan Abah ya, dari pagi Abah mengabaikan Ummi." ujarku sambil mencium pipinya."Nggak apa-apa, Abah. Ummi ngerti kok." jawabnya sambil menunduk menyembunyikan rona merah jambu di pipinya"Semoga disini juga segera tumbuh buah hati kita," kataku sambil mengusap perut rata Salwa."Aamiin,""Aamiin,"Setelah Salwa mengaminkan ucapa
Read more
13. Musibah yang Menimpa Istri Mudaku
Setelahnya aku pun pergi menuju rumah istri keduaku. Tak butuh waktu lama, hanya butuh waktu sekitaran lima menit untuk aku sampai di rumah Salwa. Saat tiba di persimpangan di depan rumah Salwa, aku melihat di sana terparkir sebuah mobil yang tidak aku ketahui siapa pemiliknya. Seorang wanita paruh baya bersama seorang pemuda berdiri di depan pintu sedang menunjuk-nunjuk Salwa. Bahkan di sekitaran mereka ada beberapa ibu-ibu yang menontonnya. Ada apa ini? Aku memilih turun dari mobil dan mendekat ke arah mereka. Tampaknya tak ada yang menyadari kehadiranku, perlahan aku mulai mendengar perbincangan mereka "Jadi ini alasan kamu menolak anak saya? Di lamar bujang nggak mau, maunya nikah sama orang yang sudah beristri. Kamu itu tak ubahnya hanya seorang pelakor, Salwa!" Makian ibu-ibu itu membuat Salwa menunduk mungkin karena malu."Anak saya wanita baik-baik, bukan dia yang masuk ke rumah tangga orang, tapi orang itulah yang mengajak Salwa untuk masuk
Read more
14. Aku Bukan Pelakor (Salwa POV)
Muhammad Hamdan Alfariki, lelaki tampan yang telah memikat hati ini. Seorang lelaki yang menjadi pelanggan di warung kopiku saat ia mendatangi sebuah pembangunan hotel tepat di seberang jalan depan warungku. Ada debar yang tak bisa ku jelaskan setiap kali bertemu dengannya. Beberapa kali kami sempat beradu pandang, tapi dengan cepat dia memutuskannya seolah sedang menjaga pandangan dan itu semakin membuatku kagum akan sosok dirinya.Tak pernah satu waktu sholat pun ia jalankan dengan terlambat. Setiap kali adzan berkumandang, ia segera menuju musholla yang tak jauh dari gedung yang ia pantau untuk melaksanakan sholat. Diam-diam aku selalu memperhatikan setiap kegiatannya.Entah keberanian dari mana, aku selalu menyelipkan namanya di setiap doaku, berharap dia akan menjadi imam buatku dan ayah dari anak-anakku kelak. Aku memintanya kepada Rabb-ku, berharap menyatukan kami dalam sebuah ikatan pernikahan.Hingga selama beberapa bulan ini, aku tak melihat kehadirannya memantau proyek yang
Read more
15. Ngidam
Angin membelai wajahku dengan lembut, langit yang berhiaskan taburan bintang nan mengelilingi bulan tak membuatku beranjak dari jendela kamar yang sengaja ku buka untuk menghirup udara malam yang damai. Begitu menenangkan hati, meski tak sepenuhnya. Lambaian daun karena diterpa angin membuat suasana semakin terasa sejuk.Tak ada suara, selain suara jangkrik serta detak jarum jam yang bergantian saling bersahutan menambah kesunyian malam yang kini sudah semakin larut. Dua puluh tiga lewat lima puluh menit, arah yang di tunjuk jarum jam yang ada di sisi kanan tempat tidurku.Tiada kantuk yang ku rasakan, mata ini terasa begitu enggan untuk terpejam. Setetes air mata jatuh melewati pipi, segera aku menghapusnya dan menggantikannya dengan senyuman. Berusaha berfikir positif atas apa yang terjadi beberapa hari ini. Berusaha memikirkan alasan yang baik mengapa ia tak pernah menghubungiku selama lima hari ini. Ah, aku merindukannya, merindukan suami yang tak lagi seutuhnya milikku. Suami yan
Read more
16. Luka yang Semakin Dalam
Satu jam, dua jam, bahkan sudah lima jam suamiku tak kunjung datang. Berkali-kali aku membuang napas kasar, berharap bisa sedikit saja mengurangi sesak yang semakin menghimpit dada. Membuat ibu jadi geram dan memutuskan untuk menelpon mas Hamdan. Aku sudah melarangnya karena ini sudah malam, tapi ibu tetep kekeuh ingin menelpon anak semata wayangnya tersebut.Tak hanya aku yang menunggu, tapi masakan kesukaannya yang berada di atas meja tetap utuh tak tersentuh menunggu sang pemilik makanan datang untuk menghabiskannya."Assalamualaikum, Bu." sapa mas Hamdan di sebrang sana."Waalaikum salam," jawab ibu ketus."Kenapa, Bu?" tanya mas Hamdan dengan suara serak mungkin dia sudah tidur."Hamdan, kamu masih nanya kenapa ibu menelponmu?" kata ibu sedikit menaikkan nada suaranya.Aku mengelus lengan ibu guna meredam emosinya."Apakah Hamdan berbuat kesalahan?" Tak adakah dia merasa bersalah pada diri yang sudah berjam-jam menunggunya,
Read more
17. Kemarahan pun Nasihat Ibu
POV 3 "Jangan ulangi kesalahan kamu lagi, Hamdan! Kamu harus bisa menjaga perasaan istrimu. Jangan terlalu sering menyakiti Najma!" Ibu menunjuk-nunjuk Hamdan seiring tatapan tajam yang ibu layangkan kepada anak semata wayangnya tersebut pertanda ia begitu marah akan apa yang dilakukan sang putra. Setelahnya, ia menghela napas berat, "Beruntung Najma sudah mau menyatukan kamu dengan wanita yang sudah mengotori pikiranmu dan membuatmu tak bisa menjaga pandangan. Jangan karena keikhlasan Najma akan pernikahan keduamu ini, kamu jadi seenaknya mengabaikan istri pertamamu begitu saja. Bahkan kamu sampai tak pernah menghubunginya sama sekali," Ibu menggelengkan kepalanya dan berusaha mengatur nafasnya yang memburu, ia begitu marah kepada Hamdan karena sikapnya selama seminggu ini yang mengabaikan Najma dan berniat untuk tak pulang melebihi waktunya. Bukan maksud ibu untuk ikut campur akan urusan rumah tangga anaknya, tapi dia hanya tak mau nantinya sang anak yang menjalani poligami menjadi
Read more
18. Usul Satu Atap dari Najma
Mobil yang dikemudikan Hamdan membelah jalanan yang tak begitu cerah karena sang mentari masih sembunyi di balik awan yang mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.Hamdan mengendarai mobilnya memasuki area supermarket dan memarkirkan mobilnya. Ia melihat Najma sedang duduk di sebuah kursi yang tersedia di teras supermarket dengan di temani satu cup ice cream rasa vanila kesukaannya. Ia mengumpulkan keberaniannya untuk bertemu Najma. Rasa bersalah yang begitu besar membuat Hamdan merasa begitu malu untuk bertemu sang istri. Setelah berkali-kali menarik dan membuang nafasnya dengan perlahan, Hamdan pun turun dari mobil dan mulai menghampiri istri pertamanya tersebut yang terlihat begitu menikmati ice cream yang ada di hadapannya."Assalamualaikum, Umma," salam Hamdan ketika menghampiri Najma dan duduk di kursi di seberang meja Najma."Waalaikum salam, Abah,""Si mbok kemana Umma?""Lagi di dalam, belum selesai belanjanya. Umma nggak di
Read more
19. Keinginan Salwa
"Abah, kapan kita akan pergi bulan madu? Ummi juga ingin merasakan pergi honeymoon bersama suami ummi,"Sore itu, setelah pulang dari kantor Hamdan mampir sebentar ke rumah Salwa guna untuk melihat kondisi istri mudanya tersebut. Terasa lega hatinya saat melihat Salwa sudah baik-baik saja dan sudah beraktifitas seperti biasanya."Ummi, jangan sekarang dulu, ya. Kondisi Umma Najma masih nggak memungkinkan untuk Abah tinggal jauh, kondisi kandungannya masih lemah. Bahkan kemaren sempat mengalami flek karena kelelahan. Abah tak ingin kejadian seperti itu terulang kembali, apalagi kemaren Abah tidak ada bersamanya." Hamdan mencoba meminta pengertian dari istri keduanya tersebut setelah terdiam cukup lama memikirkan ajakan sang istri, berharap Salwa mau mengerti.Salwa tampak kecewa mendengar jawaban sang suami. Padahal ia sangat menginginkan pergi berbulan madu bersama suami di saat awal pernikahan, seperti kebanyakan pasangan suami istri lainnya. Hamdan dapat melihat gurat kecewa di waja
Read more
20. Tuduhan yang Menyakitkan
 "Kamu beneran Nak mau ke rumah istri pertama suamimu itu?" tanya ibu Salwa saat putrinya itu udah siap untuk pergi."Iya, Bu. Salwa mau memperjuangkan hak Salwa sebagai istri mas Hamdan. Salwa juga ingin bahagia seperti pasangan yang baru menikah lainnya, Bu."Setelah kepulangan Hamdan kemarin, Salwa memikirkan dengan penuh pertimbangan apa yang harus dia lakukan demi memperjuangkan hak miliknya. Dia sudah membulatkan tekad untuk mengunjungi kediaman Hamdan dengan istri pertamanya."Nak, berapa kali ibu bilang, Hamdan sudah berusaha untuk membahagiakan kamu. Dia suami yang baik, suami yang bertanggung jawab. Namun, keadaan kakak madumu yang tak memungkinkan untuk Hamdan membawamu berbulan madu, mengertilah, Nak." ibu Salwa masih berusaha menasehati putrinya yang di pikirnya terlalu egois tak memikirkan perasaan istri pertama suaminya. Ia takut kedatangan Salwa ke sana akan menimbulkan masalah baru yang akan membuat hubungan ketiganya tak baik-baik
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status