All Chapters of PULANG KAMPUNG: Chapter 41 - Chapter 50
89 Chapters
38 Di Kali
Aku dan Mas Huda terpaksa berpencar. Dia mencari Mbak Sinta di kampung sebelah, sementara aku dan Agus masih sibuk mencari di kampung sendiri.Berulang kali pindah gang supaya tak melewati rumah Mbak Ambar. Aku malas jika tetanggaku di sana makin kepo dan tanya macam-macam. Urusan akan semakin ribet dan nggak akan ada habisnya."Bi, ibu ke mana ya, kok belum pulang juga. Coba telpon bapak, Bi. Kali aja ibu nyusul bapak, kan?" Suara Agus yang agak serak menahan isak cukup terdengar di telingaku yang tertutup helm."Bapakmu sudah bibi telpon barusan, tapi nomernya nggak aktif, Gus. Mungkin lowbat," jawabku memberi pengertian. Entah lowbat atau memang sengaja nggak diaktifkan. Yang penting aku beralasan supaya Agus tak mikir aneh-aneh juga."Rum, mau ke mana?" tanya Mas Iqbal yang baru saja lewat di sampingku.Dia berhenti agak jauh lalu memundurkan motornya kembali. Kini aku dan dia sama-sama duduk di motor, menepi di bawah pohon beringin tak terlalu jauh dari rumah Mbak Ambar. Suara or
Read more
39 Fitnah dan Darah
Kepulangan Mbak Sinta membuat semuanya jauh lebih tenang. Dia hanya butuh waktu untuk sendiri, bukan berniat b*nuh diri. Namun, berita tak sedap justru berhembus begitu saja. Menggelinding bak bola tertiup angin.Aku sudah berusaha menjelaskan, tapi banyak orang yang tak percaya. Apalagi mereka beralasan, aku dan Mila telat datang ke acara Mbak Ambar hanya karena menenangkan Mbak Sinta yang depresi.Berita nggak benar itu terdengar dari mulut ke mulut, entah siapa pencetusnya. Sebab itu pula ibu sempat marah padaku, karena tak diberi tahu sejak awal persoalan pelik Mbak Sinta. Sebelum aku dan Mila bicara soal rencana perceraian Mbak Sinta, ternyata ibu sudah lebih dulu tahu dari para tetangga.Pintar sekali mereka mencari berita. Benar-benar seperti wartawan profesional saja. Kabar apa langsung melesat ke seluruh penjuru kampung. Kadang aku heran dengan mereka, bisa-bisanya saingan dengan cctv."Rum, memangnya benar ya kalau Sinta berniat bundir? Suami balik sama mantan jangan ditangi
Read more
40 Terbongkar
Mas Angga babak belur entah karena apa. Ibu cukup shock melihat anak lelakinya berdarah-darah begitu. Istighfar tak pernah lepas dari bibirnya. Badannya lemas seketika, beruntung aku dan Mbak Sinta ada di sampingnya. Gegas memapah ibu menuju kamar."Maaf, Bu. Angga dikeroyok dua orang laki-laki di pasar tadi. Motornya hampir saja dirampas pengkeroyok itu. Kalau nggak ada warga yang buru-buru datang, mungkin motor ini sudah hilang," ucap seorang bapak yang mengantar Mas Angga. Sementara bapak satunya memakai motor yang lain tanpa berboncengan."Astaghfirullah. Maksudnya Mas Angga korban perampokan atau penjambretan gitu, Pak?" tanyaku kemudian sembari membawa kotak obat dari kamar."Mungkin saja, Bu. Sebab mereka ingin merampas motor itu, tapi herannya kenapa siang bolong begini. Ibu bisa tanya ke Angga kenal atau tidak dengan pelakunya. Yang jelas tadi memang terjadi pengeroyokan. Itu saja yang bisa kami jelaskan," balas bapak itu lagi sembari menoleh ke arah Mas Angga yang masih kesa
Read more
41 Keputusan
Sore hari, beberapa menit pasca adzan ashar berkumandang. Aku masih ngobrol dengan ibu seputar masalah Mas Angga di teras depan.Kutenangkan hatinya supaya tak terlalu memikirkan persoalan itu. Mas Angga sudah dewasa, dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk masa depannya.Lagipula, kalau memang Mbak Agnes nggak bisa diajak ke arah yang lebih baik, mungkin memang bagusnya mereka berpisah saja. Daripada terus saling menyakiti satu dengan yang lainnya."Hutang Angga tiga puluh juta gimana ya, Rum? Apa dia nggak punya duit segitu? Ibu ikut pusing mikirin ya." Ibu berkata lirih sembari menerawang jauh ke depan. Tatapannya kosong, menatap hamparan kebun jagung tak jauh dari rumah Mbak Sri."Ibu nggak perlu khawatir. Mas Angga masih ada motor, masih ada mobil, ada rumah juga. Kalau hanya utang segitu, InsyaAllah masih bisa diatasi. Lagipula dia juga kerja, punya gaji tetap, Bu," ucapku berusaha menenangkannya."Iya, Rum. Tapi sampai babak belur begitu dikeroyok preman. Gimana ceritanya bi
Read more
42 Perempuan Itu
"Gala udah siap belum?" Anak lelakiku itu masih berisik aja di kamar adiknya sedari tadi. Suaranya begitu nyaring, menertawakan adiknya yang pakai baju nggak modis, katanya."Iya, Ma. Udah beres. Bajunya dah masuk ransel nih," teriaknya menjawab pertanyaanku.Hari ini, rencananya aku mau mengajak anak-anak dan ibu jalan-jalan ke Jogja, sekalian menginap di sana. Ibu pasti senang belanja di Pasar Beringharjo atau sekadar menikmati suasana Malioboro di malam hari.Setidaknya cuci mata untuk menghilangkan beban pikiran yang akhir-akhir ini terus diterimanya. Lagipula, anak-anak juga butuh suasana baru supaya lebih semangat menjalani aktivitas sekolahnya."Mas Angga mana, Mas? Kok nggak kelihatan?" tanyaku pada Mas Huda yang masih sibuk dengan cameranya. Mungkin ada yang rusak atau kotor karena memang jarang terpakai."Mas Angga ketemuan sama rentenir itu buat melunasi hutangnya. Gaji Mas Angga itu lumayan loh, Sayang. Enam juta ya sebulan. Dia bilang cuma megang sejuta, tapi Mbak Agnes k
Read more
43 Keterlaluan
Bakda maghrib, anak-anak sudah siap dengan style mereka. Gina pun memakaikan jilbab pada neneknya. Beberapa menit kemudian mereka sudah kompak menghampiriku yang menunggunya di depan pintu sembari menelpon Mbak Sinta."Kami siap ke Malioboro," ucap Gala dengan semangat 45. Gina pun merangkul kakaknya lalu berjalan bersama menuju mobil. Jalanan sudah mulai padat, Mas Huda parkir agak jauh ke arah timur. Arah pasar BeringharjoDua anak kesayanganku itu pamit mau jalan-jalan dan cari kaos Jogja, katanya. Sementara aku, Mas Huda dan ibu duduk santai di bangku yang tertata rapi di area Malioboro. Tak lupa Mas Huda memotret kebersamaan kami dalam kameranya."Bu, mau makan apa? Biar Mas Huda beliin," ucapku pada ibu yang masih mengamati pemandangan sekitar."Kacang rebus aja, Rum. Ibu bingung mau camilan apa. Jajanan pasar kalau ada," pinta ibu kemudian.Mas Huda mengangguk pelan, pamit pergi sebentar lalu datang dengan membawa satu plastik berisi jajanan pasar dan kacang rebus sesuai permin
Read more
44 Pertemuan Menegangkan
|Mas, apa kamu nggak ada niatan untuk memiliki istri kedua? Padahal kamu sudah pantas melakukannya|Pesan yang dikirimkan Mayang pada Mas Huda itu terus menghantuiku. Seolah tak pernah lepas, selalu saja muncul di manapun tak pernah lihat situasi.Piknik tiga hari yang seharusnya membuatku bahagia, justru selalu dirasuki perasaan takut dan curiga. Namun aku berusaha menutupi kegelisahanku ini dari anak-anak dan ibu. Mereka tak boleh tahu dan mereka harus bisa menikmati liburan kali ini dengan senyum dan tawa.Berulang kali Mas Huda menjelaskan dan meyakinkan, tetap saja membuatku tak tenang. Bahkan saat dia menuruti semua permintaanku untuk menutup akses Mayang mendekati Mas Huda, tetap saja aku masih disesaki khawatir dan curiga.Kini, nomor ponsel Mayang sudah diblokir. Media sosial yang terhubung dengan Mas Huda pun diblokir pula. Tak ada celah lagi untuk menghubungi suamiku. Namun perasaan takut, khawatir dan kesal belum juga hilang.Aku memang salah jika kesal dengan Mas Huda, ka
Read more
45 Dendam
"Keterlaluan kamu, May. Jangan memalukan papa di depan Huda dan keluarganya!" bentak Om Burhan kemudian. Wajahnya memerah karena malu melihat tingkah anaknya yang terlalu kemayu itu.Mayang hanya tersenyum tipis saat aku membulatkan kedua mata menatapnya. Benar-benar perempuan aneh. Terang-terangan mengucapkan kalimat itu di depanku. Istri Mas Huda sendiri.Gala dan Gina yang sedari tadi melihat foto-foto mereka di kamera papanya pun menoleh seketika saat Om Burhan membentak putri semata wayangnya. Aku dan ibu saling lirik, seolah paham apa isi hatiku ibu mengajak anak-anak keluar untuk cari jajan.Mereka pun tersenyum senang, pamit keluar setelah menyerahkan kamera itu pada ayahnya. Kuberikan selembar uang merah untuk ibu, memintanya untuk belanja di sekitar sini saja. Tak peduli lirikan sinis Mayang padaku dan anak-anakku.Kini, tinggal kami berempat di ruangan ini. Om Burhan masih memegangi dadanya, mungkin cukup shock melihat sendiri bagaimana sikap anak perempuannya di depan tamu
Read more
46 Dua Lelaki
Dering alarm berbunyi. Pukul lima pagi. Aku sengaja membunyikan alarm tiga kali. Jam empat, setengah lima dan jam lima.Kebetulan hari ini aku sedang berhalangan, jadi tak ada kewajiban untuk menunaikan salat subuh. Alarm terakhirlah yang kupakai sebagai alarm bangun tidur.Tak peduli Mas Huda sudah menghilang sedari tadi. Badanku rasanya tak karuan. Perjalanan dan liburan yang harusnya menyenangkan justru membuatku pusing dan melelahkan."Rum, Angga kemana?" tanya ibu tiba-tiba. Aku yang baru keluar kamar pun agak kaget mendengar pertanyaan ibu soal Mas Angga."Ningrum kurang tahu soalnya baru bangun, Bu," ucapku sembari meringis kecil."Oh iya. Anak gadis bangunnya kesiangan," sindir ibu sambil tertawa kecil membuatku garuk-garuk kepala yang tak gatal."Semalam Mas Angga bilang mau hadiri sidang perdananya dengan Mbak Agnes, Bu," ucapku lagi saat ibu sibuk dengan persiapan sarapan. Sepertinya menu pagi ini adalah opor ayam dan tahu tempe. "Kenapa nggak bilang ibu? Harusnya ibu ikut
Read more
47 Kejutan
"Kenapa saya harus tanda tangan, Mas?" tanyaku cukup kaget."Pak Huda yang minta, Bu. Kata beliau sertifikat toko atas nama ibu, buat kado anniversary ibu dan bapak yang kebetulan jatuh pada hari ini. Pak Huda tahu ibu pasti lupa makanya dikasih kejutan spesial," balas pemuda berkaos hitam itu kemudian.Hadiah anniversary? Ya Allah iya. Hari ini ulang tahun pernikahanku dengan Mas Huda yang ke dua belas. Aku benar-benar tak menyangka jika Mas Huda memberikan kado sebuah toko atau butik di samping Apotek Husada, tak terlalu jauh dari sini.Air mata bahagia menitik seketika. Mas Hamzah, dia notaris yang dipercaya Mas Huda untuk mengurus sertifikat toko ini. Sedangkan di sebelahnya ada Mas Fauzan yang membantu Mas Hamzah mengurus ini dan itu.Tak lama kemudian, Mas Angga dan Mas Huda datang. Mereka ngobrol sebentar di halaman lalu melangkah beriringan menuju rumah."Mas, makasih banyak loh ini. Kamu mah suka bikin deg-deg an. Kupikir suruh tanda tangan apa," ucapku dengan suara serak saa
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status