All Chapters of PULANG KAMPUNG: Chapter 31 - Chapter 40
89 Chapters
28 - Tamu Tak Diundang
Kisah Mas Rudy, kututup rapat. Aku dan Mas Huda tak ingin ikut campur, karena memang bukan ranah kami. Biarlah itu menjadi urusan Mbak Sinta dan suaminya sendiri.Tak ingin ibu melihat kejadian itu, aku dan Mas Huda mengajak ibu dan anak-anak makan di tempat lain. Sebuah restoran sederhana yang tak jauh dari Anggrek Mall."Kenapa nggak jadi makan di sana, Da?" tanya ibu tiba-tiba saat menyelesaikan makannya. Ibu hanya minta ayam goreng dan pecel saja dengan air mineral. Sementara yang lain ayam bakar dan aneka sambal."Penuh, Bu. Mungkin karena restoran baru dan ada spot foto yang cantik jadi laris. Biasalah anak muda 'kan demen foto-foto begitu," jawab Mas Huda dengan santainya. Dia melirikku sekilas lalu mengajak pulang. Mas Huda beranjak ke kasir, sedangkan aku dan yang lain langsung menuju mobil.Hampir jam lima sore kami sampai di rumah. Beberapa tetangga sudah nongkrong di rumah Budhe Narni. Seperti biasa, saling bisik dan lirik."Budhe Wahyuni habis jalan-jalan darimana nih?" t
Read more
29 Jaminan
Aku meminta ibu untuk tetap tenang dan istirahat di kamar. Sementara aku gegas ke teras. Seorang ibu dengan penampilan modis sudah berdiri di depan pintu sembari melipat tangan ke dada.Ibu setengah baya itu memakai gelang beberapa biji di tangan kanan dan kirinya, kalungnya menjuntai ke depan dada padahal rambutnya tertutup kerudung. Alis cetar membahana dengan bibir merah merona."Maaf, Bu. Kok bisa tahu nama saya?" tanyaku gugup."Tahulah. Saya tahu kamu dan suamimu karena saya juga punya kartu nama suamimu. Huda, kan?"Aku sedikit terkejut saat ibu modis itu tahu namaku dan Mas Huda, bahkan punya kartu nama Mas Huda segala. Kok bisa? Darimana dia mendapatkan kartu nama itu, sementara Mas Huda aja nggak pernah ngasih identitasnya pada siapa pun di sini."Nggak usah bengong. Saya ada perlu sama kamu atau suamimu," ucap ibu itu lagi dengan ketusnya. Aku makin bingung dan kaget. Kenal nggak, kok ada perlu?"Yasudah, silakan masuk, Bu. Tapi tolong, jangan bentak-bentak saya. Kita kenal
Read more
30 Bersyukur
"Kemarin terakhir kalinya aku dan Mas Huda membantumu, Mila, Andy. Untuk ke depannya, aku dan Ningrum nggak mau berurusan dengan masalah utangmu lagi," ucap Mas Huda tenang dan tegas."Aku minta maaf, Mas, Mbak. Untuk utang kali ini aku bayar kalau mobilku laku ya, Mas. Aku dan Mas Andy sudah putuskan untuk menjual mobil itu. Uangnya kami gunakan buat bayar hutang dan kredit motor. Aku pusing kalau selalu dicari-cari debt collector. Berasa hidupku nggak tenang karena selalu dikejar-kejar hutang," ucap Mila dengan mimik serius."Begitu kan enak, Mil. Hidup ini harus kita sesuaikan dengan kantong, biar apa? Biar nggak pusing dan menikmati takdirNya dengan indah," ucap Mas Huda kemudian."Iya, Mas. Dulu aku selalu menuruti gengsi dan harus kekinian, tenyata semua itu nggak akan ada habisnya. Kalau kita ikut begitu terus-terusan, yang ada kita hanya akan jatuh bangun mengikuti trend, mengesampingkan ketenangan dan kenyamanan keluarga. Sekarang, biarlah hidup sederhana. Tak ada mobil, moto
Read more
31 Ketabrak Mobil
"Mil ... kok bengong. Siapa yang nelpon?" tanyaku lagi. "Mbak Sinta yang menelpon, Mbak. Dia bilang Salma ketabrak mobil dan sekarang dirawat di rumah sakit Sabili," ucap Mila dengan gugup dan gemetaran."Innalillahi wainna ilaihi roji'un. Ya Allah kasihan Salma," ucapku lirih. Mila menatapku beberapa saat lalu menitikkan air mata. "Iya, Mbak. Kasihan dia. Mbak Sinta pasti juga bingung sekarang," sambungnya dengan mata berkaca. Aku pun mengangguk. "Yasudah kalau begitu, Mil. Kita jenguk Salma sekarang saja," ajakku kemudian.Mila, Mika dan Andy buru-buru ganti baju pergi. Setelah semua siap Mas Huda pun mengajak kami semua masuk mobil dan meluncur ke rumah sakit Sabili, seperti yang diucapkan Mbak Sinta tadi.Dalam perjalanan ke sana, entah sudah berapa kali Mbak Sinta menelpon Mila dan Andy. Sepertinya dia sangat kebingungan dengan masalah, tapi tak jua menelponku atau sekadar kasih kabar. Entahlah.Sampai di rumah sakit, Mila segera mengajak kami semua ke kamar dahlia nomor 10, t
Read more
32 Balasan
Pov : SintaHari ini, Salma diperbolehkan pulang. Aku tak tahu bagaimana Mas Rudy tahu kalau Salma masuk rumah sakit, karena aku memang sengaja tak mengabarinya lagi setelah kucoba telpon berulang kali, tapi nomernya selalu tak aktif. Bahkan sekadar mengabarinya via pesan pun aku benar-benar malas.Aku hanya diam saja, saat Mas Rudy membantu anak perempuanku itu beranjak dari ranjang dan duduk di kursi roda lalu mendorongnya hingga tempat parkir. Sesekali kulirik Mas Rudy yang masih tampak kebingungan melihat perubahan sikapku.Aku yang selama ini selalu bersemangat dan tersenyum menyambut kedatangannya, kini mendadak bungkam. Benar-benar kecewa jika kembali teringat ucapan Salma kemarin bahwa Mas Rudy berpelukan dengan perempuan lain yang kemungkinan besar bukanlah pelanggannya. Jika hanya seorang pelanggan nggak mungkin berpelukan semesra itu, katanya.Pikiran buruk mulai menghantui. Mungkinkah Mas Rudy menduakan aku? Aku yang 18 tahunan ini selalu sudah bersamanya, bahkan dulu aku
Read more
33 Emas
Aku masih membuat jus jambu saat ibu dan seseorang entah siapa berbincang di teras rumah. Mungkin tetangga, sekalian kubikinkan jus saja untuk melepas dahaga di siang yang terik ini. Empat gelas jus jambu siap dihidang. Kubawa ke teras depan dengan snack makaroni pedas dan rengginang. Ternyata ada Mbak Ambar dan Mbak Sri sudah ada di sana, ngobrol santai dengan ibu. Tumben sekali mereka datang, biasanya cuma koar-koar dari rumah Budhe Narni, tanpa pernah mau silaturakhim ke sini. Jangan sampai ada udang di balik batu nih."Eh Mbak Ambar sama Mbak Sri kebetulan aku bikin jus jambu. Silakan diminum, sekalian camilan seadanya," tawarku kemudian.Entah mengapa, Mbak Ambar yang biasanya terlalu nyablak dan nggak mau diam, kali ini cukup manis dan sopan. Duh, aku jadi semakin curiga kalau memang ada sesuatu di balik senyum menawannya."Wah, siang-siang bikin jus jambu. Cocok banget, Rum," ucapnya mengawali pembicaraan setelah aku ikut duduk di samping ibu."Iya, Mbak. Panas banget rasanya
Read more
34 Hancur
Gala dan Gina sudah terlelap sedari tadi. Ibu pun sama. Mas Huda pamit ke bengkel mau modif vespanya lagi, katanya. Entah di bagian mana, aku pun tak tahu. Sementara aku masih gulang-guling di kamar menanti Mbak Sinta yang tak kunjung datangEntah ke mana dia. Katanya mau ke sini ngobrol sesuatu yang penting, tapi belum nongol juga. Sementara kedua mataku sudah cukup mengantuk bahkan cukup pusing saat kucoba terjaga.Kepala cenat-cenut misal nggak tidur siang, mungkin karena memang sudah terbiasa. Deru motor Mbak Sinta akhirnya terdengar juga. Dia menghentikan motornya di halaman. Jarum jam menunjuk hampir jam dua siang. Di saat mentari masih sangat terik.Gegas kubuatkan es sirup untuknya, supaya adem. Terdengar salam dari teras, aku pun menjawab salamnya. Tak selang lama suara langkah kaki sudah sampai di ruang keluarga, tempat biasa kami ngobrol bersama.Ternyata Mbak Sinta dan Mila yang datang ke sini. Kupikir Mbak Sinta sendirian. Kubawakan tiga gelas minuman dingin ke sana. Mere
Read more
35 Klinik
"Mas Huda kenapa, Mbak?" tanyaku agak gemetar saat Mbak Sinta yang masih bicara dengan suaminya via telpon.Mbak Sinta menoleh ke arahku lalu mematikan ponselnya."Kenapa, Mbak?" tanyaku lagi dengan dada berdebar. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Mas Hudaku."Huda kecopetan, Rum," ucap Mbak Sinta singkat."Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Kecopetan di mana, Mbak? Dia pamit mau ke bengkel doang, modif vespany.""Di daerah Rawamangun. Bukannya itu daerah yang terkenal banyak premannya, ya, Mil?" Mbak Sinta bertanya pada Mila yang masih serius mendengarkan obrolan kami."Iya. Perkampungan agak kumuh gitu, Mbak. Banyak preman, pengemis, pemulung dan lainnya di daerah itu. Ngapain Mas Huda ke sana coba? Cari perkara aja," jawab Mila bingung."Aku juga nggak tahu, Mil. Jangan-jangan tiap bulan Mas Huda pamit ke bengkel itu cuma buat ke perkampungan itu? Ada apa sebenarnya di sana?"Aku pun bingung. Kenapa Mas Huda tak pernah cerita soal ini padaku. Jangan-jangan banyak hal yang memang
Read more
36 Rahasia Huda
Mas Huda kupindahkan di klinik terdekat, sesuai rencana. Namun, hari ini dia sudah diizinkan pulang setelah dua malam menginap. Luka di pinggangnya tak terlalu dalam, tapi aku sendiri cukup takut karena lukanya masih basah. Sementara di lengan tak terlalu lebar, kemungkinan akan lebih cepat kering dan sembuh dibandingkan luka di pinggangnya.Sejak dari Klinik Medika sampai detik ini, Mas Huda belum menceritakan kisahnya. Apa dan bagaimana dia bisa sampai di tempat itu, bahkan cukup kenal dekat dengan warga di sana. Dia bilang kalau sudah sampai rumah saja ceritanya, aku pun mengiyakan saja. Tak ingin menambahi beban pikirannya.Ibu dan kedua anakku sudah membereskan barang-barang milik Mas Huda. Aku sendiri masih mendengarkan wejangan perawat untuk mengganti perban Mas Huda setiap hari dan mengoleskan antibiotik sebelumnya. Ada beberapa obat yang harus diminum Mas Huda untuk mengurangi nyerinya.Setelah semua sampai rumah, Mas Huda beristirahat di kamar, sementara anak-anak izin lagi
Read more
37 Racun
Hari ini ada acara nikahan anaknya Mbak Ambar. Sebenarnya aku malas ikut ke sana karena pasti ada sindir-sindiran atau ledekan lagi, cuma karena diundang mau nggak mau harus datang. Kewajiban sesama muslim juga kan untuk memenuhi undangan?Ibu sudah siap-siap, begitu rapi. Gina dan Gala kuminta di rumah saja, kalau mau jajan boleh juga asalkan tak perlu berlama-lama di sana. Takut ada hal-hal yang tak diinginkan nantinya. Lagipula hajatan begini, terlalu banyak orang. Aku yakin kedua anakku itu tak akan nyaman.Mas Huda pun sudah mulai aktivitas seperti biasanya. Dia kembali ke kegiatan-kegiatan sosialnya, tapi sekarang aku cukup lega karena Mas Huda ditemani seseorang sebagai body guardnya. Itu pun karena paksaanku. Awalnya dia menolak, tapi aku ambil jurus terakhir. Ancaman.Kalau Mas Huda tetap nggak mau pakai body guard, aku nggak akan izinkan dia pergi ke kampung itu lagi. Mas Huda selalu berdalih bisa bela diri, tapi nyatanya kemarin tergores juga. Aku nggak akan tega jika dia p
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status