All Chapters of Jerat Cinta Duda Bucin: Chapter 41 - Chapter 50
135 Chapters
Nasi Goreng Buatan Akbar
Berada di luar kota hanya dua hari dari perkiraannya yang akan menghabiskan waktu satu minggu, karena khawatir Sussana akan terpengaruh dengan Aldi. Meski hanya dua hari, rasa rindu itu tetap membuncah. Bahkan saat mereka sampai apartement Akbar langsung menyatukan bibir mereka. Sussana hanya bisa meremas kemeja Akbar bagian depan.  Bahkan ciuman Akbar tersebut terasa sedikit kasar, bak seorang manusia kelaparan yang baru bertemu makanan. Sussana kewalahan, nafasnya terengah saat pagutan itu terpaksa berhenti karena tubuh Akbar yang ia dorong.  "Pak Akbar, ihhhh," ucapnya. "Kamu enggak mau ubah panggilan ke aku?" tanya Akbar sambil merapihkan helaian rambut Sussana. Wajah istrinya dilihat dari dekat seperti ini tampak semakin menggemaskan.  "Diganti apa?"  Akbar hanya mengedikkan bahunya,  "Enaknya kamu mau panggil apa?" Sussana yang sedang duduk setengah berbaring pada sofa tampak berfikir, "Hmm, Abang gak cocok. Kak
Read more
Jangan Mengusik Sussana
Masih sangat pagi saat Sussana terbangun dan bergegas ke kamar mandi, berada di wastafel memuntahkan isi perutnya yang masih kosong. Entah mengapa ia merasakan kembali rasa mual bahkan muntah seperti awal kehamilan. Sayup-sayup terdengar suara di kamar mandi membuat Akbar terjaga dan menoleh pada ranjang disebelahnya. Tidak menemukan Sussana di sana, ia pun beranjak menuju kamar mandi. “Loh, mual lagi?” tanyanya sambil memijat tengkuk Sussana. Wajah istrinya terlihat pucat, setelah membasuh dan mengelap dengan handuk kecil yang tergantung di sana, Akbar merengkuh Sussana dan membawanya kembali ke ranjang. “Aku buatkan teh hangat dulu,” ucap Akbar lalu menyelimuti tubuh Sussana. Menghabiskan setengah dari isi gelas yang Akbar sodorkan membuat perutnya terasa hangat, “Mas Akbar,” panggil Sussana dengan manja, “usapin punggung aku.” Akbar menghampiri Sussana setelah meletakan gelas yang dibawanya ke atas nakas, berbaring di belakang tubuh Sussana yang sedang dal
Read more
Mengganggu Kesenangan Akbar
“Ini peringatan terakhir, jangan main-main denganku. Saya kenal sebagian besar wanita yang kamu dekati. Saya bisa hancurkan kamu lewat mereka,” ungkap Akbar, “saya rasa kamu paham apa yang saya sampaikan. Silahkan lanjutkan pilihan hidup kamu dan jangan mengusik Sussana.” Setelah kepergian Akbar dan orang-orangnya, Aldi hanya bisa mengumpat karena tidak dapat berkutik melawan Akbar.  Ia menghubungi seseorang dan melakukan janji untuk bertemu secepatnya. Malam harinya, Aldi sudah berada di depan unit apartement. Menekan belnya tidak lama kemudian terbukalah pintu, "Masuklah," titah Inggrid.  "I'm give up, merayu Sussana agar hubungan mereka renggang apalagi bubar sangat sulit. Entah karena ia sudah sangat mencintai suaminya atau memang sudah tidak percaya padaku," ungkap Aldi. Inggrid yang memakai gaun tidur menyilangkan kedua tangan di dada, gaun pendeknya mengekspos kedua kaki yang terlihat jenjang dan mulus tanpa noda.  "Oke,
Read more
Kedatangan Inggrid
"Shitttt," maki Akbar lalu menjauhkan tubuhnya dari Sussana yang langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Akbar meraih ponsel yang berada di atas nakas, ternyata panggilan dari Bowo yang sedang lembur. Cukup lama Akbar memberi arahan melalui telpon, setelah mengakhiri panggilannya, Akbar menoleh ke arah Sussana. Wanita dengan perut buncit dan terlihat semakin seksi itu sudah terlelap bergelung dengan selimut. "Dasar Bowo, ganggu aja. Udah begini mana aku tega bangunkan Sussana." . . . Esoknya, yang bertepatan dengan hari minggu, Akbar dan Sussana yang masih memejamkan mata sengaja bermalas tubuh untuk tidak bangun awal seperti hari biasanya. Sussana yang memeluk perut Akbar, bergerak merubah posisinya. Membuat Akbar terbangun dan menegang. "Ahhh, masih pagi udah turn on aja. Apa karena semalam gagal ya. Sayang, geser dulu. Posisi kita bahaya nih, aku bisa langsung terkam kamu kalau kamu enggak pindah posisi." Masih dengan memeluk Akbar namun salah satu lutut
Read more
Sussana, kamu enggak kangen aku?
“Aku sudah tidak ada urusan dengan Aldi,” ucap Inggrid. “Owh ya,” Sussana membuka ponselnya dan menampakan foto Aldi yang masuk ke dalam apartement Inggrid. Inggrid menatap tajam pada Sussana, Akbar meraih ponsel Sussana dan melihat foto yang dimaksud.  Beberapa hari yang lalu saat Sussana pulang dijemput oleh orang-orang kepercayaan Akbar waktu ia bertemu Aldi di cafe. Sussana berniat mencari tau keseharian Aldi dan hubungannya dengan mantan istri Akbar.  Mendapat rekomendasi dari ayahnya untuk melibatkan orang-orang kepercayaannya dan diperoleh beberapa informasi terkait Aldi, termasuk kedekatannya dengan Inggrid dan wanita lainnya.  Kembali ke saat ini, "Inggrid, sebaiknya kamu pergi. Jangan buat keributan disini," titah Papih Akbar. "Aku akan pergi, tapi kamu harus tau hal ini Sussana. Kelakuan suaminya saat di luar rumah." Inggrid memberikan amplop coklat pada Sussana. Sussana membuka amplop yang diberikan Inggrid, menata
Read more
Urusan Kita Belum Selesai
  Kedua mata Sussana nampak berembun bahkan kini mulai terisak. “Mas Akbar jahat, aku benci mas Akbar.” Sussana memukuli dada Akbar. Akbar merengkuh Sussana dalam pelukannya, “Maaf, sayang. Tapi aku sungguh-sungguh hanya mencintai kamu,” ungkap Akbar. “Sussana, kamu enggak kangen aku?”  tanya Akbar.  Masih berada dalam rengkuhan tubuh Akbar, Sussana hanya diam. Tidak perlu ditanya bagaimana rasa rindu Sussana pada Akbar, namun ia tidak ingin mengungkapkan. Walaupun Akbar sebenarnya sudah mendengar kerinduan Sussana. "Enggak," ucap Sussana lalu menjauh dari pelukan Akbar. Akbar meletakan dahinya pada bahu Sussana, sedangkan tangannya melingkar pada perut buncit wanita itu. "Tapi aku kangen banget."  "Mas Akbar mending cepat pergi sebelum Bunda datang," ujar Sussana. Akbar mengeluarkan ponselnya dan menunjukan beberapa video yang bisa menjelaskan kejadian malam itu. "Kamu harus percaya, sayang. Aku enggak ada sedikitpun
Read more
Nikmati Saja, Sayang
"Kita pulang ke apartement," ucap Akbar sambil memeluk Sussana. Sussana teringat sesuatu lalu menjauhkan tubuhnya. "Urusan kita belum selesai, Mas."  "Hahhh. Urusan apa lagi sayang?"  Sussana duduk di pinggir ranjangnya, menepuk sisi sebelahnya agar Akbar duduk. "Walaupun Mas Akbar sudah membuktikan tidak bersalah lewat video cctv kejadian di Surabaya, bukan selesai sampai di sini. Aku enggak mau ya, hal ini akan terjadi lagi."  Akbar mengelus puncak kepala Sussana, "Aku bukan orang bodoh, hal ini tidak akan terjadi lagi. Kejadian kemarin karena aku terlalu lunak pada Inggrid hingga dia berfikir aku masih memiliki perasaan untuknya.” Sussana menatap Akbar, "Aku ingin hidup tenang, jika kejadian Mas Akbar tidak setia lebih baik kita pisah." Akbar meraih Sussana pada pelukannya, "Tidak akan Sussana, tidak akan ada pisah. Aku sayang kamu.”  Sussana menatap wajah Akbar lekat, kedewasaan Akbar membuatnya terlihat semakin ma
Read more
Merubah Mood Sussana
Akbar bersandar pada kursi kerjanya, saat Ayu membacakan jadwalnya hari ini. "Jadi hanya ada pertemuan dengan Mr. James jam sepuluh, sesuai dengan permintaan Pak Akbar pertemuan akan diadakan dikantor kita. Setelah itu ada jadwal meeting internal pukul satu siang." "Hmm, kamu dan Bowo harus ada saat pertemuan dengan Mr James dan jangan gunakan private room." Bukan tanpa sebab Akbar melakukan banyak syarat saat bertemu dengan Mr. james, karena Inggrid adalah asisten pria itu.  Akbar berjaga-jaga jika wanita itu memiliki ide untuk menjebaknya kembali. “Baik Pak,” jawab Ayu. Akbar menghubungi Sussana, untuk mengecek kondisi istrinya. Saat ia berangkat pagi tadi, Sussana masih terlelap dan saat ini harusnya sudah berada di kampus. Tidak kunjung dijawab, Akbar menghubungi orang kepercayaannya yang ditugaskan mengikuti dan mengawasi Sussana. Ia merasa lega mendengar informasi, Sussana sudah masuk kelasnya sejak setegah jam yang lalu. Bukan ha
Read more
Membuat Akbar Bucin
“Gimana bisa merubah mood aku, Mas Akbar bentak aku.” “Itu karena kamu tidak mendengarkan aku, kemarilah,” titah Akbar yang duduk disofa dan  menepuk pangkuannya. “Aku bisa buat mood kamu berubah,” ucapnya sambil mengerlingkan matanya. "Enggak mau," ucap Sussana merajuk masih dalam posisi berdiri. "Sussana," panggil Akbar. Sambil menghentakan kakinya, tetap menghampiri akbar dan duduk dipangkuan pria tersebut.  Akbar menatap lekat wajah yang Sussana yang tidak menatapnya namun lengan wanita itu mengalung pada leher Akbar.  Tangan Akbar mulai menelusup ke dalam pakaian Sussana dan menyentuh serta meraba area yang membuat Sussana bergidik. Bahkan kini pakaian yang dikenakan sudah tersing
Read more
Salah Paham
"Sayang," panggil Akbar pada Sussana. Sejak pulang dari makan malam dengan Inggrid dan Nola, Akbar melihat Sussana banyak diam. "Apa aku salah bicara atau karena dessert," batin Akbar. Sussana hanya melirik ke arah Akbar, kemudian kembali fokus pada layar TV. Sifat kekanakan Sussana muncul lagi, membuat Akbar menghela nafas dan harus extra sabar menghadapi istri kecilnya. Akbar ikut duduk di samping Sussana lalu merangkul bahunya. "Aku panggil kamu, kenapa diam aja?" "Apa," jawab Sussana sambil masih fokus pada layar TV. "Sussana, aku sudah pernah bilang, untuk bicarakan segala masalah atau hal yang membuat kamu tidak nyaman. Jangan mendiamkan aku, karena aku tidak bisa baca isi hati dan pikiran kamu." "Mas Akbar tuh nyebelin, enggak peka jadi laki-laki," sahut Sussana lalu mematikan tv, bangun dan meninggalkan Akbar. Berjalan dengan perut buncitnya, mengenakan daster tanpa lengan dengan bahan kaus. "Astaga," ujar Akbar sambil menyugar rambutnya. Ia pun menyusul Sussana masu
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status