Lahat ng Kabanata ng Jerat Cinta Duda Bucin: Kabanata 21 - Kabanata 30
135 Kabanata
Hukuman Cinta
“Pak, eh... Auw....” jerit Sussana saat Akbar mengangkat tubuh Sussana. Kini posisi mereka bertukar dengan Akbar berada di bawah. Sussana hendak turun dari tubuh Akbar namun cengkraman di pinggangnya menyulitkan hal itu. “Diam,” titah Akbar lalu sedikit mengangkat tubuh Sussana dan mengarahkan miliknya yang sudah kembali tegak pada tubuh Sussana dan, “ughhhh.”Mereka mengerang dan mendesah berbarengan karena tubuhnya telah menyatu kembali. “Bergerak sayang,” pinta Akbar. Perlahan Sussana bergerak sesuai arahan Akbar untuk memompa turun dan naik, tanpa sadar ia menengadahkan kepalanya menahan kenikmatan tiada tara. Akbar beringsut duduk dan memeluk tubuh Sussana yang bergoyang lalu mulutnya memainkan salah satu puting milik Sussana dan menghisapnya.“Ah, Pak... “ Sussana bergerak lebih cepat cukup lama sampai mengantarkannya kembali pada pelepasan kenikmatan. Akbar tersenyum menyaksikan wajah sendu Sussana lalu
Magbasa pa
Hukuman Cinta (2)
Pak Cipto menghubungi Akbar, menyampaikan bahwa ia telah mengatarkan Sussana ke apartemen Akbar. Ternyata setelah pertemuan dengan rekan bisnisnya, Akbar masih harus mengikuti rapat keuangan. Maya yang menjadi peserta rapat beberapa kali mencuri pandang pada Akbar. Tidak berani menghubungi Akbar karena pria arrogant ini sebelumnya melarang ia melakukan itu, cukup menunggu kabar darinya. Sedangkan Akbar sepertinya lupa untuk mengakhiri kerjasamanya denga Maya, karena saat ini ia sudah menikah. Setengah tujuh malam rapat baru berakhir, Akbar segera meninggalkan ruangan bergegas pulang. Ia khawatir karena Sussana berada di apartementnya sendirian. Saat membuka pintu apartement, Akbar menggelengkan kepalanya melihat Sussana sudah terlelap di sofa dengan tv menyala dan yang membuatnya menghela nafas agar tidak marah adalah berserakannya peralatan makan dan sisa makanan hasil delivery di meja sofa. "Kamu harus sabar Akbar, konsekuensi me
Magbasa pa
Menggoda Keimanan Akbar
"Lepasin kak, kita udah selesai. Aku enggak bisa lanjutkan hubungan kita," ujar Sussana. "Tidak akan, kalau kamu belum...""Lepaskan!" teriak seseorang. Aldi dan Sussana menoleh pada arah suara, "Pak Akbar," ucap Sussana sambil melepaskan tangannya dari cengkraman Aldi."Kenapa sih, nie orang muncul terus kalau gue lagi dekat Sussana," batin Aldi. "Maaf ini bukan urusan Anda?" "Jelas ini urusan saya, apalagi kalau sampai menyakiti Sussana." Aldi terkekeh, "Mana mungkin saya menyakiti kekasih saya sendiri." "Kak Aldi kita sudah berakhir ya, It's over Kak." "Sudah selesai?" tanya Akbar pada Sussana, yang dijawab dengan anggukan. "Pulang!" Sussana berjalan mengikuti Akbar, "Sussana!" Panggil Aldi.Kini Sussana dan Akbar telah berada di dalam mobil, "Itu yang kamu bilang urusan hati yang kandas, kamu masih suka sama laki-laki itu?" Sussana menoleh pada Akbar yang sedang fokus
Magbasa pa
Tak Sadarkan Diri
Hari-hari berlalu, tidak terasa sudah lebih dari dua bulan Sussana melakukan magang di perusahaan milik Akbar, bahkan tinggal dua minggu lagi Sussana akan kembali ke kampus.  "Sussana," panggil Akbar membangunkan Sussana yang masih bergelung selimut. "Bentar lagi Bun, aku masih ngantuk. Kepala ku pening Bun," jawab Sussana. Akbar berdecak, "Hey, aku tidak toleran terhadap keterlambatan."  "Sussana," panggilnya lagi.  "Iya, iya, aku bangun." Sussana menurunkan kakinya dari tampat tidur, "Semenjak tinggal di sini aku kurang tidur, digangguin terus." Akbar yang sedang mengancingkan kemejanya tersenyum mendengar ucapan Sussana.  Saat Sussana berjalan melewati Ak
Magbasa pa
Kehamilan Sussana
"Hamil?" Istri saya hamil Dok?"  tanya Akbar."Betul, untuk lebih jelas tentang kehamilannya bisa konsultasi dengan obgyn." Akbar menatap Sussana yang tergolek lemah, menurut perawat Sussana tertidur. Akbar merasa bersalah karena kejadian tidak diduga saat ia bersama Maya dan melihat istrinya tertidur dengan titik-titik keringat di dahi. Ia jadi berfikir, apa benar semenjak menikah dengannya jam tidur Sussana terganggu. Memang Akbar tidak melewatkan kesempatan untuk mereguk surga dunia sejak ia menikahi Sussana. Karena memang itulah salah satu tujuan pernikahan, tidak mungkin ia bermain dengan wanita lain jika sudah memiliki istri. Apalagi istri Akbar yang usianya memang jauh lebih muda darinya terlihat sangat menarik dan menggoda untuk selalu disentuh. Akbar merasa tubuh Sussana sudah menjadi candu baginya. "Akbar, gimana kondisi Sussana?" tanya Zudith yang baru saja tiba. Akbar mengajak Zudith ke luar agar
Magbasa pa
Tawaran Maya
Sussana langsung merebahkan diri di ranjang saat ia masuk ke dalam kamar. Masih mendiamkan Akbar karena permintaannya pulang ke rumah orangtuanya diabaikan oleh Akbar. "Enggak bersih-bersih dulu, ganti ba..." Akbar menghentikan ucapannya melihat Sussana bergegas berjalan menuju kamar mandi.Akbar berada di walk in closet sedang melepaskan kancing kemeja kerjanya saat Sussana ikut masuk hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya. Kedua kaki jenjang nan mulus milik Sussana yang terekspos membuat Akbar pening, pening kepala atas dan bawah. Sussana mencari pakaian tidur selain gaun dan lingerie namun tidak menemukannya. Pakaian dan barang-barang milik Sussana yang ada di apartement Akbar adalah Zudith yang menyiapkan. Ia tidak membawa banyak perlengkapan dari rumahnya saat pindah ke apartement Akbar."Enggak ada ya, piyama atau pakaian tertutup buat tidur," ucap Sussana. "Itu juga tertutup," tunjuk Akbar. "Iya, tapi pasti bik
Magbasa pa
Cemburu
 Sussana duduk pada sofa, matanya sembab karena sejak Akbar memaksanya kembali ke unit ia mulai menangis. Akbar meletakan kantong berisi makanan yang dipesan online dan minuman kalengnya. “Sussana,” panggil Akbar. Sussana bergeming, ia tetap menatap ke depan, meskipun Akbar sudah ikut duduk di sampingnya.“Lain kali jangan berlari seperti tadi, apa kamu lupa kalau kamu sedang hamil,” ucap Akbar. “Saya juga Cuma mengingatkan, apa Bapak lupa kalau Bapak sudah beristri, sampai harus janjian dengan perempuan lain.”“Aku tidak ada janji dengan perempuan manapun termasuk Maya, tadi itu ...”“Udah deh Pak, kepala saya makin pening. Saya mau pulang ke rumah Bunda, terserah Bapak mau ngapain.” Sussana berdiri, namun tangannya dicekal Akbar. “Duduk,” titahnya.“Enggak.”Akbar menarik nafas panjang, sepertinya untuk menangani istri kecillnya ini dia tidak bisa men
Magbasa pa
Wajah Merona
 "Mamih, makan bareng aku aja," ucap Inggrid menghampiri Zudith. "Owh maaf, tidak bisa. Mamih buru-buru, istrinya Akbar sedang kurang sehat, jadi mamih mau menemaninya." "Istri Akbar?" Ujar Inggrid."Iya, sedang hamil muda. Makanya Akbar enggak mau ninggalin sendiri." Kalimat itu sukses membuat Inggrid terdiam, berharap ia bisa mendekati Akbar kembali, namun info bahwa Akbar sudah memiliki istri apalagi sedang hamil sepertinya tinggal harapan semata.Sussana terus memuntahkan isi perut yang hanya tinggal air yang keluar. Akbar memapah Sussana kembali ke ranjang. Akbar keluar kamar untuk mengambil segelas air hangat. "Minum dulu," pinta Akbar "kamu lemas banget Na. Apa kita ke rumah sakit aja?" "Enggak, aku cuma mau tiduran aja." Akbar menyelimuti Sussana, itulah yang menjadi alasan Akbar meminta Zudith menemani Sussana karena ia ada rapat penting dan tidak tega meninggalkan Sussana. "Na, makan
Magbasa pa
Mulai Bucin
Akbar memandang leher turun ke dada yang masih terbungkus gaun tidur dengan tali kecil di pundak.  Meloloskan gaun tersebut dari tubuh Sussana, kini ia juga melepaskan pengait penutup dada yang berwarna sama dengan penutup inti Sussana. Setelah membuat istrinya polos, Akbar memindai Sussana, membuat si pemilik tubuh merona.  "Pak Akbar!!"  Akbar hanya terkekeh, kemudian membenamkan wajahnya diceruk leher Sussana. Menciumi garis leher Sussana bahkan menggigitnya meninggalkan jejak cinta di sana.  Turun ke dada Sussana yang terlihat lebih besar dan kencang dari biasanya. Akbar bermain dengan puncak dada tersebut bergantian kiri dan kanan. Menjilat, mengulum dan menghisap membuat si pemiliknya mendesah dan meremas rambut Akbar.  Setelah merasa puas, tangan Akbar menyentuh bagian inti Sussana yang sudah terasa sangat basah. Lalu membenamkan lidahnya di s
Magbasa pa
Sussana yang sensitif
Akbar berjalan menuju ruang kerjanya bersama Bowo menjelaskan beberapa hal terkait operasional perusahaan. Saat melewati meja Ayu, “Pak, ada yang menunggu Bapak di dalam,” ucapnya.“Siapa? Saya tidak ada janji lagi setelah ini.”“Saya juga sampaikan begitu, tapi kata beliau Bapak tidak mungkin menolak kedatangan beliau,” sahut Ayu.Akbar penasaran dengan orang yang dimaksud Ayu, lalu membuka pintu ruang kerjanya diikuti oleh Bowo, “Hmm, kembang kantil itu mah. Bapak urus dulu deh, nanti saya lanjutin lagi,” ujar Bowo lalu meninggalkan Akbar yang masih terpaku di tengah pintu.“Hai Akbar,” sapa Inggrid yang duduk pada sofa dengan menyilangkan kaki. Mengenakan rok pendek hingga memperlihatkan kedua paha yang terlihat mulus. Akbar tidak menjawab, ia menuju kursi kerjanya. “Ada apa? Kita tidak ada janji temu, saya sibuk.” Sambil memperhatikan layar monitor dengan tangan menggerakan mouse
Magbasa pa
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status