“Aku sudah tidak ada urusan dengan Aldi,” ucap Inggrid. “Owh ya,” Sussana membuka ponselnya dan menampakan foto Aldi yang masuk ke dalam apartement Inggrid. Inggrid menatap tajam pada Sussana, Akbar meraih ponsel Sussana dan melihat foto yang dimaksud.
Beberapa hari yang lalu saat Sussana pulang dijemput oleh orang-orang kepercayaan Akbar waktu ia bertemu Aldi di cafe. Sussana berniat mencari tau keseharian Aldi dan hubungannya dengan mantan istri Akbar.
Mendapat rekomendasi dari ayahnya untuk melibatkan orang-orang kepercayaannya dan diperoleh beberapa informasi terkait Aldi, termasuk kedekatannya dengan Inggrid dan wanita lainnya.
Kembali ke saat ini, "Inggrid, sebaiknya kamu pergi. Jangan buat keributan disini," titah Papih Akbar. "Aku akan pergi, tapi kamu harus tau hal ini Sussana. Kelakuan suaminya saat di luar rumah." Inggrid memberikan amplop coklat pada Sussana.
Sussana membuka amplop yang diberikan Inggrid, menata
kangen kok,,, ehhhh Jangan lupa jejak ya, komen, like and vote
Kedua mata Sussana nampak berembun bahkan kini mulai terisak. “Mas Akbar jahat, aku benci mas Akbar.” Sussana memukuli dada Akbar. Akbar merengkuh Sussana dalam pelukannya, “Maaf, sayang. Tapi aku sungguh-sungguh hanya mencintai kamu,” ungkap Akbar. “Sussana, kamu enggak kangen aku?” tanya Akbar. Masih berada dalam rengkuhan tubuh Akbar, Sussana hanya diam. Tidak perlu ditanya bagaimana rasa rindu Sussana pada Akbar, namun ia tidak ingin mengungkapkan. Walaupun Akbar sebenarnya sudah mendengar kerinduan Sussana. "Enggak," ucap Sussana lalu menjauh dari pelukan Akbar. Akbar meletakan dahinya pada bahu Sussana, sedangkan tangannya melingkar pada perut buncit wanita itu. "Tapi aku kangen banget." "Mas Akbar mending cepat pergi sebelum Bunda datang," ujar Sussana. Akbar mengeluarkan ponselnya dan menunjukan beberapa video yang bisa menjelaskan kejadian malam itu."Kamu harus percaya, sayang. Aku enggak ada sedikitpun
"Kita pulang ke apartement," ucap Akbar sambil memeluk Sussana. Sussana teringat sesuatu lalu menjauhkan tubuhnya. "Urusan kita belum selesai, Mas." "Hahhh. Urusan apa lagi sayang?" Sussana duduk di pinggir ranjangnya, menepuk sisi sebelahnya agar Akbar duduk. "Walaupun Mas Akbar sudah membuktikan tidak bersalah lewat video cctv kejadian di Surabaya, bukan selesai sampai di sini. Aku enggak mau ya, hal ini akan terjadi lagi." Akbar mengelus puncak kepala Sussana, "Aku bukan orang bodoh, hal ini tidak akan terjadi lagi. Kejadian kemarin karena aku terlalu lunak pada Inggrid hingga dia berfikir aku masih memiliki perasaan untuknya.” Sussana menatap Akbar, "Aku ingin hidup tenang, jika kejadian Mas Akbar tidak setia lebih baik kita pisah."Akbar meraih Sussana pada pelukannya, "Tidak akan Sussana, tidak akan ada pisah. Aku sayang kamu.” Sussana menatap wajah Akbar lekat, kedewasaan Akbar membuatnya terlihat semakin ma
Akbar bersandar pada kursi kerjanya, saat Ayu membacakan jadwalnya hari ini. "Jadi hanya ada pertemuan dengan Mr. James jam sepuluh, sesuai dengan permintaan Pak Akbar pertemuan akan diadakan dikantor kita. Setelah itu ada jadwal meeting internal pukul satu siang." "Hmm, kamu dan Bowo harus ada saat pertemuan dengan Mr James dan jangan gunakan private room."Bukan tanpa sebab Akbar melakukan banyak syarat saat bertemu dengan Mr. james, karena Inggrid adalah asisten pria itu. Akbar berjaga-jaga jika wanita itu memiliki ide untuk menjebaknya kembali.“Baik Pak,” jawab Ayu. Akbar menghubungi Sussana, untuk mengecek kondisi istrinya. Saat ia berangkat pagi tadi, Sussana masih terlelap dan saat ini harusnya sudah berada di kampus. Tidak kunjung dijawab, Akbar menghubungi orang kepercayaannya yang ditugaskan mengikuti dan mengawasi Sussana. Ia merasa lega mendengar informasi, Sussana sudah masuk kelasnya sejak setegah jam yang lalu. Bukan ha
“Gimana bisa merubah mood aku, Mas Akbar bentak aku.” “Itu karena kamu tidak mendengarkan aku, kemarilah,” titah Akbar yang duduk disofa dan menepuk pangkuannya. “Aku bisa buat mood kamu berubah,” ucapnya sambil mengerlingkan matanya. "Enggak mau," ucap Sussana merajuk masih dalam posisi berdiri. "Sussana," panggil Akbar. Sambil menghentakan kakinya, tetap menghampiri akbar dan duduk dipangkuan pria tersebut. Akbar menatap lekat wajah yang Sussana yang tidak menatapnya namun lengan wanita itu mengalung pada leher Akbar. Tangan Akbar mulai menelusup ke dalam pakaian Sussana dan menyentuh serta meraba area yang membuat Sussana bergidik. Bahkan kini pakaian yang dikenakan sudah tersing
"Sayang," panggil Akbar pada Sussana. Sejak pulang dari makan malam dengan Inggrid dan Nola, Akbar melihat Sussana banyak diam. "Apa aku salah bicara atau karena dessert," batin Akbar. Sussana hanya melirik ke arah Akbar, kemudian kembali fokus pada layar TV. Sifat kekanakan Sussana muncul lagi, membuat Akbar menghela nafas dan harus extra sabar menghadapi istri kecilnya. Akbar ikut duduk di samping Sussana lalu merangkul bahunya. "Aku panggil kamu, kenapa diam aja?" "Apa," jawab Sussana sambil masih fokus pada layar TV. "Sussana, aku sudah pernah bilang, untuk bicarakan segala masalah atau hal yang membuat kamu tidak nyaman. Jangan mendiamkan aku, karena aku tidak bisa baca isi hati dan pikiran kamu." "Mas Akbar tuh nyebelin, enggak peka jadi laki-laki," sahut Sussana lalu mematikan tv, bangun dan meninggalkan Akbar. Berjalan dengan perut buncitnya, mengenakan daster tanpa lengan dengan bahan kaus. "Astaga," ujar Akbar sambil menyugar rambutnya. Ia pun menyusul Sussana masu
Sussana mengeratkan pelukannya, "Siapa sih Mas?" Akbar terkejut ternyata istrinya mendengar dering ponselnya. Apa jadinya kalau dia jawab, Nola yang menelpon dan mengiriminya pesan. "Eh, sudah bangun." Akbar berusaha mengalihkan pembicaraan. Sussana yang sedang menggerakan tubuhnya, "Masih ngantuk," ujarnya. "Mau enggak aku buat kamu langsung terjaga." Sussana memukul lengan Akbar, ternyata sudah teralihkan dan lupa pada pertanyaannya tadi. "Pasti minta jatah deh," sahut Sussana. Akbar tersenyum nakal lalu melepaskan kaos yang ia pakai langsung mengungkung Sussana. "Mau disini atau kamar mandi?" Sussana belum menjawab, "Ya sudah di sini saja," ujar Akbar lalu membenamkan wajahnya pada ceruk leher Sussana. Hembusan nafasnya membuat Sussana begidik apalagi saat Akbar menyesap kulitnya, Sussana hanya bisa mendesah pelan. Akbar meloloskan daster yang Sussana kenakan lalu menatap tubuh seksih istrinya. "Mas Akbar, lihatin apa sih?" tanya Sussana yang membuat Akbar tertawa. "Body kamu
Sussana berdecak, "Calon ulat bulu," ucap Sussana. "Ulat bulu?" tanya Akbar masih menggenggam erat tangan Sussana. "Iya ulat bulu yang suka nempel dan gatal. Teman Mas Akbar itu modelan kayak ulat bulu." Akbar mengajak Sussana berbelok pada toko pakaian khusus wanita, "Kita mau ngapain ke sini?" tanya Sussana menoleh pada suaminya. "Belanja pakaian hamil untuk kamu, aku lihat kamu masih sering pakai baju ngepress. Kasihan anak aku kejepit." Akbar mengelus perut buncit Sussana. "Ya enggaklah Mas, celana dan rok yang aku pakai pinggangnya karet," sahut Sussana. Mereka sudah berada di counter maternity. Akbar bertanya pada pramuniaga, “Model dress dan setelan maternity terbaru yang mana saja, biar istri saya pilih.” Pramuniaga itu mengangguk lalu menujukkan beberapa model pakaian hamil. Akbar mengikuti Sussana yang asyik memilih pakaian, salah satu tangannya masih membawa goodybag berisi dessert seakan benda berharga yang dijaga agar tidak hilang. Akbar menjadi pusat perhatian par
Plakk Tamparan Maya berhasil mendarat di pipi Sussana, ujung bibirnya terlihat mengeluarkan darah karena tamparan yang cukup keras. “Sebaiknya kalian lepaskan aku, dari pada aku ditemukan di sini. Mas Akbar dan keluarganya juga keluargaku tidak akan memaafkan kalian,” ancam Sussana. Maya tertawa, "Mereka tidak akan berani macam-macam kalau kami punya kartu AS yang bisa buat kalian bungkam," ujar Maya. "Aldi sebaiknya kita cepat siapkan," titah Maya pada Aldi. Sedangkan Pak Cipto yang sudah mendapatkan pesan dari Sussana bahwa majikannya itu sudah selesai urusan di kampus dan minta diantar pulang. Namun Sussana tidak kunjung datang, ia pun menghubungi Ponsel Sussana tidak dijawab. Pak Cipta bergegas menemui orang yang ditugaskan mengawasi Sussana. Mobil mereka hanya berjarak tiga mobil dari mobil yang dibawa Pak Cipto. "Kita cek gps yang dipasang di ponsel Nona Sussana." Mengutak atik ponselnya lalu terpampang keberadaan lewat sebuah titik yang bergerak. "Dari GPS ini terlihat N