All Chapters of Kesempatan Kedua: Chapter 11 - Chapter 20
107 Chapters
Makan malam
Malampun tiba. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit dari villa pribadi miliknya, Samudra akhirnya sampai pada kediaman kedua orang tuanya. Sebuah mansion mewah bergaya Timur Tengah menyambut kedatangannya. Kedua orang tuannya memang sangat menyukai budaya Timur Tengah. Terlihat dari eksterior rumah ini yang tiap jendela dan lorong berbentuk kubah berornamen. Juga terdapat motif berwarna pada kaca patri yang menghias bingkai jendela tersebut, semakin menambah kentalnya unsur Timur Tengah pada rumah itu. Saat keluar dari mobilnya, Samudra sedikit mengerutkan kening, ketika mendapati dua mobil yang terlihat asing baginya. Apa orang tuanya sedang kedatngan tamu, atau mobil itu adalah koleksi terbaru adik laki-lakinya? Samudra mengendikan bahu tidak peduli, kemudian melangkahkan kakinya kearah pintu utama. Dia disambut oleh kepala pelayan tua yang telah mengabdi selama puluhan tahun pada keluarga mereka. “Selamat datang Tuan muda,” uca
Read more
Bukan pemandu wisata
Suara denting sendok menjadi pengiring makan malam keluarga saat itu. Ah, bukan keluarga, karena ada orang luar yang turut bergabung. Sudah menjadi peraturan tidak tertulis dalam keluarga Aditama, bahwa saat makan tidak ada yang diijinkan untuk berbicara. Karena itulah suasana sunyi  yang sedikit mencekam mengiringi makan malam mereka saat ini. Bahkan si kembar Mario dan Marcelline yang biasanya banyak bicara, tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Aura sang kakek benar-benar membuat mereka tercekik. Orang yang terlihat biasa-biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa adalah Samudra. Ia sudah biasa dengan acara makan ala militer seperti ini. Saat para pelayan menyingkirkan makanan berat dan diganti dengan dessert, barulah kedua remaja itu bisa menarik nafas lega. Karena itu berarti, saat ini mereka bisa berbicara sesuka hati mereka di meja makan. "Celline ingin buah, kak. Kak Sam bisa bantu kupasin?" Celline mulai menunjukkan sikap manjanya pa
Read more
Kompetisi
“Cucuku bukan pemandu wisata!” Suara tegas dari Ratna Aditama berhasil melunturkan senyum di bibir Tasya. Suara Ratna memberikan efek yang lebih besar daripada sikap Samudra tadi, ruang makan itu mendadak hening. “Aku tidak bermaksud seperti itu, Bu,” Ucap Lautan, setelah mendapatkan kembali suaranya. Melalui matanya ia mengucapkan maaf tanpa suara pada keluarga Lorens. Ia tidak punya maksud apa-apa, hanya memenuhi keinginan putri dari sahabatnya yang ingin berkeliling bersama putranya. Namun, melihat respon sang ibu, Lautan menelan kembali semua keinginannya itu. “Kalau Sam nggak bisa, nggak apa-apa kok Om. Nanti aku minta tolong sama teman lamaku saja,” ucap Tasya. Dia masih menyunggingkan senyum, namun jauh di bawah meja, kuku jarinya tengah menekan kuat telapak tangannya. Menahan geram karena Ratna menggagalkan rencananya. “Harusnya memang seperti itu, kamu itu bukan bagian dari keluarga ini. Apa kata orang nanti, jika melihat kepala keluarga Adit
Read more
Insiden 2
Hari masih pagi, namun Agni telah sibuk berkutat dengan tepung dan loyang. Di dapur Kafe miliknya, Agni dan buk Atik—salah satu pegawainya, tengah sibuk mempersiapkan pesanan pelanggan.Disela kesibukannya di Kafe Agni memang masih menerima pesanan kue untuk acara-acara tertentu, seperti ulang tahun atau acara resmi lainnya, dan kali inipun mereka tengah sibuk menyelesaikan pesanan pelanggan, yang harus diantarkan pukul 12.00 siang nanti.Agni dan Buk Atik yang tengah sibuk dengan pekerjaan mereka, dikejutkan dengan dering telepon genggam milik Agni. Terlihat nama Ibu Mawar disana. Agni sedikit mengerutkan kening, tidak biasanya guru putranya itu menghubungi Agni pada jam pelajaran seperti ini.Tidak ingin terlarut dalam rasa penasarannya, Agni segera menekan ikon hijau pada gawainya itu.“Halo selamat pagi, Bu Mawar.”“Selamat pagi, Bu Agni. Maaf mengganggu, saya ingin mengabarkan bahwa.....”Suara Mawar disebe
Read more
Kita bertemu lagi, pacar
Saat mendekati ruang perawatan putranya, Agni mendengar suara tawa khas anak-anak. Itu suara Aska, itu suara putranya, namun dengan siapa ia tengah tertawa? Kalau dengan mbok Inem, sepertinya tidak mungkin. Putranya adalah orang yang sedikit menutup diri.Perpisahannya dengan Andi dulu, tidak hanya berdampak padanya tapi juga pada Aska. Putranya itu menjadi orang yang sedikit berbeda. Ia hanya akan tersenyum dan tertawa dengan tulus padanya, jika berhadapan dengan orang lain, termasuk mbok Inem yang merawatnya sejak bayi, atau Sherly yang menemani mereka sejak dua tahun silam, Aska akan menjadi pribadi yang tertutup dan menjaga jarak.Untuk itulah Agni sedikit mengerutkan kening saat mendengar tawa putranya itu. Tidak ingin larut dalam rasa penasaran, Agni segera mempercepat langkahnya.Saat membuka pintu ruang rawat putranya, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang pria.Jika melihat dari profil sampingnya, pria yang tengah berbicara dengan putranya itu,
Read more
Kesepakatan dengan Iblis
Pria itu tersenyum, “Ya, kita bertemu lagi, Pacar..”“Ha???” Agni melebarkan matanya, mulutnya terbuka dan tertutup, seolah ingin mengatakan sesuatu.“Pa-Pacar?” Agni tidak yakin dengan pendengarannya, apa maksud dari pria ini, sejak kapan mereka berpacaran?Bukan hanya Agni yang terkejut mendengar perkataan Samudra, hal yang sama juga dirasakan oleh orang-orang yang ada didalam ruangan itu.Bahkan Jonatan yang sejak tadi berdiri seperti patung selamat datang, langsung tersedak ludahnya sendiri saat mendengar penuturan sang Tuan. ‘Bukankah itu sedikit agresif, tuan? Wanita tidak menyukai pria yang Agresif, Ok,’ batin Jo. Pria itu sempat terbatuk kecil, kemudian menormalkan ekspresi wajahnya menjadi datar kembali.Samudra menikmati wajah terkejut wanitanya, ia tidak peduli dengan orang-orang disekelilingnya. Fokusnya saat ini hanya tertuju pada wanita cantik dengan balutan dress berwarna peach, yang me
Read more
Kemasukan
“Mbak Agni..” Mbok inem yang melihat sang majikan masih terpaku, kemudian menyentuh bahu Agni.Agni yang terkejut dengan sentuhan Mbok Inem, langsung memalingkan wajahnya. “A-ada apa, Mbok?”“Tidak apa-apa, saya lihat mbak Agni masih bengong, saya pikir ‘kemasukan' makanya saya panggil tadi,” Ucap wanita paruh baya itu.Mengenai panggilan Mbok Inem pada Agni. Dulu waktu masih bersama Andi, Mbok Inem memang memanggil Agni dengan sebutan Nyonya, namun saat pidah kesini Agni meminta agar beliau memanggilnya dengan namanya saja tanpa embel embel apapun. Tetapi, karena si Mbok merasa tidak nyaman jika harus memanggil orang yang memberinya gaji dengan namanya saja, maka ia memanggil Agni dengan sebutan Mbak.Agni yang mendengar perkataan Mbok tentang ‘kemasukan’ hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Tanpa Agni sadari, tangannya bergerak sendiri kemudian mengusap kepalanya, bekas usapan Samudra tad
Read more
Hemat pangkal kaya
Saat menutup pintu ruang rawat Aska, senyum tipis yang sejak tadi menghiasi wajah Samudra hilang tanpa jejak. Ia kembali menjadi dirinya sendiri, dingin dan menjaga jarak.Jo yang sejak tadi mengikuti langkah tuannya, menyadari perubahan itu. Sepertinya tuan Sam sudah mengaktifkan mode 'singa lapar,’ pikirnya. Tidak ingin menjadi korban keganasan, ia sengaja memperlambat langkahnya agar tidak sejajar dengan sang tuan.Samudra menyadari perubahan Asistennya, namun tidak dipedulikan olehnya. Ia terus memacu langkahnya kearah tempat parkir. Sepanjang perjalanan menuju mobil, area yang dilewati oleh mereka berdua kosong. Entah disadari oleh Agni atau tidak, si Tuan posesif ini telah meminta agar lorong menuju ruang rawat Aska dikosongkan. Dia tidak ini ketenangannya diusik.“Bagaimana, Jo?” saat sampai didalam mobilnya, Samudra langsung menanyakan apa yang sejak tadi tertahan di ujung lidahnya.“Dia adalah seorang pria biasa yang berke
Read more
Secret admirer
“Ap-apa... Pacar?? Agni? Pacar?” Tanya Sherly dengan melebarkan matanya, sembari menunjuk Agni. Mbok Inem yang belum menyadari perubahan pada raut wajah dan suara Sherly, menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.“Iya iya, pacarnya mbak Agni, namanya pak Samudra. Beliau yang tadi menyelamatkan den Aska dan mengurus semua admistrasi Rumah Sakit, mbak Sherly.” Ucapan Mbok Inem bukan hanya membuat Sherly terkejut tapi juga Agni.‘Samudra yang menyelamatkan Aska?’ batin Agni bertanya-tanya.“Samudra? Tha Lo mending jujur deh, hal apalagi yang Lo sembunyiin dari gue?”Agni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “Mending kamu tenang dulu deh, Sher. Nanti aku ceritain,” ucap Agni.“Sekarang, Tha. Jangan pakai nanti, ntar lupa lagi.”Huff..Agni menghembuskan nafas berat, kemudian menceritakan semuanya kepada Sherly. Tentang pertemuan tidak sengaja ant
Read more
Om Batman
Keesokan harinya, Agni yang tengah mengemas pakaian milik Aska dikejutkan dengan suara ketukan di pintu ruang perawatan Aska, kemudian diikuti handle pintu yang diputar menandakan bahwa ada orang yang akan masuk. Agni langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu, lalu mendapati Samudra tengah berdiri di sana.“Selamat pagi, saya belum terlambat, kan?” Tanya Samudra dengan senyum tipis.Agni sempat terpaku sejenak, pria dihadapannya itu mengenakan kemeja berwarna putih, dengan dasi dan jas berwarna navi yang dikancing rapih, serta celana bahan yang berwarna senada dengan dasi dan jas-nya. Agni sempat berpikir, apa pria ini tidak memiliki pakaian dengan warna berbeda, karena sepengamatan Agni, dalam tiga kali pertemuan mereka pria ini selalu mengenakan pakaian berwarna gelap. Akan tetapi, apapun yang dikenakan pria itu, tidak berpengaruh pada wajahnya, ia tetap terlihat tampan seperti biasa.Fakus Agni sedikit teralihkan dengan benda yang ada ditangan S
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status