Saat mendekati ruang perawatan putranya, Agni mendengar suara tawa khas anak-anak. Itu suara Aska, itu suara putranya, namun dengan siapa ia tengah tertawa? Kalau dengan mbok Inem, sepertinya tidak mungkin. Putranya adalah orang yang sedikit menutup diri.
Perpisahannya dengan Andi dulu, tidak hanya berdampak padanya tapi juga pada Aska. Putranya itu menjadi orang yang sedikit berbeda. Ia hanya akan tersenyum dan tertawa dengan tulus padanya, jika berhadapan dengan orang lain, termasuk mbok Inem yang merawatnya sejak bayi, atau Sherly yang menemani mereka sejak dua tahun silam, Aska akan menjadi pribadi yang tertutup dan menjaga jarak.
Untuk itulah Agni sedikit mengerutkan kening saat mendengar tawa putranya itu. Tidak ingin larut dalam rasa penasaran, Agni segera mempercepat langkahnya.
Saat membuka pintu ruang rawat putranya, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang pria.
Jika melihat dari profil sampingnya, pria yang tengah berbicara dengan putranya itu,
Pria itu tersenyum, “Ya, kita bertemu lagi, Pacar..”“Ha???” Agni melebarkan matanya, mulutnya terbuka dan tertutup, seolah ingin mengatakan sesuatu.“Pa-Pacar?” Agni tidak yakin dengan pendengarannya, apa maksud dari pria ini, sejak kapan mereka berpacaran?Bukan hanya Agni yang terkejut mendengar perkataan Samudra, hal yang sama juga dirasakan oleh orang-orang yang ada didalam ruangan itu.Bahkan Jonatan yang sejak tadi berdiri seperti patung selamat datang, langsung tersedak ludahnya sendiri saat mendengar penuturan sang Tuan. ‘Bukankah itu sedikit agresif, tuan? Wanita tidak menyukai pria yang Agresif, Ok,’ batin Jo. Pria itu sempat terbatuk kecil, kemudian menormalkan ekspresi wajahnya menjadi datar kembali.Samudra menikmati wajah terkejut wanitanya, ia tidak peduli dengan orang-orang disekelilingnya. Fokusnya saat ini hanya tertuju pada wanita cantik dengan balutan dress berwarna peach, yang me
“Mbak Agni..” Mbok inem yang melihat sang majikan masih terpaku, kemudian menyentuh bahu Agni.Agni yang terkejut dengan sentuhan Mbok Inem, langsung memalingkan wajahnya. “A-ada apa, Mbok?”“Tidak apa-apa, saya lihat mbak Agni masih bengong, saya pikir ‘kemasukan' makanya saya panggil tadi,” Ucap wanita paruh baya itu.Mengenai panggilan Mbok Inem pada Agni. Dulu waktu masih bersama Andi, Mbok Inem memang memanggil Agni dengan sebutan Nyonya, namun saat pidah kesini Agni meminta agar beliau memanggilnya dengan namanya saja tanpa embel embel apapun. Tetapi, karena si Mbok merasa tidak nyaman jika harus memanggil orang yang memberinya gaji dengan namanya saja, maka ia memanggil Agni dengan sebutan Mbak.Agni yang mendengar perkataan Mbok tentang ‘kemasukan’ hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Tanpa Agni sadari, tangannya bergerak sendiri kemudian mengusap kepalanya, bekas usapan Samudra tad
Saat menutup pintu ruang rawat Aska, senyum tipis yang sejak tadi menghiasi wajah Samudra hilang tanpa jejak. Ia kembali menjadi dirinya sendiri, dingin dan menjaga jarak.Jo yang sejak tadi mengikuti langkah tuannya, menyadari perubahan itu. Sepertinya tuan Sam sudah mengaktifkan mode 'singa lapar,’ pikirnya. Tidak ingin menjadi korban keganasan, ia sengaja memperlambat langkahnya agar tidak sejajar dengan sang tuan.Samudra menyadari perubahan Asistennya, namun tidak dipedulikan olehnya. Ia terus memacu langkahnya kearah tempat parkir. Sepanjang perjalanan menuju mobil, area yang dilewati oleh mereka berdua kosong. Entah disadari oleh Agni atau tidak, si Tuan posesif ini telah meminta agar lorong menuju ruang rawat Aska dikosongkan. Dia tidak ini ketenangannya diusik.“Bagaimana, Jo?” saat sampai didalam mobilnya, Samudra langsung menanyakan apa yang sejak tadi tertahan di ujung lidahnya.“Dia adalah seorang pria biasa yang berke
“Ap-apa... Pacar?? Agni? Pacar?” Tanya Sherly dengan melebarkan matanya, sembari menunjuk Agni.Mbok Inem yang belum menyadari perubahan pada raut wajah dan suara Sherly, menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.“Iya iya, pacarnya mbak Agni, namanya pak Samudra. Beliau yang tadi menyelamatkan den Aska dan mengurus semua admistrasi Rumah Sakit, mbak Sherly.” Ucapan Mbok Inem bukan hanya membuat Sherly terkejut tapi juga Agni.‘Samudra yang menyelamatkan Aska?’ batin Agni bertanya-tanya.“Samudra? Tha Lo mending jujur deh, hal apalagi yang Lo sembunyiin dari gue?”Agni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. “Mending kamu tenang dulu deh, Sher. Nanti aku ceritain,” ucap Agni.“Sekarang, Tha. Jangan pakai nanti, ntar lupa lagi.”Huff..Agni menghembuskan nafas berat, kemudian menceritakan semuanya kepada Sherly. Tentang pertemuan tidak sengaja ant
Keesokan harinya, Agni yang tengah mengemas pakaian milik Aska dikejutkan dengan suara ketukan di pintu ruang perawatan Aska, kemudian diikuti handle pintu yang diputar menandakan bahwa ada orang yang akan masuk. Agni langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu, lalu mendapati Samudra tengah berdiri di sana.“Selamat pagi, saya belum terlambat, kan?” Tanya Samudra dengan senyum tipis.Agni sempat terpaku sejenak, pria dihadapannya itu mengenakan kemeja berwarna putih, dengan dasi dan jas berwarna navi yang dikancing rapih, serta celana bahan yang berwarna senada dengan dasi dan jas-nya. Agni sempat berpikir, apa pria ini tidak memiliki pakaian dengan warna berbeda, karena sepengamatan Agni, dalam tiga kali pertemuan mereka pria ini selalu mengenakan pakaian berwarna gelap. Akan tetapi, apapun yang dikenakan pria itu, tidak berpengaruh pada wajahnya, ia tetap terlihat tampan seperti biasa.Fakus Agni sedikit teralihkan dengan benda yang ada ditangan S
Saat sampai ditempat parkir, Agni bermaksud mengambil Aska dari gendongan Samudra untuk membawa sang putra kedalam mobilnya, namun anak itu langsung melingkarkan kedua tangannya pada leher Samudra lalu menenggelamkan wajahnya pada bahu lebar pria itu. Tanda bahwa sang putra tidak ingin berpisah dengan Samudra.Agni sempat terkejut dengan respon sang putra. Berbeda dengan Agni, Samudera justru kembali menyunggingkan senyum tipis. Pria itu lalu mengulurkan telapak tangannya kearah Agni.Agni yang melihat hal itu mengerutkan keningnya kemudian bertanya, “Ada apa?”“Kunci mobilmu,” ucap Samudra.Agni mengangkat sebelah alisnya, “untuk apa?”“Berikan saja,” ucap pria itu lagi, terdengar tidak sabar.Agni yang tidak ingin berdebat, segera menyerahkan kunci mobilnya pada Samudra.Detik selanjutnya Agni langsung membulatkan matanya, saat melihat Samudra yang menyerahkan kunci mobilnya itu pada R
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, Range Rover milik Samudera akhirnya memasuki halaman rumah minimalis milik Agni. Terlihat Mbok Inem dan Jonatan serta Reinhart sudah menunggu mereka di sana.Setelah mematikan mesin mobilnya, Samudera melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobil berjalan memutar kearah pintu sebelah lalu membukanya untuk Agni.“Biar aku yang menggendong Aska. Tunjukan saja dimana kamarnya,” ucap pria itu. Sebelum Agni bisa menjawab, Aska yang tengah tertidur telah berpindah ke gendongan Samudera. Lalu pria jangkung itu, langsung melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Meninggalkan Agni yang masih terpaku ditempatnya.‘apa-apaan, tuan rumahnya masih di sini, tuan tampan. Sebagai tamu yang baik, bukankah seharusnya anda menunggu tuan rumah?!’ batin Agni.Namun kata-kata itu hanya bisa ia ucapkan didalam hati saja, karena pria itu telah menghilang dibalik pilar rumah, bahkan bayangannya pun tida
Saat melihat dua orang yang sangat tidak diharapkan itu, emosi Samudera memuncak. Ia paling tidak suka bila daerah teritorinya diusik oleh orang lain. Sekalipun itu adalah Ibunya sendiri.Melihat kehadiran Bos nya, Flora yang sejak tadi menahan kedua wanita berbeda usia itu untuk masuk ke ruangan sang Bos, menghembuskan nafas lega.“Maaf pak, ibu Mayang dan Nona Tasya ingin bertemu,” ucap Flo.Samudera mengangguk kecil pada Flo, kemudian beralih pada ibunya dan Tasya.“Ada keperluan apa?”Mayangsari yang melihat kedatangan putranya, langsung menyunggingkan senyum. “Maaf kalau mama mengganggu waktu kamu, Sam. Maksud kedatangan Mama kemari, mama ingin mengajak kamu untuk makan siang bersama,” ucap Mayang.Tasya yang melihat kedatangan Samudera tidak dapat menahan senyum bahagianya, wanita itu langsung memperbaiki rambutnya yang tidak berantakan, dan berdiri disamping Mayang dengan senyum secerah mataha