All Chapters of Kesempatan Kedua: Chapter 21 - Chapter 30
107 Chapters
Nilai Tambah
Saat sampai ditempat parkir, Agni bermaksud mengambil Aska dari gendongan Samudra untuk membawa sang putra kedalam mobilnya, namun anak itu langsung melingkarkan kedua tangannya pada leher Samudra lalu menenggelamkan wajahnya pada bahu lebar pria itu. Tanda bahwa sang putra tidak ingin berpisah dengan Samudra.Agni sempat terkejut dengan respon sang putra. Berbeda dengan Agni, Samudera justru kembali menyunggingkan senyum tipis. Pria itu lalu mengulurkan telapak tangannya kearah Agni.Agni yang melihat hal itu mengerutkan keningnya kemudian bertanya, “Ada apa?”“Kunci mobilmu,” ucap Samudra.Agni mengangkat sebelah alisnya, “untuk apa?”“Berikan saja,” ucap pria itu lagi, terdengar tidak sabar.Agni yang tidak ingin berdebat, segera menyerahkan kunci mobilnya pada Samudra.Detik selanjutnya Agni langsung membulatkan matanya, saat melihat Samudra yang menyerahkan kunci mobilnya itu pada R
Read more
Abracadabra
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, Range Rover milik Samudera akhirnya memasuki halaman rumah minimalis milik Agni. Terlihat Mbok Inem dan Jonatan serta Reinhart sudah menunggu mereka di sana.Setelah mematikan mesin mobilnya, Samudera melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobil berjalan memutar kearah pintu sebelah lalu membukanya untuk Agni.“Biar aku yang menggendong Aska. Tunjukan saja dimana kamarnya,” ucap pria itu. Sebelum Agni bisa menjawab, Aska yang tengah tertidur telah berpindah ke gendongan Samudera. Lalu pria jangkung itu, langsung melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Meninggalkan Agni yang masih terpaku ditempatnya.‘apa-apaan, tuan rumahnya masih di sini, tuan tampan. Sebagai tamu yang baik, bukankah seharusnya anda menunggu tuan rumah?!’ batin Agni.Namun kata-kata itu hanya bisa ia ucapkan didalam hati saja, karena pria itu telah menghilang dibalik pilar rumah, bahkan bayangannya pun tida
Read more
Bukan Cenayang
Saat melihat dua orang yang sangat tidak diharapkan itu, emosi Samudera memuncak. Ia paling tidak suka bila daerah teritorinya diusik oleh orang lain. Sekalipun itu adalah Ibunya sendiri.Melihat kehadiran Bos nya, Flora yang sejak tadi menahan kedua wanita berbeda usia itu untuk masuk ke ruangan sang Bos, menghembuskan nafas lega.“Maaf pak, ibu Mayang dan Nona Tasya ingin bertemu,” ucap Flo.Samudera mengangguk kecil pada Flo, kemudian beralih pada ibunya dan Tasya.“Ada keperluan apa?”Mayangsari yang melihat kedatangan putranya, langsung menyunggingkan senyum. “Maaf kalau mama mengganggu waktu kamu, Sam. Maksud kedatangan Mama kemari, mama ingin mengajak kamu untuk makan siang bersama,” ucap Mayang. Tasya yang melihat kedatangan Samudera tidak dapat menahan senyum bahagianya, wanita itu langsung memperbaiki rambutnya yang tidak berantakan, dan berdiri disamping Mayang dengan senyum secerah mataha
Read more
Gunung Es mencair
Kediaman AgniSetelah mengantar kepergian Samudera, Agni kembali berkutat dengan wajan dan bahan makanan di dapur mini miliknya. Putranya baru saja keluar dari Rumah Sakit dia harus membuatkan makanan sehat untuk buah hatinya itu.Saat tengah berkutat di dapur dengan dibantu oleh Mbok Inem, kedua wanita berbeda usia itu dikejutkan dengan kehadiran Aska. Sepertinya bocah lima tahun itu baru saja terbangun dan langsung menyusul mereka ke dapur. “Jagoannya bunda udah bangun?” Agni membuka percakapan dengan pertanyaan retoris pada Putranya. Aska mengannguk untuk menjawab pertanyaan Bundanya, lalu mengajukan pertanyaan pada sang bunda. “Om Batman udah pulang, Bun?” Tanya Aska. Agni tersenyum, “iya sayang, Om Sam punya pekerjaan yang nggak bisa ditinggal. Aska udah kangen sama Om Sam?” Aska kembali mengangguk. Dia memang belum mau berpisah dengan Om Batman-nya. Saat membuka matanya tadi,
Read more
Bapak Able
“Tunda”Satu kata dari Samudera, dengan tangan kanan terangkat menunjukkan telapak tangannya, pria itu menghentikan jalannya rapat.Kemudian bangkit berdiri, dan keluar dari ruang rapat sembari membawa telepon seluler miliknya. Pria itu kemudian menekan icon hijau untuk menjawab panggilan.“Halo..” suara lembut dari seberang telepon membuat Sam sempat terpaku sejenak.“Halo, pak Sam.” Suara wanitanya kembali terdengar, membuat Sam tersadar.“Oh, ya halo. Ada apa pacar, apakah ada masalah?” Tanya pria itu. Lalu, hening.Samudera bisa menebak, wanitanya pasti tengah malu. Sam membayangkan pipi Agni yang merona. Ah, sangat manis.Setelah hening sejenak, suara di seberang telepon kembali terdengar, “ekhm, begini pak Sam.”“Samudera,” potong Sam.“Maaf?” Suara Agni kembali terdengar.“Panggil saya Samudera, Sam, jangan pakai embel
Read more
Serangan Jantung
Kediaman utama Aditama.Saat keluar dari mobil Reinhart, Mayang di sambut oleh tatapan bingung si kembar Rio dan Celline. “Loh, mama kok udah pulang?” Celline yang tidak dapat menahan rasa penasarannya langsung bertanya pada ibunya.Berbeda dengan Rio yang sedikit banyak bisa menebak apa yang terjadi, apalagi dia melihat sopir pribadi kakaknya lah yang mengantar sang ibu pulang.“Karena apa lagi, sudah jelas mama sama si ular di usir sama kakak, terus si ular ngamuk, ngomong kasar dan buat mama marah. Bener 'kan, mah?” tanya Rio. Mendengar penuturan putranya, Mayang mengangkat sebelah alisnya.“Dari mana kamu tau, Bang?” tanya Mayang.“Jadi bener? Padahal aku cuman nebak doang tadi,” ucap Rio sembari menunjukkan gigi putihnya.Mendengar percakapan Ibu dan Abangnya Celine tidak dapat menahan rasa penasaran sekaligus kagum pada Abang kembarnya itu.“Semua yang Abang bila
Read more
Cantik
Hari terbilang masih pagi. Namun, kediaman minimalis milik Agni sudah ramai dengan tingkah Aska, yang tengah sibuk memilih setelan apa yang akan dia kenakan.Mbok Inem yang tengah menemani bocah Lima tahun itu, hanya bisa mengelus dada melihat tumpukan baju yang sudah menumpuk di atas ranjang tuan kecilnya.Hari ini adalah akhir pekan, dimana sesuai dengan perjanjiannya dengan sang Om Batman, mereka akan jalan-jalan bersama.“Yang ini bagus nggak, Mbok?” Tanya Aska setelah sekian lama membongkar isi lemarinya. Mbok Inem mengamati pakaian yang ada di tangan tuan kecilnya itu. Terlihat sebuah kemeja lengan panjang berwarna biru muda dengan bordiran Batman pada dada bagian kanan, dan celana jeans berwarna hitam.“Aden yakin mau pakai itu?” tanya Mbok memastikan. Bukan apa-apa, tuan kecilnya akan terlihat bagus dengan apapun yang dia kenakan. Mengingat wajah anak itu yang sangat tampan dengan tatapan yang juga terlihat tajam.Na
Read more
Quality Time
“Cantik” gumam pria itu.Sama seperti Sherly, Mbok Inem dan Aska. Respon yang ditunjukkan oleh Samudera juga sama, terpesona.Agni memang terlihat sangat cantik dan anggun. Wanita itu tidak menggunakan aksesoris dan gaun mewah, tas dan sepatu branded, namun terlihat sangat mempesona. Hingga membuat Samudera yang sudah sangat sering bertemu dengan wanita cantik dari berbagai latar belakang benar-benar terpesona.Sebenarnya kata yang dilontarkan Samudera sedikit keras, hingga membuat mereka yang ada di sana turut mendengar. Hal itu juga berhasil menerbitkan semburat merah pada pipi Agni.Sedangkan Sherly, wanita itu sudah melongo tidak percaya. ‘Ini benar-benar Bos nya? Ini benar-benar pak Samudera Aditama yang super dingin itu? Impossible,' batin Sherly....“Mm, ekhm.. Kita pergi sekarang?” Ucap Agni setelah menetralkan degup jantungnya.Suara Agni berhasil menyadarkan Samudera. Pria itu terlihat malu, di
Read more
Sebuah Ketegasan
“Kamu..”“Tasya?” Melihat kehadiran wanita itu, Samudera semakin mengerutkan keningnya.“Hay, Sam..” Wanita itu —Tasya, merasa sedikit malu, saat melihat raut tidak suka pada wajah Samudera. Namun, dia berusaha menebalkan muka dengan menunjukkan senyum lebar.“Sedang apa kamu di sini, dan tau dari mana kalau saya ada di ruangan ini?”Samudera mengajukan pertanyaan beruntun dengan alis mengerut. Raut tidak suka dan merasa terganggu, tergambar jelas di wajah pria itu.Bukan tanpa alasan ia bertanya, Samudera tidak begitu menyukai keramaian, untuk itulah setiap perjalanannya selalu bersifat privat. Hanya orang-orang kepercayaan dan orang di tempat ia datangilah yang tau tentang kedatangannya. Lalu, dari mana Tasya tahu..Mendapatkan pertanyaan beruntun dari pria itu, Tasya merasa sedikit gugup. “Oh, emm.. Ke-kebetulan aku lagi makan di sini juga tadi. Lalu, aku ngeliat kamu, makanya ak
Read more
Sebuah Ketegasan 2
Setelah mendengar kalimat panjang yang di lontarkan Agni, Samudera terdiam. Kecewa? Sangat. Akan tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. Samudera tau bahwa selama ini Agni merasa kurang percaya diri, dan sepertinya dia harus menegaskan sesuatu. Sam tidak ingin calon ibu dari anak-anaknya itu merasa rendah diri. Merasa bahwa pembicaraan mereka akan memakan banyak waktu, dan memerlukan konsentrasi, Sam menepikan mobilnya di jalanan yang terlihat sepi. Kemudian membalikkan badannya ke arah Agni. “Kamu sudah mengatakan apa yang ingin kamu katakan. Sekarang biarkan saya mengatakan apa yang ingin saya katakan juga.” Karena Agni yang kembali menggunakan bahasa formal padanya, Samudera pun melakukan hal yang sama. “Saya mencintai kamu, itu kenyataannya! Dan saya ingin mengoreksi kata-kata kamu tadi, kamu bukannya tidak mencintai saya Agni, tapi Belum! Tolong di garis bawahi itu. Jika kamu bertanya apa saya merasa sakit hati dengan kalimat kamu tadi, maka jawab
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status