All Chapters of IZINKAN AKU MENCINTAIMU: Chapter 31 - Chapter 40
97 Chapters
Bab 31
Pov : Gaza Bakda isya'. Akhirnya aku ikut menghadiri syukuran kecil-kecilan ini di sini. Di sebuah rumah minimalis berwarna tosca muda. Rumah sederhana yang dibelikan Azka untuk Rania. Begitu ummi bilang padaku kemarin. Aku pun mengiyakan saja tanpa bertanya lebih banyak darimana dia mendapatkan dananya. Belum genap enam bulan Azka dan Rania menikah. Aku yakin Azka tak mungkin memiliki tabungan sebanyak itu. Pasti sebagian besar memakai uang Rania juga. Hanya saja, sengaja bilang ke ummi jika rumah itu dia beli khusus buat Rania. Sebagai hadiah kehamilan, katanya. Aku sendiri tak tahu mengapa ada desir cemburu tiap kali ummi memuji Azka. Apalagi akhir-akhir ini, aku memang mulai sering mendengar pujian dari ummi untuknya. Entahlah, mungkin ummi mulai luluh dengan perjuangan anak lelakinya. Atau ummi mulai belajar menerima kehadiran Azka. Namun yang pasti, hati ini tak bisa dibohongi. Ada rasa tak nyaman saat ummu kembali memujinya di depanku. Terlebih, saat kutahu Azka bisa membua
Read more
Bab 32
POV : UMMI Muhammad Azka Ramadhan. Anak yang selalu kupandang sebelah mata karena kekurang mampuannya di banyak hal, anak yang selalu membuatku kecewa dengan nilai-nilai rendahnya, anak yang tak pernah membuatku bangga karena deretan piala kejuaraan, anak yang jarang sekali memberikan kado istimewa untuk abah dan uminya. Ah Azka ... anak yang bahkan pernah terbesit di benakku untuk menitipkannya ke panti asuhan. Kini, dia sudah bisa membuatku bangga dengan pencapaian yang dia punya. Meski kutahu ada jejak Rania di sana, namun setidaknya dia mampu membuktikan janjinya untuk bisa mandiri tanpa merepotkan orang tua. Azka kini sudah membukakan kedua mata dan hatiku, anak yang sering kali kuacuhkan itu mampu membuat banyak orang kagum akan keberhasilannya, termasuk Ernita. Rumah sederhana itu sebagai bukti bahwa dia mampu memikul perannya sebagai seorang suami, peran yang dulu pernah kuragukan saat dia melamar seorang perempuan. Rania. Perempuan istimewa yang harusnya bersanding denga
Read more
Bab 33
POV : AZKAAlhamdulillah, kandungan Rania mulai membesar. Kini sudah menginjak enam bulan. Masa-masa mual dan pusing sudah terlewati dengan baik. Dia pun semakin menikmati kehamilannya, tanpa mengeluh pusing atau kurang enak badan lagi. Syukurlah, aku sedikit lebih tenang melihat keadaannya sekarang.Tiap malam sebelum memejamkan mata, kusempatkan untuk memijit kakinya yang mulai membengkak. Aku tahu Rania sering kecapekan, tapi dia tak pernah mengeluh tiap kali membantuku menyiapkan pesanan online. Dia selalu berusaha tenang, semata-mata agar aku tak terlalu mengkhawatirkannya.Rania juga semakin semangat mempromosikan martabak cinta kami, tiap hari banyak sekali orderan masuk. Bahkan sekarang aku sudah jarang ke outlet, sibuk dengan orderan online yang memang kukerjakan di rumah bersama Rania. Sedangkan outlet dipegang Haris, dua atau tiga hari sekali aku datang untuk cctv.|Alhamdulillah Gaza bersedia ummi kenalkan dengan anak teman pengajian ummi, Ka. InsyaAllah besok ummi pertemuk
Read more
Bab 34
Outlet terbakar habis. Begitu lah kisah usahaku yang mulai maju itu. Entah lah ... ujian terberat pasca menikah. Pikiranku mendadak kacau, namun di depan Rania aku pura-pura tetap tersenyum, seolah tak terjadi apa-apa. Menganggap semua yang terjadi hal yang sangat biasa.Rania baru saja merasa nyaman dan begitu menikmati kehamilannya. Tak mungkin aku tega membuatnya ikut bingung dengan kebingungan ini. Bulan-bulan lalu dia begitu kepayahan dengan mual dan mabuk berat, biar lah kini dia merasa bahagia. Akan kusimpan sendiri kebingungan ini, tak akan kubagi padanya.Kupejamkan mata sebentar untuk menghilangkan penat. Pasca salat berjamaah di masjid yang tak jauh dari outlet, aku memang tak langsung pulang ke rumah, menenangkan hati dan istighfar sebanyak-banyaknya di sini sebelum bertemu dengan Rania. Kupikir, nanti setelah pulang hati sudah cukup lega dan tenang, hingga Rania pun tak akan terlalu mencemaskanku. Dering ponsel beberapa kali memaksa kedua mata terjaga. Kulihat sekeliling
Read more
Bab 35
Kabar dari Haris soal gantungan kunci mas Gaza cukup membuatku bertanya-tanya. Jika memang dia hanya sekadar ingin melihat dan menenangkanku saat itu, kenapa kemarin dia tak menemuiku? Hanya ada abah dan mas Alif di sana yang masih terus memberikan semangat padaku detik itu, sedangkan mas Gaza tak pernah terlihat batang hidungnya.    Tapi ...   Jika memang mas Gaza yang melakukannya, untuk apa? Apa dia masih tak rela jika aku bahagia bersama Rania? Bukan kah ummi bilang mas Gaza sudah ikhlas menerima perjodohan dari ummi? Tak mungkin juga dia secemburu itu apalagi tega mencelakakan saudara kembar sendiri. Benar-benar tak masuk akal.    Kupejamkan mata sejenak, menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Aku sengaja tiduran di teras dengan beralaskan tikar, kantuk pun mulai mendera. Apalagi menunggu Rania pulang dari pasar bersama ummi
Read more
Bab 36
Pov : Gaza Aku tak pernah menyangka jika gantungan kunciku yang hilang beberapa waktu lalu kini berada di tangan ummi. Satu hal yang jauh lebih membuatku tak percaya, bisa-bisanya ummi menuduhku sengaja membakar outlet martabak milik Azka dan Rania. "Ummi nggak habis pikir, Za. Teganya kamu menghancurkan usaha adikmu sendiri." Ummi benar-benar terlihat shock, menangis tergugu di atas ranjang sementara abah hanya bisa geleng-geleng kepala saat ummi menjelaskan duduk perkaranya. Sungguh, baru kali ini aku mendengar kekecewaan ummi dan abah. Baru kali ini juga kudengar mereka begitu memuji Azka yang rela banting tulang mengurus usaha dari nol hingga semaju sekarang. Biasanya ummi tak pernah seperti ini. Dia selalu memujiku di setiap hal bahkan hampir tak pernah kudengar pujian ummi dan abah untuk adik kembarku itu. Entah mengapa sekarang berbalik. Justru aku yang membuat abah dan ummi kecewa, sementara Azka membuat mereka begitu bangga. Bangga karena Azka dan Rania cukup sabar
Read more
Bab 37
POV : AZKA "Kamu percaya kalau bukan aku pelakunya, Ka?" Mas Gaza dengan wajah duka menatapku cukup lekat. Tanpa kedip RFbeberapa saat lamanya. Aku tersenyum membalas tatapannya saat itu. "Aku percaya, Mas. Percaya kamu tak akan seceroboh itu. Aku yakin kamu tak tega menghancurkan usaha yang kurintis dengan keringat dan air mata," jawabku lirih namun cukup meyakinkan. Mas Gaza tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya. "Aku paham jika semua orang tak yakin dengan ucapanku. Wajar karena memang gantungan kunci milikku ada di lokasi itu. Besok aku antar Haikal ke sini, biar dia ikut menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Kembali hening. Aku dan Mas Gaza tenggelam dalam pikiran masing-masing. Detik yang ditunggu pun datang. Mas Gaza benar-benar membawa Haikal ke rumah. Keluarga besar dikumpulkan dalam satu ruang, sama-sama ingin tahu bagaimana penjelasan Haikal meski kami sudah percaya bukan Mas Gaza pelakunya. "Haikal sudah datang, biar dia yang menjelaskan," ucap Mas Gaz
Read more
Bab 38
POV : AZKA Kunci mobil sudah berada di tangan Rania. Dia kembali tersenyum menatapku. Ada binar bahagia di wajahnya yang ayu. Hadiah ini mungkin bisa sedikit mengobati rasa kecewa di hatinya karena outlet yang terbakar. Meski dia selalu berusaha menutupi, namun aku tahu ada nyeri dan sesak dalam dada yang sengaja disimpannya sendiri. "Mobilnya mana, Mas? Kuncinya doang nih?" tanyanya lagi, mengintip garasi dari jendela kamar yang masih kosong tak berpenghuni. "Ada. Sebentar lagi datang diantar pihak dealernya," jawabku sembari mengusap pelan pucuk kepalanya yang terbungkus jilbab coklat. Aku tahu Rania sangat menginginkan mobil karena memang tak terbiasa ke mana-mana menaiki roda dua apalagi vespa butut seperti milikku. Aku tahu dia sangat ingin memiliki kendaraan satu itu, apalagi sekarang hamil tua, lumayan susah untuk duduk di atas vespa, ditambah sering bolak-balik rumah sakit untuk kontrol kandungan. Aku sengaja menunggu permintaannya, barangkali saat dia benar-benar membu
Read more
Bab 39
Pov : GAZA |Ka ... aku tak tahu harus menjelaskan bagaimana lagi padamu bahwa bukan aku pelaku pembakaran outletmu itu. Soal Haikal, aku sendiri tak paham mengapa dia bisa bersandiwara demikian. Aku akan menyelidikinya. Tak akan kubiarkan dia menghancurkan nama baikku begitu saja| Kukirimkan sebuah pesan untuk Azka. Aku tak akan pernah rela jika namaku tercoreng atas apa yang tak pernah kulakukan. Sejak pertemuan keluarga dengan Haikal seminggu lalu, aku memang sedikit menghindar. Bukan karena takut, hanya saja ingin kembali berkumpul nanti saja setelah semua bisa kubuktikan kebenarannya. Aku malu. Terutama pada keluarga ibu yang begitu mempercayaiku. Tak mungkin kukecewakan mereka kedua kalinya. Apalagi pada Rania. Tiap kali dia dan Azka berkunjung ke rumah ummi, aku hanya menyapa sekenanya. Bukan karena sombong namun karena malu. Malu dengan sikap-sikapku dulu yang terlalu kekanakan, ditambah pengakuan Haikal yang tak sesuai kenyataan. |Aku percaya sama kamu, Mas. Aku yakin um
Read more
Bab 40
Pov : Gaza |Pelakunya sudah ditangkap, Za. Abah sudah di kantor polisi, kamu langsung ke sini ya. Rania dan Azka juga sudah datang| Pesan Abah baru saja kubaca setelah pesan itu terkirim sepuluh menit yang lalu. Sejak Abah mulai kecewa dengan keterpurukanku kala itu, aku memang mulai berbenah lagi. Tak enak rasanya membuat Abah dan Ummi kecewa. Aku pun mulai merintis kembali apa yang pernah kuperjuangkan, mulai menata kembali masa depan dan akan kubuktikan pada abah dan ummi kalau aku masih bisa dibanggakan. Sebenarnya aku hanya butuh waktu untuk menyembuhkan luka, tapi sepertinya persoalan bisnis tak bisa ditangguhkan dulu hanya demi menyembuhkan hati yang patah. Bisnis tetap saja berjalan. Tak bisa semudah itu berhenti lalu kembali berjalan. Tak lantas keluar masuk seenaknya ataupun maju mundur sesukanya, apalagi sekadar ingin menepi beberapa saat hanya karena patah hati. Mungkinkah benar yang dikatakan Ummi? Tak pantas aku terus menyesali apa yang telah terjadi bahkan teru
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status