Lahat ng Kabanata ng Pembalasan si Anak Terbuang: Kabanata 31 - Kabanata 40
103 Kabanata
31. Kemarahan Jason
 Hari semakin malam saat Ryu berjalan sendiri di sepanjang kolam renang. Dia masih merasa bermimpi dengan semua kenyataan ini. Satu setengah bulan yang lalu dia masih seorang gembel yang tinggal di rumah bedeng terbengkalai milik perusahaan kereta api yang kumuh di pinggir rel. Tidak berapa lama, Simon mengajaknya ke sebuah rumah yang bagus dengan fasilitas lengkap. Dan kini … setelah dia bertemu dengan sang Ibu, kehidupannya berubah menjadi sangat mewah. Berkali dia mencubit pipinya dan tetap merasakan sakit."Sampai kamu tonjok wajahmu juga tetap terasa sakit, Bro. Ini kenyataan bukan alam mimpi." Alvren muncul tiba-tiba dengan tertawa.Ryu tersenyum malu karena anak muda itu seperti mengerti isi hatinya."Belum tidur? tanya Ryu basa-basi."Kebangun karena lapar gue.""Terus udah makan?" "Makanannya udah pada abis," jawabnya dengan nyengir."Cian." Wajah Ryu pura-pura prihatin."Syal
Magbasa pa
32. Perubahan sikap
  Tina mendatangi Ryu yang sedang duduk sambil membaca sebuah buku di bangku santai taman. "Tuan muda … ada telepon untuk Anda."Pemuda itu menoleh, "telepon? Dari siapa?" "Nona Bella," jawab Tina singkat.Wajah Ryu langsung berbinar. Dengan semangat dia berlari menuju ruang tengah."Hallo ….""Ryu. Ya ampun, beneran ini kamu? Aku barusan saja tahu dari papaku tentang kamu. Sungguh kamu putra Tante Agatha? Beneran, Ryu? Ya ampun ….""Maaf, Anda salah sambung," kata Ryu yang membuat Bella diam. Hening."Terus ini siapa? Suaranya persis seperti Ryu," lirih Bella."Makanya kalau bicara itu pakai jeda. Jangan kek kereta api, nyerocos mulu," sahut Ryu tertawa."Syalan lu! Sini, gue pukul lu. Dasar …."Ryu tertawa mendengar umpatan gadis cantik di seberang sana. Dia bahagia mendengar suara Bella. Mereka bercanda di telepon hingga hampir dua jam. Telepon terputus
Magbasa pa
33. Semua saling berhubungan
  Malam semakin larut dengan hujan deras mengguyur bumi. Saat cuaca dingin seperti ini, maka yang dilakukan orang-orang adalah tidur dibalik selimutnya. Tapi tidak dengan black house. Justru tengah malam lah saat mereka untuk bekerja.Sebuah truck kontainer menurunkan muatan di tengah hujan deras. Semua anak buah black house bekerja di bawah derasnya hujan.Dipa dan Bono memberi komando pada mereka untuk menurunkan peti-peti kayu dan memasukannya dalam gudang. Setelah masuk gudang, maka di dalam ada orang-orang terpilih dan terpercaya yang membongkar semua peti itu lalu memasukkan semua isinya ke dalam sebuah ruangan rahasia.Semua itu menjadi tugas Simon dengan orang-orang kepercayaannya. Pria kekar dengan tubuh penuh tato itu menyulut sebatang rokok lalu mengisapnya. "Ceng, lu itung dan catat yang bener semua barang yang masuk," perintahnya pada Aceng. "Siap bos." Peti-peti kayu itu berisi
Magbasa pa
34. Nasihat
 Siang yang terik dengan matahari tepat di atas kepala. Parman mengendari mobil keluar dari bandara Soekarno-Hatta. Dia baru saja menjemput keluarga majikannya yang baru saja pulang berlibur dari Los Angeles. Jason duduk di samping Parman. Agatha dan Dean duduk di bangku tengah dan Ryu duduk sendiri di belakang.Pemuda itu menyandarkan tubuhnya di jok belakang dan memejamkan mata. Dia sangat letih dan mengantuk. Perjalanan dari bandara San Fransisco ke Jakarta memakan waktu hampir dua puluh jam dengan transitnya.Sementara Dean, terlihat banyak tersenyum. Dia bahagia karena hubungannya yang sempat dingin dan jauh dengan istrinya mulai membaik setelah mereka berlibur ke luar negri. Agatha sudah mau disentuh dan liburan mereka bagai bulan madu kedua bagi Dean. Namun, Dean menyadari sikap Agatha ini karena dia bersikap baik dan sayang pada Ryu. Pria itu tersenyum simpul saat sang istri menyandarkan kepalanya di bahu kanannya.Nyonya Merry menyamb
Magbasa pa
35. Story Alvren
  Dua tahun kemudian. Akhir Juli 2000. Sore yang kelabu dengan awan berarak hitam bergulung di angkasa. Rintiknya mulai turun membasahi bumi bersama angin yang bertiup lumayan kencang. Alvren merapatkan jaketnya dan sedikit berlari masuk ke dalam sebuah kafe.Kacamata nya yang sedikit basah, di lepas dan di usap dengan ujung bajunya."Ryu, ada?" tanya Alvren pada seorang pelayan kafe."Sebentar, Tuan." Wanita muda itu bergegas masuk dan tak lama, seorang pemuda dengan kaos polos berwarna abu-abu keluar dan memeluk Alvren."Gue bilang ga usah kesini, biar nanti gue yang ke rumah," ujar Ryu dengan sedikit memukul bahu Alvren."Gue kangen sama menu kafe lu, Bro. Boleh gue minta makan ya.""Minta, beli dong," sahut Ryu pura-pura marah.Alvren tertawa berderai. Kemudian mereka duduk di sudut ruang dan pemuda itu memesan nasi goreng seafood dan satu gelas coklat panas."Darimana lu, hujan-
Magbasa pa
36. Pemakaman dan rapat keluarga
  Siang yang kelabu dengan awan hitam menggumpal di angkasa. Rintiknya mulai turun membasahi bumi. Alam seakan ikut menangis menyaksikan seorang anak manusia tak bedosa tewas dengan cara mengenaskan.Area pemakaman yang dijaga ketat oleh pihak berwajib karena banyaknya media yang ingin meliput, membuat Ryu merasa jengah dan ingin marah memaki para pencari berita yang seakan tak punya empati pada keluarga korban.Semua kerabat berduka dan menangis untuk Alvren. Seorang pemuda yang baik, periang dan lucu. Berkali, Ryu mengusap pipinya. Dia memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang bengkak.Semalaman dia menangis di samping Mamanya yang juga sangat terpukul.Alvren … pemuda itu tewas dengan tujuh luka tusukan di dada dan perutnya. Mayatnya ditemukan di halaman belakang gedung bioskop yang sudah terbengkalai.Dia ditemukan oleh dua orang sahabatnya. Faris dan Nico.Ryu mengedarkan pandangan ke area pemakaman.
Magbasa pa
37. Simon mengungkapkan kebenaran
 Tuan Andre membenarkan letak duduknya yang tadi disandarkan pada sofa menjadi tegak. "Jadi maksud Abang, Faris yang membunuh putraku?" Suaranya terdengar serak dan bergetar.Jefri mengedikkan kedua matanya, "bisa jadi. Bisa jadi juga, Ayahnya ada dibalik kamatian putramu." Dia menyunggingkan seutas senyum aneh.Andre menyandarkan punggungnya ke sofa lagi dengan lemah. Lalu matanya menatap lekat pada sang Papi. "Jika ini semua benar, kita tidak bisa tinggal diam, Pi." Suaranya yang serak begitu dalam dan penuh dendam..Mobil Ryu meluncur membelah jalanan ibukota yang padat merayap. Pikirannya kalut dan tidak tenang, hingga beberapa kali dia hampir menabrak kendaraan di depannya. Mobil masuk ke halaman rumah Simon. Di sana sudah ada dua mobil yang terparkir saat dia datang. Pemuda itu langsung masuk rumah dengan berlari.Ryu berdiri termangu dan menatap Simon yang sedang duduk di ruang tengah bersama Dipa dan Hamdan.
Magbasa pa
38. Pertemuan
 Alunan musik slow mengalun lembut menemani para pengunjung di kafe Ryujin yang artinya dewa laut dalam mitologi Jepang. Seorang gadis cantik dan berpenampilan modis masuk ke dalam kafe dan mengedarkan pandang seantero ruangan.Seorang laki-laki tersenyum dan melambaikan tangan padanya. Wanita itu berjalan menghampirinya."Sudah lama menunggu?" sapanya hangat."Sudah dua tahun aku menunggu di kafe ini," jawabnya tertawa.Gadis itu ikut tertawa, "jelas. Kamu pemilik kafe ini. Apa kabar, Ryu Saloka?" Bella menatapnya lekat dan hangat."Baik, Nona Bella. Apa Anda ingin memesan sesuatu?" "Boleh. Dorayaki sama coklat panas saja, Chef Ryu.""Siap. Saya akan buatkan yang paling spesial untuk Anda." Ryu membungkukkan badan lalu masuk ke dalam pantry diiringi Bella yang tertawa geli. Beberapa pengunjung melirik pada mereka. Tidak lama kemudian, Ryu muncul dengan membawa pesanan untuk gadis itu.&nb
Magbasa pa
39. Masuk perusahaan
 Aroma pengharum ruangan menguar lembut seantero ruang kerja Tuan Prayoga yang besar. Ryu duduk dihadapan sang kakek dengan takzim."Kamu tahu, kenapa Opa memangilmu?" "Tidak, Opa. Yang Ryu tahu, pasti ada hal penting yang ingin Opa bicarakan."Pria paruh baya itu menghela napas panjang. "Bagaimana usaha kafe mu?""Baik dan lancar," ujarnya singkat."Dari usaha kafe itu membuatmu belajar berwirausaha sendiri dan mandiri. Opa bangga dengan keinginanmu saat itu ingin mempunyai sebuah usaha sendiri." Tuan Yoga menyesap teh hangatnya perlahan."Nak … kamu tahu 'kan, perusahaan kita yang sekarang dipegang oleh Papimu, Dean. Saloka grup telah menggurita hingga mancanegara. Begitu banyak aset yang Opa miliki, baik di dalam negeri ini dan di luar negeri. Semua itu untuk siapa jika bukan untuk kalian, keturunan Saloka. Tapi, kini … saudaramu Alvren telah meninggalkan kita lebih dulu. Hanya tinggal kamu dan Jason.
Magbasa pa
40. Evan sang bodyguard
 Simon menuangkan sedikit wine pada sebuah gelas kecil, lalu memberikannya pada Ryu. Pemuda itu terkejut dan menggeleng."Kenapa?" tanya Simon datar."Ga enak rasanya, Bang. Lagian sama Mama juga ga boleh."Meledaklah tawa mereka semua. Dipa, Hamdan, Bono dan seorang pemuda yang mungkin usianya hanya beberapa tahun lebih tua dari Ryu.Bahkan Bono sempat memukul kepala Ryu."Hei! Jangan ngawur lu! Dia ini calon pewaris Saloka," teriak Hamdan melotot pada Bono."Ah, iya lupa. Maaf … maaf Tuan muda." Wajah Bono berubah cemas dan dengan sungguh-sungguh meminta maaf pada pemuda itu.Semua orang tergelak melihat sikapnya, termasuk Ryu yang terpingkal melihat perubahan wajah Bono.Simon meneguk wine-nya."Minumlah. Karena minuman ini akan menjadi hidangan utama setiap lu menghadiri sebuah pertemuan. Biasakan untuk menikmatinya."Dengan ragu, Ryu menerima gelas wine itu dan meneguknya cepat. Seketika dia
Magbasa pa
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status