Lula hanya duduk terdiam di ujung kamarnya, memperhatikan kedua orang asing yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing - masing.
Tak jarang Pak Toni dan Farhan sedikit menyelipkan candaan kepada Lula disela - sela kegiatannya untuk mengurangi hawa tegang di dalam kamar itu.
"Mba Lula kuliah apa kerja disini?" Pak Toni melemparkan pertanyaan pada Lula masih dengan nada sopan.
"Saya kerja pak." Jawab Lula jujur. Kepalanya menunduk, ia takut pikirannya pun kacau.
"Kerja apa kamu? LC ya?" Farhan tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang tak pantas. Lady Escort alias LC adalah wanita-wanita yang menemani tamu berkaraoke ria dan menyuguhkan minum. Mungkin Farhan mengatakan itu untuk memainkan emosi Lula agar lebih mudah menggali informasi darinya.
"Andaikan saya tidak punya bekal pendidikan tapi saya bisa mencari pekerjaan yang halal Pak!" Lula yang semula menundukkan kepala seketika mendongakkan kepalanya kearah Farhan dan menatapnya dengan sangat tajam.
"Kenapa kamu terlihat marah? jangan-jangan memang benar ya ucapan saya?" Farhan semakin meremehkannya dengan senyuman sinisnya.
"Saya kerja di salah satu perusahaan keuangan terbesar dikota ini Pak, ini kartu nama saya!" Lula memberikan kartu namanya pada Pak Toni tanpa mengalihkan pandangan amarahnya pada Farhan. Ia sengaja tidak memberikannya pada Farhan agar Pak Toni sendiri yang membacanya.
"Financial Advisor." Pak Toni membaca kartu nama Lula dengan nada lirih.
"Loh memang apa salahnya profesi LC? LC itu juga pekerjaan lho." Farhan masih merasa ucapannya itu pantas.
"Terserah apapun itu, yang jelas itu bukan profesi saya!" Lula menekankan perkataannya seakan rasa takutnya yang tadinya hinggap seketika hilang tertutup oleh amarahnya.
"Sudah-sudah maafkan ucapan rekan saya ya Mba." Pak Toni berusaha meredamkan suasana tegang antara Lula dan Farhan.
"Jangan mentang-mentang anda aparat bisa meremehkan profesi orang seenaknya! Silahkan selesaikan urusan kalian kemudian pergi dari sini! Jika ada hal lain nanti akan saya diskusikan dengan pengacara perusahaan saya." Perkataan Farhan benar-benar menyinggung perasaan Lula.
Pak Toni segera menenangkan Farhan, sepertinya ia tidak bisa bertindak sembarangan pada Lula. Lula memang terlihat masih muda dan bisa diperlakukan seenaknya, tapi ketika seseorang menyakitinya ia tak akan tinggal diam. Bahkan gadis kecil seperti Lula berani mendiskusikan masalah seperti ini pada pengacara yang Toni tahu bahwa dibelakang perusahaan tempat Lula bekerja pasti ada pengacara yang kuat.
Setelah selesai menggeledah seluruh isi kamar Lula, mereka kembali mengajaknya berbincang.
"Setelah kami menggeledah semuanya, kami paham dengan posisi mba Lula. Maka dari itu, dengarkan saya baik - baik. Saya minta kerja sama Mba Lula!" titah Farhan penuh penekanan.
"Bentar Pak! Sebelumnya saya mau memastikan apakah kalian benar dari POLDA?" tanya Lula penuh selidik, sebab mereka datang tanpa seragam Polri. Dalam pikirannya ada sedikit curiga, jangan - jangan mereka preman yang menyamar atau penjahat yang menyamar sebagai polisi gadungan.
"Kami polisi optional Mba, kami memang tidak berseragam saat bertugas, tenang Mba Lula tidak usah khawatir." sambil menunjukkan tanda pengenal mereka.
"Baiklah Mba, lanjut yang tadi. Kami meminta kerja samanya Mba, ponsel Mba Lula sudah kami sadap. Nanti setelah Langit membalas pesannya segera hubungi kami!" Farhan berkata penuh arti.
"Setelah ini kami akan pergi, jangan berani macam - macam apalagi kabur dari sini! tetap pura - pura tidak terjadi apa - apa di depan Langit. Mengerti Mba?" tanya Farhan penuh ancaman.
"Ba - baik Pak" jawabnya terbata.
"Yasudah kalo begitu, tetap tenang Mba. Silahkan siap - siap untuk bekerja, nanti saya akan lanjutkan via wa ya Mba. Kami pamit, maaf telah mengganggu, selamat pagi." pamit Farhan dan Pak Toni.
Lula segera menutup pintu kamarnya. Ia cukup lama terdiam mencerna apa yang baru saja terjadi. "Langit?" ucapnya penuh tanya.
Ya, Lula sempat berpacaran dengan Langit selama kurang lebih satu tahun di awal kuliahnya. Kemudian mereka berdua putus dan bertemu kembali setelah tiga tahun tanpa komunikasi.
Ia dekat dengannya kembali selama tiga bulan terakhir ini sebagai seorang teman, sedangkan Lula tidak tahu apa yang terjadi kepada Langit selama berpisah dengannya.
Lula cukup dekat dengan keluarga Langit. Bahkan Ibu, Adik dan Ayah Langit berharap Lula menjadi istri Langit. Dia terlihat dari keluarga baik - baik.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 wib.
Lula segera ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk membersihkan diri.Selesai mandi, Lula bersiap - siap berpakaian dan menempelkan sedikit riasan di wajahnya untuk ke kantor.Lula membalutkan dress selutut dan blazzer di badannya. Saat bekerja Lula suka sekali terlihat rapi dan cantik. Selain tuntutan pekerjaan yang mengharuskannya bertemu client di waktu yang tak terduga, Lula juga nyaman dengan penampilannya yang rapi.
Rambutnya yang panjang dengan warna hesyan sering ia tata agar terlihat bergelombang. Tinggi badannya 155 cm, tidak terlalu tinggi tapi cukup bagus dengan badannya yang tidak terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk.
Perusahaan menuntut karyawannya untuk selalu memakai high heels atau sepatu hak tinggi untuk para karyawan perempuannya.
Lula pun sudah sangat nyaman dan terbiasa setiap hari menggunakan sepatu hak tinggi tersebut, walaupun dulu awal - awalnya sangat tersiksa.Pada pukul 08.45 wib Lula sampai di kantor. Kantornya berada di lantai paling atas di gedung tersebut, yaitu di lantai 7.
Ia biasa menaikinya menggunakan lift.Tepat pukul 09.00 wib seluruh karyawan bersiap - siap untuk briefing pagi selama kurang lebih satu jam untuk membahas agenda setiap harinya.
Selesai briefing temannya mengajaknya turun ke mushola untuk sholat dhuha.
"La, ikut dhuha gak?" tanya Bianca.
"Ah iya mak." jawabnya sambil beranjak berdiri dari tempatnya duduk. Lula berjalan mengikuti Bianca dari belakang dan diikuti Fafa.
Mereka bertiga berteman cukup dekat, Fafa dan Bianca umurnya jauh di atasnya. Mereka sudah berkeluarga dan punya anak. Lula nyaman berteman dengan mereka karena mereka menganggapnya seperti anaknya sendiri.
Selesai sholat, Lula sejenak terdiam memikirkan kejadian tadi pagi.
"Kamu kenapa nduk bengong gitu?" tanya Fafa sambil melipat mukenanya.
Lula bingung harus cerita atau memendam perihal kejadian yang menimpanya. Tapi jika dipendam ia akan terus gelisah, Lula bukan tipe orang yang bisa memendam permasalahan seorang diri. Ketika masalah ia ceritakan pada orang lain, ia akan merasa sedikit lebih lega.
Akhirnya Lula memberanikan diri untuk bercerita kepada mereka berdua, ia sangat mempercayai mereka. Siapa tahu mereka akan memberi saran dan ikut memberi jalan keluar terhadap masalahnya.
"Mak boleh aku cerita?" tanyanya pada dua orang yang ada di samping kanan dan kirinya yang tak lain adalah Bianca dan Fafa. Lula terbiasa memanggil mereka mak karna mereka lebih tua 13 tahun diatasnya.
Meskipun umur mereka jauh diatasnya, tapi mereka masih cukup cantik bahkan sangat cantik sehingga mereka bertiga tampak terlihat seumuran."Tentu saja, ceritalah nduk! ada apa? kamu kok kelihatannya gelisah." ucap Bianca.
"Jadi tadi pagi aku mak... hiks hiks hiks." belum sempat menyelesaikan perkataannya, air mata Lula sudah terlebih dahulu menjatuhkan dirinya di wajah cantiknya.
Lula hanyut dalam tangisan yang sedari tadi pagi ia pendam. Rasanya sudah tak kuasa lagi menahannya. Pelan - pelan Lula mulai menceritakan kejadian pagi tadi pada Bianca dan Fafa dengan perasaan bingung harus mulai dari mana.Beruntung didalam mushola tidak terlalu ramai, karena memang itu belum waktunya jam sholat wajib. Selain mereka bertiga, hanya ada seorang ibu - ibu saja yang berada di dalam mushola tersebut."Mak sebenarnya aku tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, tapi tadi pagi sebelum aku berangkat kekantor ada 2 orang polisi yang datang ke kosanku, mereka mengintrogasiku dan menggeledah seluruh isi kamarku." mereka berdua mendengarkan perkataan Lula dengan seksama."Hah? kok bisa?" Fafa dan Bianca sangat terkejut mendengar perkataan Lula. Raut wajah mereka terlihat sangat serius. Tampak jelas rasa khawatir pada raut wajah mereka.Drrrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrt.Belum sempat Lula melanjutkan perkataannya, tiba - tiba ponselnya ber
"Tenanglah nduk, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?" tanya Bianca dengan lembut.Lula menjelaskan kejadian yang menimpanya secara rinci pada Bianca dan Fafa, termasuk semua yang dilakukan oleh Pak Toni dan Farhan di dalam kamar kosnya."Polisi yang tadi pagi menemuiku baru saja memberi kabar kalau ternyata aku dijebak sama Langit Mak." ucap Lula pelan."Loh kok bisa?" sahut Bianca dan Fafa bersamaan. Mereka mengerutkan keningnya heran."Jadi paket yang dititipkan ke alamatku berisi narkoba Mak, aku benar-benar gak ngerti kenapa dia tega melakukan ini padaku dan kenapa harus aku?" Lula berkata sambil menundukkan kepala seakan tak punya tenaga. Energinya seperti habis terkuras."Polisi memintaku untuk kerja sama dengan mereka untuk mendapatkan bukti, agar Langit bisa tertangkap dan namaku aman. Karena kalau aku tidak berhasil mendapatkan bukti yang kuat, maka akulah yang mungkin akan masuk penjara Mak. hiks... hiks... hiks." tangis Lula ke
Sesampainya di tempat makan, Lula dan Fitri segera memesan 2 porsi makanan dan mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka. Mereka berdua memilih tempat duduk lesehan karena lebih nyaman untuk makan sembari berbincang.Meski bukan tempat yang mewah, tapi tempat itu sangat ramai pengunjung. Warung tenda yang hanya buka tiap malam hari itu, terletak di lahan parkir depan pasar. Mereka berjualan disitu karena pada malam hari pasar tutup sehingga bisa mereka gunakan untuk berjualan. Hanya beralaskan tikar - tikar yang memanjang untuk duduk para pembelinya. Namun, tempat itu sudah menjadi tempat makan favorit Lula sejak ia kos di dekat situ. Tak jarang, ia selalu makan bersama Fitri atau Risti ditempat itu hingga penjualnya sudah hafal dengan menu yang biasa Lula pesan.Akhirnya makanan yang ditunggu-tunggu pun datang, mereka berdua segera menyantap habis makanan tersebut tanpa sisa. Makanan yang mereka jual memang memiliki rasa yang enak. Tak heran, jika pelangga
Sore itu sepulang kerja, Lula merebahkan badannya di ranjang (tempat ternyaman setelah seharian berkeluh). Tak lama kemudian, tiba-tiba ponsel yang Lula letakkan di atas nakas bergetar.Drrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrrt.Lula berusaha meraihnya dari nakas dan terlihat 1 notifikasi pesan di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera membuka pesan singkat tersebut."Besok aku pulang, datanglah kerumah! Ibu juga ingin bertemu denganmu." pesan dari Langit.Lula terkejut bukan main, ia membulatkan kedua bola matanya sempurna kearah ponsel. Dengan gerakan cepat, ia langsung menghubungi Pak Henry terlebih dahulu untuk meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan selanjutnya."Hallo Pak Henry, selamat malam. ini Lula Pak.""Ohh, iya La gimana?" tanya Pak Henry."Begini Pak, Langit bilang besok sudah kembali kerumah. Dia meminta saya untuk datang kerumahnya. Menurut bapak sebaiknya saya harus
Pagi harinya.Matahari mulai membiaskan sinarnya ke dalam kamar Lula, ia mulai membuka pelan matanya yang masih buram menyesuaikan pandangannya dari bias matahari yang menyinari wajahnya.Lula mulai beranjak duduk dari tempat tidur kemudian menyandarkan punggungnya ke tepi tempat tidur. Ia meraih air putih diatas nakas yang sengaja ia siapkan sebelum tidur untuk ia minum saat dirinya bangun.Setelah semua nyawanya terkumpul, ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, Lula keluar dari kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor.***Lula mulai melangkahkan kakinya menuju lift yang biasa membawanya untuk sampai ke lantai 7. Sesampainya didepan lift, ia menyadari bahwa ternyata lift yang biasa ia naiki mati karena sedang dalam perbaikan. Terpaksa ia harus menaikki anak tangga sebanyak 7 lantai."Ahh sial!" umpatnya kesal karena membayangkan lelahnya harus menaiki beberapa tangga. L
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa 3 gelas minuman diatas nampan yang berbentuk lingkaran dan berwarna coklat ke meja mereka, ia meletakkan dimasing-masing depan meja sesuai pesanan."Jadi kronologis lengkapnya gimana Mba Lula? Pak Henry hanya menjelaskan garis besarnya saja pada saya." Tanya Frank kepada Lula. Tugasnya memang untuk menggali informasi darinya.Lula menjelaskan semua kronologis kejadiannya dengan detail agar Frank memahami semua kejadian yang ia alami. Setelah selesai menjelaskan panjang lebar, tiba-tiba Frank memberitahu Lula bahwa akan ada dua orang rekannya yang datang. Awalnya Lula tak merasa keberatan sama sekali."Mba sebenarnya saya datang bersama dua orang teman saya, nanti tunggu sebentar ya. Dia sedang berada diperjalanan menuju kesini. Sebenarnya saya ada di divisi kriminal Mba, jadi saya akan mengalihkan kasus ini pada teman saya yang bertugas di divisi narkoba." Jelasnya pada Lula. Setelah mendengar penjela
Hari itu Lula menjalani rutinitas pekerjaannya dengan semangat penuh karena mengetahui besoknya adalah hari libur, rasanya tidak sabar ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya meski hari masih pagi.Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga tanpa sadar sudah menunjukkan waktu pulang, beruntung semua pekerjaannya sudah selesai. Jadi Lula bisa kembali kekos tepat waktu.***Malam harinya.Saat sedang bersiap-siap untuk mengistirahatkan badannya, tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi.Drrrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrrrt."Siapa malam-malam begini?" gumamnya sambil meraih ponsel yang ia taruh diatas nakas. Terlihat nama kak Ayya tertera di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera menggulir tombol berwarna hijau dilayar ponselnya."Hallo Kak Ayya, ada apa telpon malam-malam begini? tumben." tanyanya penasaran karena tak biasanya Ayya menghubunginya seperti itu."Hallo La, b
Lula sampai rumah ketika hari sudah petang. Dengan rasa tidak sabar, ia segera masuk kedalam rumah tanpa ada yang mempersilahkan. Keluarganya sedang berkumpul diruang tengah tanpa mengetahui kedatangannya, mereka pun terkejut melihat Lula yang tiba-tiba ada dirumah. Dengan segera semua orang menyambutnya, sang ibu dengan sigap segera menyiapkan makanan kesukaannya."Kamu kok gak bilang dulu kalau mau pulang La? kok sampe malem gini baru sampe rumah kenapa?" tanya Ibu Lula. Raut wajahnya terlihat mengkhawatirkan sosok anak gadisnya itu."Biasanya kan aku selalu pulang setiap weekend Bu, Ibu masa gak hafal sih?" Lula sudah duduk dimeja makan. Ia mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya."Iya sih, gimana kerjaanmu? Lancar kan Nak?" ucapnya sambil sibuk menghidangkan makanan diatas meja untuk putrinya itu."Alhamdulillah lancar Bu." Lula masih sibuk memasukkan makanan kedalam mulutnya."Yasudah, makanlah dan segeralah istirahat! pa