Share

The Story before

Sore itu sepulang kerja, Lula merebahkan badannya di ranjang (tempat ternyaman setelah seharian berkeluh). Tak lama kemudian, tiba-tiba ponsel yang Lula letakkan di atas nakas bergetar.

Drrrrrt.

Drrrrrrrt.

Drrrrrrrt.

Lula berusaha meraihnya dari nakas dan terlihat 1 notifikasi pesan di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera membuka pesan singkat tersebut.

"Besok aku pulang, datanglah kerumah! Ibu juga ingin bertemu denganmu." pesan dari Langit.

Lula terkejut bukan main, ia membulatkan kedua bola matanya sempurna kearah ponsel. Dengan gerakan cepat, ia langsung menghubungi Pak Henry terlebih dahulu untuk meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

"Hallo Pak Henry, selamat malam. ini Lula Pak."

"Ohh, iya La gimana?" tanya Pak Henry.

"Begini Pak, Langit bilang besok sudah kembali kerumah. Dia meminta saya untuk datang kerumahnya. Menurut bapak sebaiknya saya harus gimana ya pak?" Lula benar-benar butuh petunjuk untuk setiap gerak geriknya mulai saat ini.

"Kamu hubungi saja polisi yang datang ketempatmu kemaren! dan bilang apa adanya." timpal Pak Henry dengan nada yakin.

"Ahh, begitu apa tidak apa-apa Pak?" Tanyanya memastikan. Butuh beberapa saat untuknya mencerna perkataan Pak Henry.

"Iya La, biar nanti kamu tidak salah langkah." Lula reflek menganggukkan kepalanya terlihat mengerti dengan wajah sangat serius meski pak Henry tidak dapat melihat ekspresinya saat ini.

"Baiklah Pak kalau gitu, terima kasih." Mereka berdua segera mengakhiri panggilan tersebut. Kemudian Lula segera mencari kontak Farhan, ia segera menghubunginya tanpa merubah ekspresi serius diwajahnya.

"Hallo Pak, ini Lula." Nadanya sopan.

"Iya Mba Lula, gimana Mba?" tanya Farhan dari sebrang panggilan.

"Begini Pak, jadi besok Langit pulang kerumah. Dan saya diminta untuk datang kerumahnya. Menurut bapak saya harus datang atau tidak?" tanyanya berharap mendapatkan jawaban dari Farhan.

"Datang aja Mba! Ini kesempatan bagus, saya akan mengawasi Mba Lula dari jauh untuk memastikan tidak terjadi apa-apa pada Mba Lula selama berada dirumah Langit." ucap Farhan antusias. Ia seperti mendapatkan segepok uang yang jatuh dari Langit.

"Baik kalo begitu Pak, besok saya akan pergi ke rumah Langit." merasa mendapat petunjuk, Lula sudah memutuskan apa yang harus dilakukannya. Ia kemudian memutuskan panggilannya dengan Farhan.

***

Sore harinya sepulang kerja, Lula langsung bersiap-siap berangkat kerumah Langit seorang diri. Tapi sebelumnya Lula sudah mengabari Farhan sehingga dia bisa mengawasinya dari kejauhan.

Normalnya dia akan merasa berdebar akan bertemu dengan calon mertuanya. Tapi perasaan Lula saat ini lain, ini adalah debaran yang berbeda. Harus berperan sebagai seorang detektif yang sedang menyelidiki kasus serius.

Butuh waktu sekitar 30 menit dari kosannya untuk sampai ke rumah Langit. Dalam perjalanan, ia memikirkan banyak hal. Belum lagi ia harus mengingat ingat jalan menuju rumah Langit karena sudah cukup lama sejak mereka putus Lula tidak pernah lagi pergi kerumah Langit.

Tok! Tok! Tok!

Lula mengetuk pintu rumah berwarna putih itu beberapa kali. Sampai akhirnya terdengar suara seseorang dari dalam rumah.

Ceklek

Akhirnya terlihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu membukakan pintu sambil menyunggingkan senyuman ramah padanya. Raut wajahnya menunjukkan seperti sedang sangat menanti seseorang.

"Lulaaa! Ibu sudah menunggumu dari tadi, kamu gak nyasar kan?" tanya Ibu Langit khawatir. Ia memegang kedua bahu Lula seperti sedang memastikan anak perempuannya baik - baik saja.

"Enggak kok Bu, tadi Lula pulang kekos dulu sebelum kesini dari tempat kerja. Makanya lama sampainya." jelasnya sambil tersenyum, ia kemudian mencium punggung tangan ibunya Langit. Rasanya sikap ibunya masih sama hangatnya seperti saat dulu pertama kali ia bertemu.

"Ayo masuk! duduklah! Ibu akan mengambilkan minum untukmu." ajaknya sambil menuntun tangan kanan Lula untuk masuk kedalam.

Lula mengikutinya dari belakang, ia memberikan kantung plastik berisi kue yang tadi sengaja ia beli sebagai buah tangan untuk Ibunya Langit.

"Aahhh makasih La repot-repot, Ibu kebelakang sebentar ya." ia meraih kantung plastik yang Lula berikan padanya, kemudian berlalu pergi menuju dapur.

Lula mengiyakannya dan segera mendudukan tubuhnya dikursi ruang tamu sambil melihat seisi ruangan itu untuk menunggu ibunya Langit.

Tak lama kemudian, wanita paruh baya itu kembali dengan segelas teh diatas nampan.

Ia meletakkan gelas tersebut didepannya.

"Ini minumlah dulu tehnya La mumpung masih hangat!" pinta Ibunya Langit.

"Ah, baiklah bu. Maaf merepotkan." ia meneguk sedikit teh manis buatannya.

"Ibu gak repot kok La, kamu apa kabar La? baik kan? kerjaan lancar? masih tinggal dikos yang dulu?" tanyanya beruntun.

Mereka berbincang cukup panjang, rupanya Ibunya Langit ingin bercerita banyak tentang kejadian yang dialami Langit kepadanya selama putus dengan Lula. Dia benar-benar berharap agar Lula bisa membantunya merubah Langit agar menjadi anak yang lebih baik.

Setelah lama berbincang, tanpa Lula sadari ia tidak melihat sosok Langit sedari tadi dirinya sampai rumah Langit. Lula mencoba menanyakannya pada Ibunya.

"Bu, Langit kemana? kok dari tadi gak kelihatan?" tanyanya heran.

"Ah iya maaf, Ibu banyak bicara sampai lupa memberitahumu kalau Langit ada kegiatan di kampusnya sampai malam. Memangnya dia gak ngasih tahu kamu La? Ibu kira dia udah ngasih tahu kamu, makanya ibu gak bilang." jawabnya heran.

"Oh gitu? Lula gak tahu bu, dia gak ngasih tahu aku. Kemaren dia cuma nyuruh Lula buat datang kerumah untuk bertemu dengan Ibu." jelasnya padanya.

"Iya La, Ibu memang sering menyuruhnya untuk mengajakmu datang kesini." ia tersenyum.

Lula pun juga membalas senyumannya, kemudian mereka berdua melanjutkan perbincangan. Ibunya juga menceritakan kronologi kejadian dimana dulu Langit pernah dipenjara selama 1 tahun, itulah sebabnya mengapa sekarang Langit belum menyelesaikan kuliahnya.

Dia dulu ditangkap karena kasus narkoba, ternyata dia juga menggunakan motif yang sama seperti yang dilakukannya pada Lula.

Dia memanfaatkan teman wanitanya untuk bertransaksi barang haram tersebut sehingga temannya itu juga masuk kepenjara akibat jebakan yang dibuat oleh Langit.

Setelah cukup lama berbincang, tak terasa malam pun semakin larut. Akhirnya Lula memutuskan untuk pamit dan tidak minunggu Langit pulang karena paginya ia harus bekerja, jadi ia tidak bisa tidur terlalu malam dan harus segera istirahat.

Ibunya Langit pun mengerti dan mengijinkannya untuk pulang.

"Bu, Lula pamit pulang dulu ya? sampaikan salam Lula pada bapak!" ia mencium punggung tangannya.

"Iya La, hati-hati dijalan! sering-sering datang kesini kalau ada waktu! ibu tunggu ya." ucapnya seakan masih ingin bersama Lula.

"Baik Bu akan Lula usahakan, Asaalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." ia mengantarkan Lula kedepan rumah, melihatnya pergi dan melambaikan tangan.

30 menit kemudian Lula sampai di kos dan memberi kabar pada Farhan, selesai memberi kabar ia segera beristirahat karena lelah, waktu juga sudah sangat larut. Lula merebahkan badannya diatas ranjang dan memejamkan matanya yang sudah terasa sangat berat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status