Share

The first time they met

Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawa 3 gelas minuman diatas nampan yang berbentuk lingkaran dan berwarna coklat ke meja mereka, ia meletakkan dimasing-masing depan meja sesuai pesanan.

"Jadi kronologis lengkapnya gimana Mba Lula? Pak Henry hanya menjelaskan garis besarnya saja pada saya." Tanya Frank kepada Lula. Tugasnya memang untuk menggali informasi darinya.

Lula menjelaskan semua kronologis kejadiannya dengan detail agar Frank memahami semua kejadian yang ia alami. Setelah selesai menjelaskan panjang lebar, tiba-tiba Frank memberitahu Lula bahwa akan ada dua orang rekannya yang datang. Awalnya Lula tak merasa keberatan sama sekali.

"Mba sebenarnya saya datang bersama dua orang teman saya, nanti tunggu sebentar ya. Dia sedang berada diperjalanan menuju kesini. Sebenarnya saya ada di divisi kriminal Mba, jadi saya akan mengalihkan kasus ini pada teman saya yang bertugas di divisi narkoba." Jelasnya pada Lula. Setelah mendengar penjelasan Frank, perasaan Lula agak tidak enak.

"Oh ya baik Pak." Lula menjawab sambil mengernyitkan keningnya. Wajahnya terlihat sedikit masam.

Tak lama kemudian datanglah 2 orang pria menghampiri meja mereka, orang itu tak lain adalah teman Frank yang sedari tadi sudah mereka tunggu kedatangannya.

Frank mempersilahkan mereka duduk dan memperkenalkan mereka satu persatu. setelah saling mengenal satu sama lain, mereka mulai melanjutkan pembicaraan selanjutnya.

"Jadi gini bro, Mba Lula ini ada kasus narkoba. Untuk lebih jelasnya silahkan Mba Lula jelaskan sendiri pada Mas Jaka." ucap Frank sambil menatap Lula dan Jaka bergantian, sambil terkekeh tanpa rasa berdosa sedikitpun.

"Lahh? ngapain daritadi aku bicara menjelaskan panjang lebar pada Frank kalau sekarang harus mengulang penjelasanku lagi pada Jaka? Kenapa sih tadi gak nungguin mereka semua sampai dulu?" Lula bergumam kesal dalam hati sambil memasang senyum yang terpaksa. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskan nya perlahan menahan kesal.

Bagaimana tidak? untuk menjelaskan semuanya ia sudah menghabiskan energinya cukup banyak. Lula terlihat meneguk minumannya beberapa kali karena tenggorokannya terasa kering.

Lula mengulang kembali penjelasannya pada Jaka yang sebenarnya sudah ia sampaikan pada Frank sebelum Jaka datang. Detail, tanpa ia kurangi sedikitpun.

Mereka juga saling bertukar kontak agar lebih mudah berkomunikasi kedepannya. Akan ada banyak hal yang harus mereka diskusikan untuk kasus yang sedang mereka hadapi ini.

Ditengah-tengah perbincangan mereka, tiba-tiba Bianca ijin pamit untuk kembali kerumah terlebih dahulu karena anak-anaknya sudah menunggu. Pertemuan itu memang sudah banyak menyita waktu bahkan melebihi jam kerja, tak heran jika anak-anak Bi sudah menunggunya dirumah.

"Saya pamit pulang duluan ya bapak-bapak, tolong titip Lula ya!" ucap Bianca sambil menjabat tangan mereka satu persatu untuk berpamitan.

"Iya Mba, santai saja!" sahut Jaka pada Bianca. Sikapnya seakan siap untuk menjaga Lula.

Bianca pun berlalu pergi meninggalkan meja mereka menuju mobilnya. Tak lupa, ia mengusap bahu Lula sebelum pergi.

Setelah kepergian Bi, mereka masih melanjutkan perbincangannya untuk membahas perihal kasus tersebut. Dan menghabiskan minuman dan beberapa cemilan yang mereka pesan.

Setelah dirasa cukup jelas, akhirnya mereka memutuskan untuk menyelesaikan pertemuannya dan saling berpamitan satu persatu. Tak lupa Lula juga mengucapkan terima kasih pada mereka yang sudah bersedia meluangkan waktunya.

"Baik kalau begitu, nanti selanjutnya saya hubungi lewat telepon ya Mba?" Ucap Jaka ramah.

"Baik Mas." jawabnya singkat sambil tersenyum.

Mereka berlalu keluar menuju ke mobil masing-masing. Lula masih berdiri di tepi jalan sambil memesan transportasi online. Ia sengaja tak membawa kendaraannya karena ingin datang bersama dengan Bianca sekalian dari tempat kerja.

Belum sempat mendapatkan driver, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat didepannya. Lula hanya memperhatikan mobil tersebut tanpa melakukan apapun. Kemudian turunlah kaca mobil tersebut perlahan. Terlihat seorang lelaki yang tak lain adalah Jaka, berada didalam mobil tersebut. Ia terlihat menundukkan kepalanya dari dalam dan menyunggingkan senyuman.

"Lho, Mba Lula gak bawa kendaraan? ayo naiklah saya antar!" ajaknya.

"Gak usah mas, saya naik transportasi online saja. Nanti merepotkan." tolaknya halus tidak mau merepotkan orang yang baru dikenalnya.

"Gak papa Mba, sekalian biar saya tahu lokasi Mba Lula. Jadi lebih mudah memantaunya." jelas Jaka. Ia mencoba mencari alasan yang masuk akal dan bisa diterima Lula.

Lula mengiyakannya karena tidak ada alasan untuk menolak perkataan Jaka. Ia segera masuk kedalam mobil tersebut. Selama perjalanan, Lula menjelaskan arah jalan menuju kosannya karena Jaka sama sekali belum pernah melewati jalan itu.

15 menit kemudian sampailah didepan kosannya, Jaka segera menghentikan laju mobilnya dan Lula pun segera turun. Tak lupa ia juga berterima kasih pada Jaka yang telah mengantarkannya pulang.

Jaka langsung berlalu pergi, ia membunyikan dua kali klakson mobilnya. Lula menganggukan kepala sambil tersenyum kearah mobil tersebut lalu segera masuk kedalam kosannya setelah mobil Jaka tak terlihat dari pandangannya.

Lula segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian beraktifitas. Selesai mandi, Lula tak sabar merebahkan badannya ketempat tidur ternyaman yang ia miliki karena merasakan lelahnya kaki yang ia gunakan untuk menaiki tangga pagi tadi.

Baru saja merebahkan badannya, tiba-tiba ponsel yang ia letakkan diatas nakas pun berbunyi. Lula segera meraihnya, ia melihat 1 notifikasi pesan yang tak lain adalah pesan dari Langit.

"Kapan kamu akan datang kerumah? kenapa kok datang juga?" ~Langit

"Aku sudah datang dan bertemu Ibu, mungkin Ibu lupa bilang sama kamu." ~Lula

Lula mengernyitkan keningnya heran saat sedang membaca pesan dari Langit, ia menatap layar ponselnya. Setelah membalas pesannya, Lula meletakkan kembali ponselnya keatas nakas dan mematikan lampu kamarnya. Tak butuh waktu lama untuk segera memejamkan matanya dan berlayar didunia mimpinya.

***

Hari itu Lula datang lebih pagi karena khawatir lift yang ia naiki masih dalam perbaikan. Beruntung sesampainya di gedung tersebut, terlihat liftnya sudah menyala normal kembali.

"Huuuuft." Lula menghembuskan nafas lega.

Sesampainya di kantor, terlihat ruangan masih sepi. Belum banyak karyawan yang datang.

"Ternyata aku berangkat terlalu pagi." gumamnya lirih.

Lula kemudian menyandarkan tubuhnya dikursi kerjanya yang empuk dan nyaman itu, lalu ia memejamkan kedua matanya diruangan yang sepi itu.

Braaakkk!

Suara gebrakan meja terdengar sangat keras mengagetkannya, seketika Lula mengerjapkan matanya. Ia membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna kearah penggebrak meja tersebut.

"Fafaaaaaaa!" teriaknya pada Fafa yang ternyata pelaku penggebrak meja.

"Hahahahaha. Pagi-pagi merem mulu." ucap Fafa sambil terkekeh puas kearah Lula.

"Lhah? masih sepi tak ada kehidupan, lebih baik tidur lagi sebentar." jawabnya tanpa merasa dosa sedikitpun.

Beberapa saat kemudian ruangan pun mulai ramai, para karyawan berlalu-lalang memenuhi ruangan tersebut, mengerjakan tugasnya masing-masing.

Lula pun juga tak mau kalah, ia segera memulai aktifitasnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status