Lula menjalani hidup selama 4 tahun terakhir ini seorang diri tanpa Ben. Ia membesarkan Raden dengan tangannya sendiri. 4 tahun sudah ia melewati semuanya. Ini adalah waktunya Raden masuk ke sekolah.
"Om? ada berapa uangku sekarang?" Waktunya untuk Lula menarik seluruh investasinya."Sekitar 20 milyar La." ya, investasi yang telah ia diamkan selama 4 tahun itu kini sudah terkumpul sebanyak itu.Hari ini dia datang kekantor tempat Om Dul bekerja untuk mencairkan uangnya. Hasilnya sama sekali tidak mengecewakan. Detik ini juga ia berubah menjadi seorang milyarder.Lula sangat senang karena akhirnya ia siap memasukkan Raden disekolah International terbaik di kotanya. Cita-cita yang selama ini ia impikan, akhirnya berhasil ia wujudkan.Perhitungannya sangat tepat, tanpa meleset sedikitpun. Meskipun selama 4 tahun ini ia hidup dalam kesederhanaan. Selalu menerima hinaan dari keluarga Jaka, tapi kini akhirnya ia bisa terlepas dari semNakas yang dibalut dengan cat berwarna putih dan terbuat dari bahan partikel board itu terletak rapi di sudut kanan tempat tidur. Tercipta getaran dari nakas tersebut. Rupanya ada seseorang yang meletakkan benda yang menimbulkan getaran itu begitu saja di atasnya. Tangan seorang wanita yang tengah berbaring di tempat tidur meraihnya pelan. Benda yang menimbulkan getaran itu adalah sebuah ponsel. Jemari lentiknya mulai menari di layar ponselnya. Ternyata ada notifikasi pesan yang masuk. "Lula! Kamu jangan ganggu Jaka lagi, ya! Aku sama Jaka mau nikah lusa!" ~Lina Begitulah isi pesan singkat yang dikirim oleh Lina. Ia adalah calon istri Jaka. Lina dan Jaka sudah menjalin hubungan sejak di bangku kuliah. Kallula adalah seorang gadis berumur 23 tahun yang sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Ya, saat ini ia sedang hamil anak Jaka. Alih-alih menikahi Kallula yang mengandung anaknya, Jaka malah memilih menikahi Lina. Lina pun tetap
Kalulla sendiri tidak yakin mulai kapan ia mencintai Jaka. Waktu itu Jaka pernah menolongnya. Namun, tak disangka. ternyata di balik kebaikannya ada maksud tertentu. Lula memang gadis yang memiliki sifat patuh jika sudah mencintai seseorang. Sedangkan Jaka masuk pada kondisi yang sangat tepat. Ia pandai membaca situasi. Itu memanglah keahlian Jaka. Setiap kali mendekati wanita, ia pasti menggunakan tak tik yang sama. Berpura-pura menolongnya ketika wanita yang ia dekati berada dalam kesulitan. Terlebih, ia memiliki profesi yang bisa ia banggakan. Jaka adalah seorang anggota POLRI. Ya, berdasarkan profesinya memang tak heran jika tugasnya adalah menolong masyarakat. Tapi terkadang ia menggunakannya untuk hal yang tidak tepat. Berulang kali ia mendekati wanita sebelum Lula. Lina sendiri pun berulang kali mendapati Jaka bermain dengan wanita lain. Namun Lina yang sudah dijejali dengan rayuan-rayuan manis dari mulut Jaka selama bertahun-tahun, membu
Lula hanya duduk terdiam di ujung kamarnya, memperhatikan kedua orang asing yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing - masing.Tak jarang Pak Toni dan Farhan sedikit menyelipkan candaan kepada Lula disela - sela kegiatannya untuk mengurangi hawa tegang di dalam kamar itu."Mba Lula kuliah apa kerja disini?" Pak Toni melemparkan pertanyaan pada Lula masih dengan nada sopan."Saya kerja pak." Jawab Lula jujur. Kepalanya menunduk, ia takut pikirannya pun kacau."Kerja apa kamu? LC ya?" Farhan tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang tak pantas. Lady Escort alias LC adalah wanita-wanita yang menemani tamu berkaraoke ria dan menyuguhkan minum. Mungkin Farhan mengatakan itu untuk memainkan emosi Lula agar lebih mudah menggali informasi darinya."Andaikan saya tidak punya bekal pendidikan tapi saya bisa mencari pekerjaan yang halal Pak!" Lula yang semula menundukkan kepala seketika mendongakkan kepalanya kearah Farhan dan menatapnya dengan sangat tajam.&nb
Lula hanyut dalam tangisan yang sedari tadi pagi ia pendam. Rasanya sudah tak kuasa lagi menahannya. Pelan - pelan Lula mulai menceritakan kejadian pagi tadi pada Bianca dan Fafa dengan perasaan bingung harus mulai dari mana.Beruntung didalam mushola tidak terlalu ramai, karena memang itu belum waktunya jam sholat wajib. Selain mereka bertiga, hanya ada seorang ibu - ibu saja yang berada di dalam mushola tersebut."Mak sebenarnya aku tidak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, tapi tadi pagi sebelum aku berangkat kekantor ada 2 orang polisi yang datang ke kosanku, mereka mengintrogasiku dan menggeledah seluruh isi kamarku." mereka berdua mendengarkan perkataan Lula dengan seksama."Hah? kok bisa?" Fafa dan Bianca sangat terkejut mendengar perkataan Lula. Raut wajah mereka terlihat sangat serius. Tampak jelas rasa khawatir pada raut wajah mereka.Drrrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrt.Belum sempat Lula melanjutkan perkataannya, tiba - tiba ponselnya ber
"Tenanglah nduk, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?" tanya Bianca dengan lembut.Lula menjelaskan kejadian yang menimpanya secara rinci pada Bianca dan Fafa, termasuk semua yang dilakukan oleh Pak Toni dan Farhan di dalam kamar kosnya."Polisi yang tadi pagi menemuiku baru saja memberi kabar kalau ternyata aku dijebak sama Langit Mak." ucap Lula pelan."Loh kok bisa?" sahut Bianca dan Fafa bersamaan. Mereka mengerutkan keningnya heran."Jadi paket yang dititipkan ke alamatku berisi narkoba Mak, aku benar-benar gak ngerti kenapa dia tega melakukan ini padaku dan kenapa harus aku?" Lula berkata sambil menundukkan kepala seakan tak punya tenaga. Energinya seperti habis terkuras."Polisi memintaku untuk kerja sama dengan mereka untuk mendapatkan bukti, agar Langit bisa tertangkap dan namaku aman. Karena kalau aku tidak berhasil mendapatkan bukti yang kuat, maka akulah yang mungkin akan masuk penjara Mak. hiks... hiks... hiks." tangis Lula ke
Sesampainya di tempat makan, Lula dan Fitri segera memesan 2 porsi makanan dan mencari tempat duduk yang nyaman untuk mereka. Mereka berdua memilih tempat duduk lesehan karena lebih nyaman untuk makan sembari berbincang.Meski bukan tempat yang mewah, tapi tempat itu sangat ramai pengunjung. Warung tenda yang hanya buka tiap malam hari itu, terletak di lahan parkir depan pasar. Mereka berjualan disitu karena pada malam hari pasar tutup sehingga bisa mereka gunakan untuk berjualan. Hanya beralaskan tikar - tikar yang memanjang untuk duduk para pembelinya. Namun, tempat itu sudah menjadi tempat makan favorit Lula sejak ia kos di dekat situ. Tak jarang, ia selalu makan bersama Fitri atau Risti ditempat itu hingga penjualnya sudah hafal dengan menu yang biasa Lula pesan.Akhirnya makanan yang ditunggu-tunggu pun datang, mereka berdua segera menyantap habis makanan tersebut tanpa sisa. Makanan yang mereka jual memang memiliki rasa yang enak. Tak heran, jika pelangga
Sore itu sepulang kerja, Lula merebahkan badannya di ranjang (tempat ternyaman setelah seharian berkeluh). Tak lama kemudian, tiba-tiba ponsel yang Lula letakkan di atas nakas bergetar.Drrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrrt.Lula berusaha meraihnya dari nakas dan terlihat 1 notifikasi pesan di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera membuka pesan singkat tersebut."Besok aku pulang, datanglah kerumah! Ibu juga ingin bertemu denganmu." pesan dari Langit.Lula terkejut bukan main, ia membulatkan kedua bola matanya sempurna kearah ponsel. Dengan gerakan cepat, ia langsung menghubungi Pak Henry terlebih dahulu untuk meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan selanjutnya."Hallo Pak Henry, selamat malam. ini Lula Pak.""Ohh, iya La gimana?" tanya Pak Henry."Begini Pak, Langit bilang besok sudah kembali kerumah. Dia meminta saya untuk datang kerumahnya. Menurut bapak sebaiknya saya harus
Pagi harinya.Matahari mulai membiaskan sinarnya ke dalam kamar Lula, ia mulai membuka pelan matanya yang masih buram menyesuaikan pandangannya dari bias matahari yang menyinari wajahnya.Lula mulai beranjak duduk dari tempat tidur kemudian menyandarkan punggungnya ke tepi tempat tidur. Ia meraih air putih diatas nakas yang sengaja ia siapkan sebelum tidur untuk ia minum saat dirinya bangun.Setelah semua nyawanya terkumpul, ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, Lula keluar dari kamar mandi dan segera bersiap-siap untuk pergi ke kantor.***Lula mulai melangkahkan kakinya menuju lift yang biasa membawanya untuk sampai ke lantai 7. Sesampainya didepan lift, ia menyadari bahwa ternyata lift yang biasa ia naiki mati karena sedang dalam perbaikan. Terpaksa ia harus menaikki anak tangga sebanyak 7 lantai."Ahh sial!" umpatnya kesal karena membayangkan lelahnya harus menaiki beberapa tangga. L