Hari itu Lula menjalani rutinitas pekerjaannya dengan semangat penuh karena mengetahui besoknya adalah hari libur, rasanya tidak sabar ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya meski hari masih pagi.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga tanpa sadar sudah menunjukkan waktu pulang, beruntung semua pekerjaannya sudah selesai. Jadi Lula bisa kembali kekos tepat waktu.***Malam harinya.Saat sedang bersiap-siap untuk mengistirahatkan badannya, tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi.Drrrrrrt.Drrrrrrrt.Drrrrrrrrt."Siapa malam-malam begini?" gumamnya sambil meraih ponsel yang ia taruh diatas nakas. Terlihat nama kak Ayya tertera di layar ponselnya. Tak butuh waktu lama, Lula segera menggulir tombol berwarna hijau dilayar ponselnya."Hallo Kak Ayya, ada apa telpon malam-malam begini? tumben." tanyanya penasaran karena tak biasanya Ayya menghubunginya seperti itu."Hallo La, besok kamu pulang kerumah gak?" tanyanya."Pulang Kak, gimana-gimana?""Besok kan hari ulang tahunnya Rofi, ayo bikin surprise buat dia!" pintanya."Ahhh, iya. aku hampir lupa, Baiklah. Mau bikin dimana Kak?" tanyanya."Gimana kalo dicafe tempat biasa kita kumpul?" seru Ayya meminta pertimbangan."Baiklah Kak, besok kabari ya waktunya!" Timpalnya."Oke. Daaaah, sampe ketemu besok." mereka segera mengakhiri panggilan teleponnya.Setiap weekend Lula selalu pulang kerumah orangtuanya. Sedangkan Rofi dan Ayya adalah sahabat Lula sejak SMA. Jadi mereka sering berkumpul disetiap hari libur ketika Lula pulang kekota asalnya.***Keesokan paginya, Lula telah bersiap untuk pulang kerumah. Tapi sebelumnya ia menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu agar tidak terasa lapar ditengah perjalanan pulang.Tepat pukul 09.00 wib, Lula beranjak meninggalkan kosannya. membutuhkan waktu selama kurang lebih 2 jam untuk sampai kerumah orang tuanya. Tapi kali ini Lula tidak langsung pulang kerumah, melainkan ke cafe terlebih dahulu. Tempat dimana Lula dan ke 2 temannya akan bertemu membuat surprise untuk Rofi.Sesampainya dicafe, Lula melihat Ayya telah duduk disofa yang berada dilantai 2 seorang diri. Lula segera menghampirinya."Kak! gimana? udah siap semuanya? Rofi datang jam berapa?" tanyanya dengan penuh antusias."Udah, kuenya udah kutitipin sama mas-mas pelayan cafe dan aku udah suruh Rofi datang jam 12 untuk berjaga-jaga kalau kamu agak terlambat." jelasnya. Ayya sangat pengertian memperhitungkan semua rencana."Ohh... berarti sebentar lagi dia sampai dong?" tuturnya. Ayya hanya menganggukkan kepala menanggapinya.Setelah cukup lama menunggu, akhirnya terlihat seorang wanita didepan cafe tersebut yang tak lain adalah Rofi dan hendak berjalan memasuki cafe. Dengan sigap mereka bersiap-siap untuk mempersiapkan kue yang telah mereka titipkan pada pelayan."satuuu.""Duaaa.""Tigaaa.""Happy birthday to youuuu... Happy birthday to youuuu... Happy birthday happy birthday happy birthday to youuuu." mereka mulai bernyanyi ketika Rofi telah tiba dilantai 2 sambil membawa kue lengkap dengan lilin yang menyala.Sontak dia terkejut dan membulatkan kedua matanya dengan sempurna seakan tak percaya dengan apa yang kedua sahabatnya itu lakukan untuknya. Matanya mulai berkaca-kaca dan memeluk sahabatnya satu persatu.Selesai dengan semua drama surprisenya, akhirnya mereka bertiga beranjak duduk disofa dan berbincang-bincang saling melepas kerinduan. Sudah ada beberapa makanan dan minuman yang tersaji dimeja menemani perbincangan hangat mereka.Drrrrrrt.Drrrrrrt.Drrrrrrrt.Ditengah perbincangan mereka, ia baru menyadari bahwa ternyata ponselnya sedari tadi telah berbunyi berkali-kali. Terlihat banyak sekali notifikasi panggilan yang masuk dari seseorang. Setelah Lula membukanya, ia mendapati orang itu tak lain adalah Langit."Langit?" gumamnya sembari melotot kearah layar ponselnya. Ia terkejut setiap kali mendapati sesuatu tentang Langit."Kamu dimana?" tanyanya disebrang panggilan sana."Memang ada perlu apa menghubungiku? Bukankah sudah lama kamu tidak menemuiku dan bahkan hanya untuk memberi kabar padaku?" tanyanya dengan nada yang tak ramah. Lula sebenarnya sudah muak dan tidak ingin berhubungan dengan orang itu lagi."Ahh maafkan aku, aku sibuk membantu usaha bapak dan ada banyak kegiatan di kampus." Jelasnya dengan nada memelas."Aku mau minta tolong sama kamu, aku ngirim paket. Tolong kamu terima ya La kalau udah sampai! mungkin 3-5 hari kedepan paketnya sampai, kalau udah sampai tolong kabari aku ya!" pintanya pada Lula. Sekarang Lula baru sadar kalau Langit menghubungi hanya saat sedang butuh bantuan saja."Paket apa lagi?" tanyanya pura-pura tak tahu."Paket biasa kok seperti kemaren." jelasnya"Hmmmmm." jawabnya singkat dan segera menutup telponnya. Sebenarnya Lula benar-benar sudah merasa kesal dibuatnya, tapi ia harus menyelesaikan misi ini. Kalau saja urusannya tidak serumit ini pasti Lula sudah tak mau menghiraukan Langit lagi.Lula segera mencari nomor Pak Henry pada daftar kontak telpon yang ada diponselnya. Ia scroll naik turun, dilihatnya satu persatu hingga menemukannya."Hallo Pak, ini Lula." sapa nya pada Pak Henry."Iya La, gimana?" sahut beliau."Maaf Pak mengganggu, apa bapak sedang sibuk?" Lula memastikan karena sungkan. Tidak sopan rasanya jika langsung bicara pada intinya."Tidak, gimana? katakan saja!" tukasnya dengan nada santai."Barusan Langit menghubungi saya Pak. Dia mengirimkan paket lagi ke alamat kosan saya, saya harus gimana ya Pak?" tanyanya bingung. Butuh petunjuk dari Pak Henry."Nahh kan? apa kubilang, dia pasti ngirim barang lagi. Yasudah segera hubungi Frank!" Beliau seperti mendapati durian jatuh. Perkiraannya benar."Baik Pak, terima kasih maaf mengganggu." Lula segera menutup panggilan tersebut dan segera menghubungi Frank."Hallo mas Frank? ini saya Lula. Langit baru saja mengabari kalau dia mengirimkan paket kealamatku lagi." jelasnya pada Frank tanpa basi - basi."Baik Mba Lula, langsung hubungi Jaka saja! nanti saya juga akan bantu menghubunginya." titah Frank. Lagi-lagi orang yang Lula hubungi mengintruksikan untuk melemparkan pada orang lainnya lagi. Lula sudah merasa gemas dibuatnya."Baik Mas." Lula segera menutup panggilan tersebut dan segera menghubungi Jaka. Ia menghembuskan nafas kesal. Raut wajahnya terlihat sangat gelisah.Lula mencoba menghubungi nomor Jaka berkali-kali namun nomornya tak bisa dihubungi. Ia memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat padanya agar ketika ia sempat membuka ponselnya dia akan membacanya, pikirnya.Rofi dan Ayya hanya memandang heran kearah Lula yang sedari tadi sibuk berkutat dengan ponselnya. Sedikit banyak mereka mendengar perbincangan Lula pada seseorang di sebrang panggilannya itu."La, kamu ada masalah apa?" tanya Ayya kepadanya. Sebenarnya ia sedikit takut untuk bertanya, tapi disisi lain ia khawatir pada sahabatnya itu.Setelah mengirimkan pesan singkat pada Jaka, Lula meletakkan ponselnya dan mulai menceritakan masalahnya pada kedua sahabatnya itu. Mereka berbincang cukup lama hingga sore hari.Hari pun sudah mulai terlihat gelap, mereka bertiga memutuskan untuk kembali kerumah masing-masing sebelum terlalu gelap. Mengingat jarak rumah mereka yang cukup jauh dari kafe tersebut.Lula sampai rumah ketika hari sudah petang. Dengan rasa tidak sabar, ia segera masuk kedalam rumah tanpa ada yang mempersilahkan. Keluarganya sedang berkumpul diruang tengah tanpa mengetahui kedatangannya, mereka pun terkejut melihat Lula yang tiba-tiba ada dirumah. Dengan segera semua orang menyambutnya, sang ibu dengan sigap segera menyiapkan makanan kesukaannya."Kamu kok gak bilang dulu kalau mau pulang La? kok sampe malem gini baru sampe rumah kenapa?" tanya Ibu Lula. Raut wajahnya terlihat mengkhawatirkan sosok anak gadisnya itu."Biasanya kan aku selalu pulang setiap weekend Bu, Ibu masa gak hafal sih?" Lula sudah duduk dimeja makan. Ia mulai memasukkan makanan kedalam mulutnya."Iya sih, gimana kerjaanmu? Lancar kan Nak?" ucapnya sambil sibuk menghidangkan makanan diatas meja untuk putrinya itu."Alhamdulillah lancar Bu." Lula masih sibuk memasukkan makanan kedalam mulutnya."Yasudah, makanlah dan segeralah istirahat! pa
Sore harinya setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Lula segera keluar dari gedung kantornya yang megah itu dan pulang kekosan. Karena paginya ia telah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari kampung halamannya dan langsung bekerja tanpa istirahat, rasanya badan begitu lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.Ceklek!Lula membuka pintu kamarnya pelan dan langsung masuk kekamar mandi bermaksud untuk membersihkan tubuh. Tak sabar untuk segera menikmati guyuran air yang terasa begitu segar menerpa tubuh lelahnya.Setelah cukup lama menghabiskan waktu dikamar mandi, Lula kemudian merebahkan tubuhnya keatas ranjang sambil memerhatikan layar ponselnya yang terlihat ada beberapa notifikasi masuk yang belum sempat ia baca.Lula melihat satu persatu notifikasi tersebut dan kedua matanya terfokus pada satu pesan dari Langit. Ia mengirimkan sebuah screenshoot foto bukti nomor resi dari ekspedisi yang ia pakai untuk mengirim paketnya ke a
Lula menoleh kekanan dan kekiri mencari sumber suara tersebut. Ia membuang nafas lega setelah menemukan sumber suara tersebut. Ia melihat seorang wanita tengah sibuk menjemur pakaian dibalkon lantai 2 kosnya dan tersenyum kearah Lula dengan memanggil namanya berulang-ulang. Wanita itu tak lain adalah Risti teman kos Lula sekaligus teman kuliahnya."Dari mana La?" tanyanya dengan senyuman yang lebar."Tuh dari warung kopi dibawah." jawabnya jujur sambil menggerakkan jari telunjuknya ke bawah."Kok gak ngajak-ngajak sih. Perutku kosong pengen yang anget-anget juga." ia terlihat mengerucutkan bibirnya menunjukkan rasa kecewa dan kesalnya."Yahh aku kan gatau. Lagipula aku tadi kesana ada urusan bertemu dengan Polisi yang akan mengurus kasus Langit." Jelas Lula padanya untuk mengurangi rasa kecewanya."Hah? memang kapan rencana eksekusinya?" tanyanya sambil mengerutkan kedua alisnya penuh penasaran. Ia tahu tentang masalah yang Lula
Lula mendengarkan suara wanita paruh baya itu setenang mungkin karena beliau bicara diiringi dengan isakan tangis yang terus menerus, membuat Lula ikut merasakan sakit dan kesedihan yang beliau rasakan saat ini.Andai saja Lula tega, ingin rasanya ia katakan semua kebenaran tentang kelakuan jahat anaknya yang telah dilakukannya pada dirinya. Namun, karena rasa kasihan yang Lula miliki. Ia lebih baik diam dan membiarkan kebenaran akan terungkap dengan sendirinya."Laaaa, kamu dimana Laaa?" tanyanya masih diikuti dengan isakan tangis."Gimana Bu, ada apa? Ibu kenapa nangis?" tanyanya pelan. Ia sangat khawatir dengan keadaannya."Langit lagi kena musibah Laaa." ia kembali menjawab dengan tangisan. Kali ini terdengar lebih kencang dari sebelumnya."Musibah? musibah apa Bu?" sahutnya. Lula tetap memastikan situasi yang terjadi."Langit ditangkap polisi tadi La. Dia tadi dari tempatmu kan?" tanyanya dengan nada sedih.
"Jaka." Lula bergumam saat mendapati panggilan dari Jaka pada layar ponselnya. Ia berniat untuk mengangkat panggilan teleponnya. Namun, sebelum sempat Ia angkat, tiba-tiba suara panggilan telepon dari Jaka sudah mati.Lula berniat untuk menghubunginya kembali namun ia urungkan karena Risti sudah selesai dengan persiapannya dan mengajaknya segera turun untuk makan."Ayo Laaa! buruan! malah bengong ih. Tinggal loh!" serunya sambil menutup pintu kamarnya dan beranjak menuruni anak tangga."Oh udaaah?" Lula terperanjak mendengar suara Risti, ia bergegas mengikuti langkah kaki Risti untuk turun kebawah.Mereka berjalan menyisiri jalanan sekitar kosan dan terhenti di salah satu Restaurant siap saji. Mereka memilih makanan siap saji karena rasa lapar yang sudah tidak bisa ditahan lagi dan tak mampu menunggu makanan yang diolah terlalu lama.Setelah memasuki Restaurant tersebut, mereka berdua mulai mengedarkan mata elangnya untuk mencar
"Ah itu anu, kayaknya malam ini aku numpang tidur dikamarmu boleh ya ya ya?" Pintanya dengan memasang raut wajah dan nada memelas."Lahh kenapa emangnya?" Tanya Risti penuh selidik."Jaka nyaranin aku buat ngungsi, takut komplotannya Langit melakukan tindakan yang tak diinginkan." jelasnya penuh penekanan. Ia tetap memberi Risti pengertian meski tahu sahabatnya itu pasti mengijinkannya tinggal."Ahh gitu yaa? jadi serem ya?" sahutnya dengan ekspresi wajah yang terlihat agak takut. Ia bergidik ngeri."Gimana? Boleh yaa Risti cantik ?" tanyanya sambil melemparkan senyuman termanisnya berharap Risti mengabulkan permintaannya."Iyaaa, ambilah tempat tidurku!" ucapnya pura-pura memasang wajah kesal.Mereka kembali kekos cukup larut karena keesokan harinya masih hari libur. Dikos, Lula langsung masuk kekamarnya terlebih dahulu untuk bersiap-siap sebelum akhirnya pergi kekamar Risti."Tidurlah diatas, ambil tempat
Pria itu tak lain adalah Jaka. Lula berjalan mendekat menghampiri mobil itu dengan diikuti Risti dibelakangnya setelah tahu siapa yang ada didalamnya."Mas Jaka, gimana mas? mau ngobrol dimana?" Lula langsung saja bertanya tanpa basa-basi. Rasa penasaran yang sudah membuncah tak dapat dibendung lagi."Masuklah kedalam mobil mba! kita ngobrol dijalan aja. Nanti saya akan jelaskan." Lula menganggukkan kepalanya mengiyakan ajakan Jaka kepadanya meski sebenarnya dia heran. Sebelum masuk kedalam mobilnya, tak lupa ia berpamitan pada Risti terlebih dahulu. Disaat seperti ini Lula tak boleh kehilangan kewaspadaannya. Belajar dari pengalaman sebelumnya."Ris, fotoin plat mobilnya ya jangan lupa! do'akan aku baik-baik aja." Lula berbisik ke telinga Risti agar suaranya tak terdengar oleh Jaka. Jelas saja Lula merasakan keanehan, bukankah mereka tidak harus ngobrol dijalan ya? pikirnya."Okay sipp, hati-hati ya!" Risti mengacungkan salah satu jempol
Sontak Lula melihat ke sekelilingnya, matanya tertuju pada bangunan di sisi bagian kiri. Terlihat minimarket yang buka 24 jam disana."Mba Lula butuh sesuatu untuk dibeli?" Jaka menoleh ke arahnya dengan tangan kanan yang sudah memegang pintu mobil bersiap hendak membukanya."Gak ada mas." jawabnya singkat dan datar sambil menggelengkan kepala ke kanan dan ke kiri.Tak banyak bicara, Jaka menganggukkan kepala lengkap dengan senyum tipisnya terlihat sudah paham. Ia pun segera membuka pintu dan turun dari mobil menuju minimarket tersebut.Beberapa saat Lula menunggunya, Jaka terlihat keluar dari dalam minimarket dengan membawa dua kantung plastik yang cukup besar ditangan kanan dan kirinya. Ia mendudukkan badannya di kursi kemudi sebelum akhirnya meletakkan dua kantung plastik ditengah, antara tempat duduk Lula dan dirinya.Lula melirik kearah kantung plastik tersebut penasaran tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun."M