Share

You are my destiny
You are my destiny
Penulis: peach

Prolog

Clara adalah anak dari Adi Wijaya dan Yasmin, Ia anak satu-satunya. Ia biasanya di panggil Rara. Ia baru saja menyelesaikan sekolah menengah ke atas dan akan melanjukan kuliahnya di salah satu universitas di Jakarta.

Ketika Ia akan melanjutkan untuk kuliah, Ayah dan Bunda nya memberitahukan hal yang membuat dirinya terkejut, Ia harus menikah dengan laki-laki yang tidak Ia kenal bahkan tidak Ia cintai.

Ayah dan Bundanya menjodohkan ia dengan anak rekan bisnis nya, pernikahan ini terjadi karena bisnis yang sedang di rintis ayahnya, Ia ingin sekali untuk menolaknya, namun hal itu sudah tidak bisa Ia batalkan.

Pernikahan mereka akan berlangsung dalam beberapa hari lagi, Ia bahkan belum bertemu dengan laki-laki yang akan Ia nikahi, ini tidak adil baginya. Seketika Ia harus menelan pahitnya obat ini.

Jika bisa Ia memilih, Ia tidak ingin menjalankan perjodohan ini. Ia masih ingin bebas tanpa terkait dengan statusnya, ia juga masih ingin menjalankan keinginannya dan mewujudkan mimpinya.

Sedangkan laki laki itu Bernama Rendi, Ia adalah CEO dari perusahaan keluarganya, Ia yang mengambil alih perusahaan keluarganya. Papah Rendi hanya mengontrol perusahaan, sepenuhnya perusahaan Rendi yang mengendalikan. Ia masih berumur 22 tahun, namun sudah menjadi CEO.

Ia sempat berontak untuk menerima pernikahan itu, namun Ia tidak bisa menolak perkataan dari mama nya. Ia sangat tidak bisa membantah omongan Mamanya. Apapun yang dikatakan mamanya, Ia akan lakukan.

Sangat berat untuk mereka menerima pernikahan ini, tapi mereka tidak bisa menolaknya. Mereka harus bisa menerima pernikahan ini. Pernikahan yang akan berlangsung dalam beberapa hari.

“Bun, Rara gak mau dijodohin,”

“Kamu harus menerima perjodohan ini Ra, Bunda yakin, ayah menjodohkan kamu dengan anak temannya itu yang terbaik untuk kamu.”

“Tapi Bun…”

“Gak ada tapi tapi sayang. Kamu harus bisa menerima semuanya.”

Saat Ia mendengar ucapan itu dari Bundanya, Ia benar benar tidak tahu lagi harus bagaimana, ingin rasanya Clara lari dari kenyataan ini, namun Ia tidak bisa berbuat apa apa lagi selain Ia harus pasrah untuk menerima perjodohan ini.

Banyak pertanyaan yang membuat dia bingung mencari jawabannya, Ia bahkan masih belum bertemu dengan laki-laki itu, Ayah dan Bunda nya juga tidak memberitahu bagaimana wajah laki-laki itu.

Tidak bisa membayangkan bagaimana wujud laki-laki itu, apakah laki-laki itu baik, apakah dia mempunyai mata yang indah, benar-benar tidak bisa Ia bayangkan jika laki-laki itu kebalikan dari apa yang Ia harapkan.

Di usia nya baru saja menginjak 18 tahun, Ia harus sudah mengakhiri masa masa muda dengan menikah, Ia harus melayani suaminya dan mengurus suaminya, tidak ada waktu untuk main-main dengan teman-temannya.

Ia bahkan tidak memberitahukan hal ini kepada sahabatnya, Ia takut jika sahabatnya akan meledekinya dan menertawakannya. Ia tidak bisa membayangkan semua hal itu.

Clara berharap ini adalah mimpi buruknya dan segera bangun dari mimpi buruknya, namun ini adalah kenyataan yang harus Ia jalankan bukanlah sebuah mimpi buruk.

Hari yang ditungu-tunggu telah tiba, tempat hari ini Ia akan melaksakan pernikahan dengan laki-laki itu dan mengubah statusnya. Hanya keluarga darinya dan keluarga dari laki-laki itu yang hadir.

Ia sengaja tidak mengundang kedua sahabatnya itu, alasannya masih saja sama, Ia tidak ingin ditertawakan oleh kedua sahabatnya. Padahal jika Ia mengundang kedua sahabatnya mungkin bisa membuatnya sedikit lebih tenang karena mungkin shabatnya bisa menghiburnya.

Begitupun dengan Rendi, Ia juga tidak memberitahukan pernikahan ini kepada sahabatnya, Ia juga tidak ingin menjadi bahan-bahan dari sahabatnya, apa lagi pernikahan ini karena perjodohan dan paksaan dari orangtuanya.

Saat Ia berhadapan dengan laki-laki itu, Ia tidak bisa berhenti untuk berkedip. Ternyata laki-laki itu sangat sempurna, mata yang indah, wajah yang tanpan, badan yang tinggi. Semua perempuan mungkin sangat senang jika bisa menikah dengan laki-laki sepertinya.

Ketika ijakobul dimulai, hatinya sangat deg-degkan, Ia gelisah dan rasa takut yang menghantuinya. Ketika penghulu dan semua orang mengatakan sah, Ia tidak menyangka dirinya kini telah menjadi seorang istri.

Dulu Ia tidak pernah mau untuk menikah muda, dengan usianya yang terbilang sangat muda, Ia masih ingin bermain, namun kini Ia sudah sah menjadi seorang istri. Yang mau tidak mau Ia harus jalanin.

“Selamat ya sayang, kalian berdua sudah sah menjadi suami dan istri.” Sahut Mama.

Semua orang menyelamatkan mereka atas pernikahan mereka berdua dan mendoakan mereka untuk hidup Bahagia. Mendengar kata Bahagia, apa mungkin Clara dan Rendi bisa hidup bahagia dengan pernikahan mereka, pernikahan yang diakibatkan karena perjodohan.

“Selamat ya sayang atas pernikahan kalian, Bunda mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua.”

“Terimakasih Bunda, Mama, ayah, papa.” Ucap Clara dan Rendi.

Setelah acara pernikahan mereka selesai, mereka pulang kerumah Rendi, Clara yang sudah menjadi istri sah Rendi, harus ikut pulang kerumah Rendi dan harus berpisah dari kedua orangtuanya.

Ini menjadi hari pertamanya bagi Clara untuk makan malam dengan statusnya menjadi seorang istri dan menantu. Ia makan malam dengan mertuanya dan suaminya.

“Selamat datang dikeluarga kami.” Ucap Mama.

“Terimakasih Mah.”

“Kamu harus sabar-sabar ya sama sikap Rendi.” Bisik mama.

Ia langsung melihat ke wajah dingin Rendi, sepertinya memang suaminya itu menakutkan, Ia bahkan bukan seperti manusia. Ia begitu dingin dan cuek kepadanya. Setelah selesai pernikahan hingga saat ini, suaminya itu tidak ngobrol kepadanya.

“Iya Mah.” jawabnya.

Mereka semua menjalankan malam penuh dengan ketenangan, selesai makan malam, Ia mengikuti Rendi untuk masuk ke kamar. Saat sampai di kamar, Ia merasa canggung. Ia tidak tahu harus bagaimana.

Ia bahkan masih belum memindahkan baju-bajunya kedalam lemari Rendi, baju-bajunya masih tertata di kopernya. Ia belum bisa menaru baju-bajunya ke dalam lemari tanpa perintah dari Rendi.

Rendi sedang duduk di Kasur sambil memainkan poselnya, sedangkan Clara masih berdiri sambil memandanginya. Rendi yang menyadari Clara yang dari tadi masih saja berdiri sambil melihat kearahnya, akhirnya Ia mengatakan sesuatu hal.

“Ngapain lu diem aja disitu.”

“Engga apa-apa.”

Rendi berdiri dan menghampiri Clara, Ia mengatakan hal yang membuat Clara tidak bisa menerka omongannya, laki-laki itu mengatkan hal yang membuat Clara diem seribu Bahasa, bahkan Ia tidak menyangka suaminya bisa berkata hal seperti itu.

“Inget ya, gua mau nerima perjodohan ini karena Mama gua yang paksa, dan lu harus inget sampai kapanpun pernikahan ini sebuat pernikahan paksaan dan pernikahan di atas kertas. Jadi gk usah berlaga lu istri gua, karena gua gk akan pernah bersikap menjadi suami. Kita urusin hidup kita masing-masing. Kita jalanin kehidupan kita seperti sebelumnya. Jadi lu bebas mau lakuin apapun, termasuk gua juga bebas.” Rendi langsung meninggalkan Clara sendirian di kamar.

Jlebb!!!

Mendengar kata-kata itu, membuatnya merasakan sakit. Ia tidak menyangka Rendi bisa berkata seperti itu, bahkan hal yang membuatnya sakit, Ketika laki-laki itu mengucapkan pernikahan ini pernikahan di atas kertas.

Air matanya keluar terus tanpa henti. jika Ia bisa memilih, Ia juga tidak ingin dengan pernikahan ini, tidak ingin menjalankan perjodohan ini. Ini baru awal dari pernikahannya, namun sakitnya sudah membuat Ia tidak kuat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status