Share

Ku ingin kamu membuka hati mu

Seminggu telah berlalu, mereka menjalankan hari hari seperti biasa. Rara yang seperti biasa udah mulai aktif untuk ke kampus, begitupun dengan Rendi. Ia juga aktif ke kantor.

Ia selalu berangkat pagi pagi ke kantor dan tidak pernah sarapan di rumah, bahkan setiap kali Rara meminta Rendi untuk sarapan, ia selalu tidak memperdulikan.

Ia masih belum bisa membuka hati nya dan menerima Rara menjadi pasangan pendamping nya. Padahal Rara sudah mulai menerima semua nya. Tapi tidak dengan Rendi.

Entah sampai kapan, Rendi akan mengabaikan Rara seperti ini dan tidak peduli dengan semua apa yang Rara lakukan untuk nya.

Semuanya serba salah untuk Rara, tapi ia tidak akan menyerah membuat Rendi luluh kepada nya, ia akan memecahkan batu sekeras apapun.

“Ra, kita perhatiin, belakangan ini lu kaya lagi sedih banget. Ada masalah sama pernikahan lu ya?”

“Engga ko, gua engga apa apa.” Senyum palsu yang ia berikan.

Rara tidak tahu harus bagaimana, apa ia harus menceritakan ini kepada Rere dan Debby, apa ia harus memendam semua nya.

Pernikahan ini membuat ia tidak kuat, sampai kapan sifat Rendi akan seperti ini. Selalu mengabaikan nya. Ia ingin seperti pasangan yang lain.

Ia tahu pernikahan ini di landaskan karena perjodohan dari orangtua nya dan orangtua Rendi, tapi mereka sudah menikah secara agama maupun hukum.

Tapi mengapa Rendi masih saja tidak bisa menerima nya sebagai istri nya, seengga nya Rendi memberi nya kesempatan utuk bisa dekat dengan nya.

“Ra kalo emang lu gak mau cerita sekarang, gpp ko. Kalo udah siap untuk cerita, kita pasti akan dengerin, kita akan selalu ada buat lu.”

Debby sangat mencemaskan Rara, setelah pernikahan nya, Rara tidak ceria seperti biasa, seperti ada yang hilang.

“Kalian gak usah khawatir, gua akan baik baik aja ko. Yaudah yuk kita ke kelas. “

“Yaudah.”

Di kelas, Rara terus terdiam, ia mencoba untuk focus dalam materi yang sedang dosen nya terangkan, tapi ia masih saja tidak bias menghilangkan kata kata Rendi.

Kata kata yang membuat nya sakit hati, ia terus membayangkan perkataan itu. Perkataan bahwa pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas.

Di lain sisi, Rendi malah sedang focus untuk mengerjakan proyek yang sedang bekerja sama dengan perusahaan nya.

Ia mendapatkan proyek yang sangat bagus dan menguntungkan perusahaan nya, ia tidak ingin mengingat pernikahan ini.

Ia berusaha mengalihkan masalah yang sedang ia alami dengan focus pada proyek ini, ia mengambil ahli untuk proyek ini.

“Fokus banget.” Sahut seseorang.

“Ngapain lu ke sini?” ia terhenti dan melihat Fero yang datang ke ruangan nya.

Fero pagi pagi sudah datang ke kantor Rendi dan menggangu nya yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya. Ia selalu saja datang di waktu yang tidak tepat, selalu mengganggu Rendi.

“Santai dong. Oh iya Ren, lu masih punya utang sama gua.”

Fero yang mengingat ia masih belum menanyakan hal itu kepada Rendi, ia segera menanyakan hal itu kepada nya.

Waktu itu mereka tidak jadi datang ke kantor Rendi karena Tomi yang tiba tiba harus segera kembali ke kantor, karena ada meeting dan mau gk mau Fero juga harus kembali ke kantor, karena Tomi dan Fero satu kantor.

“Utang apaan?”

“Waktu itu sepupu gua liat lu dan sekeluarga ada di Hotel XXX. Kata nya dia liat lu memakai baju nikahan.”

Rendi langsung terkejut saat mendengar Fero mengatakan hal itu, ternyata sepupu nya Fero bekerja di hotel itu. Ia bingung harus jujur atau berbohong ke pada Fero.

“Sepupu lu salah liat kali. Gua nikah sama siapa.”

“Gk mungkin sepupu gua salah liat, lagian kan waktu itu lu tiba tiba ngilang gitu aja.”

“Ya kan gua udah bilang, gua ada kunjungan ke luar kota yang sangat mendesak, maka nya gua pergi, mana mungkin gua di hotel XXX dan menlangsungkan pernikahan.” Bantah Rendi.

Ia berusaha untuk membantah semua omongan Fero, ia tidak ingin pernikahan ini di ketahui siapapun, ia belum siap mengenalkan Rara kepada teman nya.

“Tapi serius bukan lu yang nikahan?”

“Iyalah, lagian kalo gua nikah, pasti gua ngundang kalian.”

Fero yang awal nya tidak percaya dengan penjelasan Rendi, namun akhir nya ia memilih untuk mempercayai Rendi, ia yakin Rendi tidak mungkin berbohong kepada nya dan mungkin saja sepupu nya salah orang.

Waktu sudah menunjukan jam 6 sore, makan malam telah siap dan sudah di hidangkan di atas meja makan, Rara berdiri di depan jendela kamar nya, Ia menunggu Rendi pulang dari kantor.

Namun sudah hampir setengah jam ia menunggu Rendi, tapi belum juga ada tanda tanda Rendi pulang dari kantor.

Pintu kamar nya ada yang mengetok nya, ternyata itu Bibi yang mengetok nya, Bibi di suruh mama nya untuk Rara segera ke meja makan.

Toktoktotk…..

“Siapa?”

“Ini saya Non. Nyonya menyuruh saya manggil Non Rara untuk segera ke meja makan.” Rara membuka kan pintu.

“Baik Bi, saya akan segera turun. Oh iya Bi, REndi belum pulang ya?”

“Belum Non.”

“Oh yaudah, makasih ya Bi.”

Ia segera turun ke bawah, ia tidak ingin Mama dan Papah nya menunggu nya terlalu lama, ia berharap Rendi akan segera pulang.

“Sayang, ko kamu lama banget turun nya?” tanya Mama yang melihat Rara baru saja datang.

“Maaf Mah, tadi Rara abis bersih bersih.”

“Yaudah kita mulai aja makan nya.”

“Rara nunggu Rendi pulang aja Mah, nanti Rara makan nya.”

“Kamu makan aja Ra, Rendi hari ini lembur.” ucap Papah.

“Emang nya Rendi tidak memberi tahu kamu?” tanya Mama.

Mendengar ucapan Mama, ia sangat kecewa kepada Rendi. Ia tidak percaya jika Rendi akan seperti ini. Padahal ia sudah menunggu nya tapi ia tidak memberitahu jika ia akan lembur.

Rara merasa seperti orang asing yang tidak di anggap, padahal ia kan istri nya, seharus nya Rendi memberitahukan nya.

“Mungkin Rendi lupa ngasih tahu ke Rara Ma.” Ucap dengan nada yang sedikit kecewa.

“Yaudah kita makan aja.”

“Iya Mah.”

Rara memutuskan untuk makan malam Bersama dengan Mama dan Papah nya dengan rasa yang kecewa.

Nasi dan makanan ini seperti tidak ada rasa, membuat ia kehilangan napsu makan nya, namun ia tidak ingin membuat Mama dan Papah nya khawatir.

“Sayang, kamu kenapa?” tanya Mama yang melihat Rara hanya mengacak acak makanan nya saja.

“Engga apa apa Mah. Rara udah selesai makan nya. Rara ke kamar ya Mah.” Ia meninggalkan meja makan dan Kembali ke kamar nya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status