Share

Mulai mempunyai rasa

“Rendi kamu baru pulang.”

“Iya Mah. Pekerjaan Rendi banyak banyak. Rendi ke kamar ya Mah.”

Ia segera pergi ke kamar, sampai di kamar Ia melihat Rara yang sedang tertidur di sofa. Ia yang melihat hal itu hanya biasa saja dan segera pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Ia melihat Rara yang masih dengan posisi sama tertidur lelap di sofa, namun hati nya tida bergerak sama sekali, Ia membiarkan Rara tertidur di sofa.

Saat pagi telah tiba, Rara baru menyadari ternyata Ia tertidur di sifa, dan Ia melihat kearah Kasur yang sudah ada Rendi yang masih tertidur.

Ia berjalan kearah Kasur memastikan Rendi yang masih tertidur di Kasur, Ia memandangi wajah Rendi dengan senyuman.

Ia merasa, Ia mulai jatuh cinta kepada Rendi, Ia mulai menyukai suami nya itu. Walaupun sikap nya begitu tidak baik kepada nya, Ia tetap menyukai nya. Setelah Ia puas memandangi wajah Rendi, Ia segera mandi dan menyiapkan sarapan.

Hari ini, hari sabtu. Rendi libur kantor. Ia memanfaatkan hari ini untuk mengajak Rendi untuk pergi ke rumah Bunda nya. Ia sudah merindukan Bunda nya.

Setelah selesai membuat sarapan, Ia membangunkan Rendi untuk makan bersama. Ternyata Rendi sudah berada di meja makan.

“Ren, hari ini kamu libur kan?”

“Kenapa?”

“Aku mau ngajak kamu ke rumah Bunda. Aku udah kangen banget sama Bunda. Kemaren Bunda juga nelpon, dia nyuruh kita ke sana.”

“Ya.” Ia menjawab dengan singkat.

Setelah selesai makan, Ia segera berganti baju dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Bunda Rara. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Bunda dan Ayah nya. ia sangat merindukan kedua orangtua nya.

Di perjalanan, Rara dan Rendi hanya terdiam. Tidak ada obrolan yang di mulai. Rendi fokus menyetir dan Rara hanya memandangi jalanan dari jendela.

Sampai di rumah nya, Ia segera turun dari mobil dan berjalan ke rumah nya. Ia mencari-cari bunda nya.

“Bundaaa….” Teriak nya begitu kencang.

“Rara.” Panggil Bunda nya.

Ia segera menghampiri Bunda nya dan memeluk Bunda nya. Ia sangat merindukan Bunda nya. akhir nya Ia bisa bertemu dan memeluk Bunda nya.

“Kamu sama siapa ke sini?” tanya Bunda.

“Sama...” baru saja Rara mau bilang dengan Rendi, tapi Rendi sudah hadir di hadapan nya dan Bunda.

“Ren.”

“Ya Mah.” Ia tersenyum kepada Bunda.

Rara yang melihat Rendi tersenyum kepada Bunda nya merasa iri, Ia tidak pernah mendapatkan senyuman itu dari Rendi.

Mengapa bisa Rendi begitu ramah kepada siapapun, tapi kenapa Ia tidak bisa ramah kepada nya, padahal Ia tidak pernah melakukan kesalahan ataupun mempunyai salah apapun kepada nya.

“Gimana kabar kamu Ren?”

“Rendi baik baik aja Bun, Bunda gimana kabar nya?”

“Bunda baik baik aja Ren.”

“Hmm.. Rendi doang yang di tanya keadaan nya, anak nya sendiri di abaikan.” Sahut Rara yang membuat Bunda nya tertawa.

“Ya ampun Ra, masa sama suami sendiri cemburu si.”

“Apaan si Bun, aku gak cemburu. Lagian Bunda, anak nya datang malah menantu nya yang di tanya-tanya.”

“Kamu ini. Yaudah ayo masuk dulu, kita ngobrol di ruang keluarga.“

“Iya Bun.”

Mereka bertiga berjalan ke ruangan keluarga untuk ngobrol-ngobrol dan melepaskan rindu yang sudah lama tidak bertemu.

“Bun, Ayah kemana?”

“Ayah lagi keluar kota Ra.”

“Ko Bunda gak bilang sama Rara. Kan kalo Rara tahu, Rara bisa nemenin Bunda.”

“Masa Bunda harus bilang-bilang. Lagian kalo Bunda bilang, masa kamu ninggalin suami kamu.”

Mendengar kata seperti itu membuat nya sedikit merasa aneh, lagian juga ada atau tidak ada diri nya, Rendi tidak peduli kepada nya, lebih baik menemani Bunda dari pada di rumah Rendi.

“Berapa hari Ayah ke luar kota Bun?”

“Semingguan.”

“Gimana kalo hari ini aku nginep di sini.”

“Ra, gak usah sayang. Kalo kamu nginep di sini gimana Rendi?”

“Ya dia pulang, lagian juga dia bisa ko jaga diri nya sendiri, ya kan Ren?”

Mendengar Rara berkata seperti itu membuat nya sedikit marah kepada Rara, namun Ia tidak ingin menunjukan amarah nya di depan mertua nya.

“Ra, ko kamu ngomong nya gitu.”

“Engga apa apa Bun, Rendi ngijinin Rara nginep, Rendi juga akan nginep di sini nemenin Bunda.”

“Makasih ya Ren. Bunda jadi gak kesepian lagi karena ada kalian di sini temenin Bunda.”

“Sama sama Bun.”

Setelah mereka berbincang-bincang, mereka memutuskan untuk makan siang bersama. Bi Surti sudah memasak makan siang.

Bundah sudah menyuruh Bi Surti untuk memasak makanan kesukaan Rara, Bundah tidak tahu makanan apa yang Rendi suka, jadi Ia hanya meminta Bi Surti memasak makanan Rara.

“Wah makanan kesukaan Rara.”

“Iya, Bunda yang minta Bi Surti memasak makanan kesukaan kamu.”

“Makasih Bun.”

“Ren, maaf ya Bundah gak tahu makanan kesukaan kamu apa.”

“Iya Bun, gak apa-apa. Rendi makan apa aja ko.”

Mereka memakan siang bersama-sama, seperti biasa Rara menuangkan makanan ke piring Rendi dan menyiapkan minuman untuk nya.

Bunda yang melihat Rara menyiapkan makanan untuk suaminya terlihat sangat senang, ternyata sekarang anak gadis nya itu sudah berubah menjadi seorang istri.

“Bun, mau Rara siapin makan untuk Bunda?”

“Boleh sayang.”

Rara menyiapkan makan untuk Bunda nya juga, Ia begitu bersemangat dan senang hari ini, bisa makan siang dengan Bunda nya, hanya kurang satu orang yaitu Ayah nya. Jika ada Ayah nya mungkin lengkap sudah kebahagian hari ini.

“Selamat makan.” Ucap nya.

Mereka menyantap makanan mereka tanpa ada obrolan di meja makan, Rendi memakan makanan nya dengan begitu lahap.

Ia menghabiskan makanan dengan lahap, begitupun dengan Rara Ia juga menikmati makanan nya dan menghabis kan makanan nya. Ia sudah rindu masakan Bi Surti.

“Nambah lagi Ren.”

“Ga usah Bun, Rendi sudah kenyang.”

Setelah selesai makan, Bundah Kembali ke kamar begitupun dengan Rara dan Rendi, mereka pergi ke kamar Rara untuk beristirahat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status