Share

Awal kehidupan

Pagi ini adalah awal yang baik dalam ke hidupan Clara, Ia telah resmi menjadi seorang istri. Ia bangun pagi pagi untuk menyiapkan sarapan untuk semua orang.

Sebenernya di rumah Rendi, Ia memiliki pembantu. Namun karena Ia merasa ini adalah kewajiban nya sebagai istri, Ia harus memasak dan menyiapkan sarapan untuk suami nya itu.

Ia berharap ini bisa menjadi awal yang indah untuk hubungan nya, dan berharap Rendi bisa bersikap baik kepada nya. Ia tidak berharap lebih, ia hanya mengharapkan suami nya bisa bersikap baik kepada nya, hanya itu yang Ia inginkan.

Mengingat kejadian semalam, membuat Ia berharap itu tidak akan terulang kembali. Ia tidak ingin suami nya menganggap pernikahan ini hanya pernikahan di atas kertas saja.

Ia segera pergi ke dapur untuk memulai masak. Di dapur ternyata sudah ada Bibi yang sedang menyiapkan bahan bahan untuk masak.

“Non Clara.”

“Iya Bi. Panggil Rara aja Bi.”ucap nya.

“Iya Non Rara. Non Rara butuh sesuatu?” tanya Bibi.

“Ini Bi, Rara mau bantuin Bibi untuk menyiapkan sarapan.”

“Gak usah Non. Ini udah kewajiban Bibi Non.”

“Gak apa apa Bi. Rara cuman pengen menyiapkan sarapan untuk Rendi, Mama dan Papah Bi.”

Akhir nya Ia membantu Bibi untuk memasak sambil mendengarkan cerita Bibi. Sepanjang cerita, Ia mendengarkan Bibi dengan penuh senyuman. Ternyata suami nya itu tidak seperti yang di bayangkan nya.

Keliatan nya saja cuek dan dingin, di balik itu semua ternyata suami nya itu sangat baik. Ia tidak tahu mengapa Rendi bisa seperti itu kepada nya, Bibi pun tidak memberitahukan kepada nya mengapa sikap Rendi 390 derajat sangat berbeda kepada nya dengan yang lain.

Masakan telah matang, Ia segera meletakan makanan di meja makan. Mama dan Papa yang sudah datang ke meja makan, melihat Clara yang sedang menaru makanan terlihat sangat terkejut.

“Selamat pagi Mah, Pah.”

“Selamat pagi sayang.” Mama dan Papah mengucapkan bersamaan.

“Ini kamu yang masak sayang?” tanya Mama.

“Iya Mah tapi di bantuin sama Bibi.”

“Pasti enak nih, Mama jadi gak sabar makan masakan menantu mama.”

“Papah juga ga sabar makan. Oh iya Rendi kemana?”

“Rendi ada di kamar Pah. Rara bangunin Rendi dulu ya.”

“Iya sayang.”

Rara segera pergi ke kamar untuk membangunkan Rendi, sampai di kamar ternyata Rendi tidak ada di kamar, ternyata Ia sedang mandi. Ia menunggu Rendi yang sedang mandi.

Sambil menunggu Rendi Mandi, Ia membersihkan tempat tidur nya dan membersihkan kamar nya. Rara sangat mandiri dari dulu, sebener nya saat Ia masih tinggal dengan orantua nya Ia tidak pernah mengandalkan semua kebutuhan nya ditanganin oleh pembantunya.

Selama Ia masih bisa mengerjakan  semua nya sendiri, Ia akan menyelesaikan nya sendiri tanpa bantuan siapapun. Ia tidak suka semua kebutuhan nya di kerjakan pembantu nya.

Sebener nya dari kecil Ia sudah di biasakan oleh Bunda nya untuk mengerjakan sediri, karena suatu saat Ia akan menjadi seorang istri dan orangtua.

Ia tidak boleh membiasakan pekerjaan rumah di tanganin oleh orang lain. Kata Bunda, supaya Ia bisa membuat suami senang. Itulah kata kata yang selalu Ia inget.

Setelah selesai membersihkan kamar nya, Rendi baru keluar dari kamar mandi. Ia terkejut melihat Rendi yang keluar dari kamar tanpa memakai baju.

AHHHHHHH….

Teriakan yang membuat Rendi juga terkejut. Rara belum terbiasa melihat suami nya tanpa memakai baju. Ia langsung menutup mata nya dengan kedua tangan nya.

“Apaan si lu, pake teriak teriak.” Ucap Rendi yang berjalan ke arah lemari.

“Itu….kamu keluar kenapa gk pake baju?” tanya nya dengan masih menutup matanya dengan tangan nya.

“Biasa aja kali.”

“Iya kan aku gk biasa ngeliat kamu tanpa makai baju.” spontan kata-kata itu yang keluar dari mulut nya, membuat Rara menutup mulutnya.

Rendi yang mendengar kata-kata Rara membuat nya terkejut, Ia tidak menyangka Rara bisa mengucap kan kata seperti itu. Seperti mengharapkan sesuatu.

“BODOHHHH..” ucap nya dalam hati.

Rendi segera memakai baju dan pergi kemeja makan, Rara yang masih terdiam di kamar dan hanya melihat Rendi yang berjalan keluar.

Ia merasa seperti orang sangat bodoh, Ia sangat malu dengan perkataan nya barusan, Ia takut jika Rendi memikirkan hal jelek tentang nya.

Di meja makan semua sudah berkumpul, Rendi belum tahu jika makanan itu yang masak adalah Clara. Ia memakan dengan sangat lahap seperti biasa nya.

Rara yang melihat Rendi yang lahap memakan masakannya membuat dirinya sangat senang bisa melihat suaminya memakan masakannya dengan lahap.

Mama dan Papa nya pun juga sangat lahap memakan masakannya, seperti nya Ia berhasil memasak dengan masakan nya pas.

“Ra masakan kamu enak banget.”

Rendi yang mendengar perkataan Mama nya, membuat Ia batuk. Ia mengira makanan yang Ia makan adalah masakan Bibi.

“Rendi kamu pelan-pelan sayang makan nya. Janga buru-buru makannya.”

“Iya Mah.” Rara yang melihat Rendi batuk segera memberikan minum untuk Rendi.

“Makasih.” Ucap nya.

“Pasti Rendi batuk gitu karena sangking enaknya masakannya Rara.”

Mama dan Papa meledeki Rendi terus menerus membuat nya segera mengudahkan makannya. Ia memutuskan untuk segera pergi ke kantor.

Ia tidak ingin mendengar hal konyol dari orangtua nya dan tidak ingin lama lama melihat Rara. Ia sengaja memilih untuk segera pergi.

Rara yang melihat sikap Rendi seperti itu hanya bisa terdiam, Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk meluluhkan hati suami nya itu, hati nya begitu keras seperti batu yang sangat susah untuk di haluskan dan begitu sangat dingin seperti es batu.

Setelah Rendi pergi ke kantor, Rara membersihkan meja makan. Ia bingung harus ngapain lagi. Ia memutuskan untuk pergi ke kampus.

Sudah satu minggu, Ia tidak masuk ke kampus. Sahabatnya juga selalu menghubungi nya, namun Ia tidak mengangkat telponnya ataupun membalas pesan dari sahabatnya.

Ia belum siap untuk menjawab semua pertanyaan yang akan sahabat nya ajukan. Pasti sudah sangat banyak pertanyaan yang akan diajukan ke pada nya.

Ia segera bersiap siap untuk pergi ke kampus, sebelum pergi ke kampus, ia meminta ijin kepada ibu mertua nya. Sebelum itu ia sudah chat Rendi untuk meminta ijin.

Sebernya baru sehari ia menikah, tapi sudah Kembali ngejalanin hari-hari seperi biasa. Ia juga sudah rindu kedua sahabat nya.

“Mah, Rara berangkat ke kampus ya.” pamit Rara.

“kamu udah mau masuk ke kampus?” tanya Mama.

“Iya Mah. Rara udah chat Rendi untuk minta ijin ke kampus.”

“Yaudah kamu hati hati ya sayang.” 

Rara segera pamitan kepada Mamanya dan segera untuk berangkat ke kampus.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status