Share

BAB 2: SELAMAT TINGGAL

Sebagai orang yang sudah lama memimpin perusahaan, Pak Andreas sudah  melihat berbagai jenis karakter orang. Dari pembicaraan ringan yang sudah mereka lakukan, Pak Andreas menarik kesimpulan bahwa Donny adalah orang yang jujur, tidak serakah dan tidak suka memanfaatkan keadaan.

kondisi sekarang adalah bukti konkrit. Pria itu tidak meminta apapun lagi walaupun pria itu tahu kalau ia memiliki banyak uang. Pria itu juga tidak mengeluhkan kondisinya sekarang, padahal kata dokter kakinya mungkin membutuhkan waktu sembuh lebih dari satu bulan. 

Pak Andreas teringat bahwa ada salah satu cabang showroom mobilnya yang bulan lalu baru memecat kepala cabangnya karena ketahuan membawa lari uang pelanggan*. Bagian personalia kantornya sudah mengirimkan beberapa lamaran yang dianggap kompeten untuk menduduki posisi tersebut, tapi dia belum sempat memeriksanya.

Saat Donny membicarakan pekerjaannya, dia merasa kalau Donny mengerti dengan jelas job desknya dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaanya. Ditambah dengan sikap baik yang ditunjukkan pria itu saat dalam kondisi seperti ini, membuatnya yakin untuk merekrut Donny sebagai karyawannya. Baginya yang penting itu attitude dan bertanggung jawab. Untuk apa pintar tapi ga punya attitude? ujung ujungnya bikin rugi perusahaan.

“Apakah Pak Donny tertarik untuk bekerja di salah satu showroom mobil saya?” tawar pak Andreas.

“ Eh ” pria itu nampak kaget dengan penawarannya. Karena tidak ada jawaban, Pak Andreas melanjutkan lagi.

“Bulan lalu, ada kepala cabang yang diberhentikan, dan sekarang posisi itu kosong, saya rasa Pak Donny cocok menempati posisi itu”

“Jika Pak Donny berminat, nanti sekertaris saya akan membantu menjelaskan job desk nya, seharusnya tidak jauh berbeda dengan pekerjaan Pak Donny sekarang, hanya yang dijual disini adalah barang bukan jasa.”

"Terima kasih tawarannya Pak Andreas, tentu saja saya bersedia" jawab Donny setelah berhasil menemukan suaranya. Donny merasa dirinya seperti tertimpa durian runtuh. Dari supervisor pendanaan jadi kepala cabang showroom mobil? TOP BINGITS dah..

Donny merasa tawaran pekerjaan ini adalah salah satu bentuk kompensasi dari Pak Andreas, lagi. Banyak amat kompensasinya ya? tapi siapa yang tidak mau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik? Di perusahaan tempat dia bekerja sekarang, dia masih membutuhkan waktu paling cepat tiga tahun lagi untuk menjadi kepala cabang, itupun persaingannya ketat sekali.

Donny teringat pada salah satu teman sekolahnya dulu yang sekarang sudah menjadi kepala cabang di salah satu showroom mobil keluaran Jepang. Sebagai orang bagian pendanaan, kurang lebih dia mengetahui berapa besar komisi yang diperoleh temannya itu. Dan nominalnya itu WOW baginya.

Tiba tiba pintu ruang operasi terbuka dan dokter keluar, dengan wajah muram bertanya kepadanya

“Anda keluarga pasien?” dokter melihat ke arah Donny.

“Saya temannya dok, pasien sudah tidak punya keluarga selain putrinya” jawab Donny. Dia menghela napas, teringat Morin yang sedang menunggu di rumah dan tidak tahu apa apa.

“Mohon maaf Pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi pasien tidak dapat diselamatkan. Lukanya terlalu parah, beliau meninggal saat operasi.” Sang dokter menunduk, dia tidak berani melihat ke arah Pak Andreas. Dia takut posisinya sebagai wakil kepala di rumah sakit ini digeser karena dia tidak mampu menyelamatkan nyawa korban.

Tubuh Donny langsung lemas mendengar berita itu, rasa bersalah menghimpitnya. Mariska kecelakaan saat berada di boncengan motornya. Walau bukan dia yang menyebabkan kecelakaan itu, tapi tetap saja tidak mengurangi rasa bersalahnya. Andai tadi dia tidak menjemput Mariska.

Dan sekarang Mariska meninggal, apa yang harus dia katakan pada Morin? anak itu tidak punya siapa siapa lagi.

Begitu juga dengan Pak Andreas yang merasa kepalanya tambah pening. Satu masalah belum kelar, sekarang muncul masalah baru yang lebih besar lagi. Wanita itu meninggal, apa yang harus dia lakukan sekarang?

“Maaf Pak Donny, jadi Bu Mariska bukan istri Bapak?” Tanya Pak Andreas.

“Bukan Pak, kami baru dekat beberapa bulan ini” jawab Donny pelan. Dia mengela napas panjang lagi, sekarang masalah benar benar rumit. Bagaimana cara dia memberi tahu Morin? Anak itu sangat dekat dengan Ibunya. 

“Bagaimana dengan ayahnya?” Pak Andreas mencoba mencari solusi.

“Sudah meninggal 3 tahun lalu Pak, Mariska hanya hidup berdua putrinya semenjak suaminya meninggal” kata Doni menatap dokter dengan pandangan kosong. Dia masih bingung harus apa sekarang? 

Di pikirannya sekarang terngiang permohonan terakhir Mariska. Wanita itu meminta agar dia merawat Morin. Donny baru mengenal Mariska setahun belakangan. Berpacaran juga baru tiga bulan, masih saling menjajaki dan belum berencana ke tahap yang lebih serius.

“Apakah ada kerabat lain yang bisa membantu mengurus anak tersebut?” Tanya Pak Andreas tak kalah lesu. Rasa bersalah teramat sangat menyengat hatinya. Supir cadangannya telah membuat seorang anak menjadi yatim piatu.

“Tidak Pak. Mariska tidak pernah bercerita kalau dia memiliki kerabat. Dia selalu bilang kalau hanya ada dia dan Morin, jadi mereka saling menjaga. Tapi Mariska memiliki pengasuh yang membantu dia mengurus dan menjaga Morin.”

Kedua pria itu terdiam dengan pikiran masing masing saat ranjang pasien dikeluarkan dari ruang operasi dan akan dipindahkan ke ruang jenazah, mereka mengikuti dalam diam. 

****

Di ruang jenazah, Donny menatap wajah cantik Mariska yang sudah pucat. Wajah yang baru tadi sore tersenyum manis menyapanya saat dia menjemput untuk pulang bersama. 

Berbagai kenangan tiba tiba datang dan berputar seperti kaset rusak. Mulai dari saat mereka berkenalan, masa pendekatan, mulai berpacaran sampai sekarang. Kenangan kenangan manis itu muncul secara acak.

Perasaanya pada Mariska mungkin belum terlalu dalam, tapi beberapa bulan ini mereka bahagia. Mereka jarang bertengkar, karena memang Mariska adalah wanita yang tidak banyak menuntut, dia sabar dan pengertian. Dan jika tiba tiba terpisah seperti ini, rasanya seperti ada bagian dirinya yang juga ikut lepas.

Tanpa terasa, air mata mulai mengalir di wajah tampannya. Donny menyentuh pipi Mariska yang mulai mendingin, mencoba memanggil wanita itu. Berharap mungkin tadi dokter salah bicara, atau dia yang salah mendengar kata dokter. Rasanya hal ini mustahil terjadi.

“Sayang, bukalah matamu.. jangan terus tidur…” Donny masih mengusap lembut pipi Mariska.

“Ayo kita pulang”

“Morin menunggumu di rumah”

“Besok sudah sabtu, kita sudah janji pada Mo…” Donny menghentikan kata katanya, dia berasa ada yang menyentuh tangannya. Dia menengok dan melihat Pak Andreas-lah yang menarik lengannya, pria itu menatapnya sendu.

“Sudah Pak Donny, Ibu Mariska sudah meninggal. Biarkan beliau meninggal dengan tenang, jangan membuat beliau sulit untuk pergi.” Pak Andreas mencoba membujuk Donny.

“Lebih baik sekarang kita temui anak Bu Mariska dan memberitahunya.” Lanjutnya. Dia menarik lengan Donny keluar dari ruang jenazah. 

Pak Andreas tidak sanggup mendengarkan lebih banyak lagi. Dia merasa menjadi manusia yang sangat kejam. Ini bukan salahnya! bukan dia yang membawa mobil itu! ini murni kecelakaan, ketidaksengajaan, tapi tetap dialah yang bertanggung jawab atas semua kesedihan ini.

Donny tiba di rumah Mariska sekitar jam sembilan malam, Morin langsung menyambutnya di teras. Anak  itu kebingungan mencari ibunya.

“Om Donny, mama dimana? koq ga sama Om?” Morin bicara dengan menatap bingung ke belakang Donny. Tidak ada Mariska disana. Yang ada malah mobil hitam yang tidak pernah dia lihat dan pria tua yang tidak ia kenal.

Donny secara perlahan menjelaskan kalau ibunya kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit. Donny tidak tega mengatakan sekarang kalau Mariska sudah tiada. Jadi dia dan Pak Andreas hanya diam dan menunggu Morin dan pengasuhnya, mba Novi berganti pakaian untuk berangkat ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan Morin menangis dipelukan Donny. Anak itu terus menanyakan kondisi ibunya. Donny berbohong dengan mengatakan kalau dia tidak tahu juga.

Saat tiba di rumah sakit, Morin histeris melihat tubuh ibunya yang sudah kaku. Morin menjerit jerit terus memanggil ibunya, mengguncang guncangkan tubuh ibunya, berharap ibunya akan membuka matanya dan memeluknya seperti setiap kali dia menangis. Morin terus menangis dan tidak mau dipisahkan dari tubuh ibunya saat Donny mau membawanya pulang untuk beristirahat, hingga tanpa sadar dia tertidur dengan memeluk tubuh ibunya karena kelelahan menangis.

****

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Irwin rogate
sangat sedih perjalanan hidup ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status