Share

BAB 3: PEMAKAMAN

Saat Morin terbangun esok paginya, dia langsung berlari ke dapur. dia mencari ibunya, berharap ibunya sedang menyiapkan sarapan, seperti yang terjadi setiap harinya. Dia berharap semalam dia hanya bermimpi buruk. Tetapi ternyata dia hanya menemukan mbak Novi, pengasuhnya. Morin langsung memeluk mbak Novi dan bertanya

“Mama dimana mbak?” mbak Novi menatapnya iba, dia tidak tega untuk menjelaskan.

“Mama dimana mbak?” suara Morin semakin tinggi, mbak Novi masih diam dan menariknya dalam pelukan

“Mama dimana mbak?!!” jeritnya histeris, dia sudah benar benar ketakutan.  

“Jawab Morin mbak!!! Bentaknya, dia memeluk mbak Novi erat.

“Mo.. rin..  ke marin ber.. mim.. pi.., ma..  ma.., ma.. ma… me.. ning…gal.., ma.. ma.. per.. gii.., ma.. ma… me.. ning.. gal.. kan… Mo… Moo riiinn….” Morin terbata menceritakan mimpinya kepada mbak Novi, mbak Novi semakin erat memeluk anak itu, dia tidak tega memberitahukan kalau itu bukan hanya mimpi.

“Ma.. ma..  me... ning.. gal.. kan.. Mo..rin.. se..per.. ti.. pa.. pa..” anak itu mulai menangis lagi.

“Dimana mama Mbak? Morin harus lihat mama supaya Morin yakin kalau itu hanya mimpi” kata Morin cepat, dia semakin panik karena Novi tidak menjawabnya sedari tadi. Morin berusaha melepaskan pelukan mbak Novi, dia bermaksud mencari Ibunya ke ruangan lain di rumah itu. Dia harus melihat ibunya supaya hatinya tenang.

Morin berlari ke kamar ibunya, memeriksa sampai ke kamar mandi di kamar ibunya. Saat tidak menemukan yang dicarinya, Morin keluar lagi dan berlari ke ruang tamu. Dia menemukan Om Donny sedang duduk di kursi bersama dengan seorang paman yang sepertinya pernah dia lihat. Setelah menatapnya beberapa saat, dia mulai mengenali kalau paman tersebut lah yang dia lihat di mimpi. Kemarin Om Donny datang bersama paman itu dan membawanya ke rumah sakit untuk melihat ibunya yang tidak pernah membuka matanya lagi, walau sekeras apapun dia memanggil ibunya. Seperti saat ayahnya meninggal dulu. 

Om Donny menyadari kedatangannya dan memanggilnya

"Morin, kemarilah sayang”

Mata Morin melebar. Dia mundur selangkah, menggelengkan kepalanya, air matanya mulai luruh lagi dan dia berbalik dan langsung berlari, masuk kembali ke kamarnya.

BLAMM        pintu dibanting keras oleh Morin.

"tidak"

"tidak, itu hanya mimpi"

"mama tidak akan pergi meninggalkan Morin"

Morin mulai meracau, berulang kali mengucapkan kata yang sama.

Tangisnya tak terbendung lagi, dia menyadari kalau itu bukan mimpi. Ibunya memang tidak akan kembali lagi, tidak akan memeluknya dan tersenyum padanya. Bahkan jika dia nakal, tidak ada ibunya yang akan memarahinya lagi. Raungan tangisannya sangat memilukan. dia terus menangis hingga tenggorokannya sakit. Dia bahkan belum minum saat bangun, sekarang suaranya sudah serak….

Morin tidak bergeming saat pintu dibuka, Donny masuk ke kamarnya dan memeluknya.. 

Tangisnya makin menjadi, Morin menangis tersedu sembari terus bicara terbata. Menceritakan bahwa ternyata dia tidak bermimpi, bahwa ibunya pun sekarang meninggalkan dia seperti ayahnya. Ibunya bilang sangat menyayanginya, tetapi kenapa pergi meninggalkannya juga seperti papa? dan berbagai kalimat kalimat lain yang pernah diucapkan Mariska kepadanya, yang menunjukkan betapa Ibunya sangat  menyayanginya.

Donny teringat awal hubungan dengan Mariska. Dari pertama Donny mengungkapkan niatnya untuk mendekati Mariska, Mariska sudah memberitahunya kalau dia sepaket dengan Morin. Bagi Mariska, Morin adalah segalanya. Itulah salah satu hal yang membuat Mariska masih belum menemukan pengganti suaminya meskipun wanita itu sangat cantik, banyak pria yang mendekatinya mundur karena Mariska selalu mengutamakan Morin. Bahkan sering membatalkan janji kencan hanya untuk menemani Morin. 

Jadi sejak Donny dan Mariska mulai dekat sekitar 6 bulan lalu, Donny memperlakukan Morin dengan baik, dia berusaha menyenangkan Morin di setiap kesempatan. Mereka sering pergi bersama di hari minggu. Donny tidak keberatan Mariska sering membawa Morin saat mereka berkencan. menurutnya Morin bukan anak yang menyusahkan walaupun agak manja.

Pernah suatu kali Mariska bertanya mengapa dia begitu memanjakan Morin? Donny hanya menjawab kalau dia sedang latihan jadi ayah. Sehingga saat nanti waktunya jadi ayah, di bisa menjadi ayah siaga, selain suami siaga. Dan Mariska tersenyum malu malu mendengar jawaban itu.

“Morin” panggil Donny lembut. Jemarinya membelai rambut Morin, Morin makin mengeratkan pelukannya. 

Perlahan Donny melepaskan pelukan Morin, mengangkat dagu anak itu agar melihat ke wajahnya. Jemarinya mulai menghapus air mata yang masih terus mengalir seperti tidak akan berhenti. 

 “Morin masih punya Om Donny. Morin sayang Om Donny kan?” Morin mengangguk.

“Mama sudah bahagia bersama papa sekarang. Sekarang papa ada yang menemani, jadi papa di surga tidak kesepian.”

“Morin mau papa dan mama bahagia?” Morin mengangguk lagi.

“Mama dan papa ga bisa bahagia kalau Morin sedih dan menangis terus. Di surga, papa dan mama juga ikut menangis. Morin mau papa dan mama ikut sedih karena Morin sedih?” anak itu langsung menggeleng.

“Nah, sekarang papa sudah ada yang nemenin, jadi ga kesepian. Morin juga ada Om Donny dan mba Novi, jadi jangan sedih lagi ya sayang”

“Tapi, kan Om Donny bukan orang tua Morin, Om Donny juga ga tinggal sama Morin” keluh Morin.

"Morin ga punya siapa siapa lg, huaa..." air matanya mulai banjir lagi.

“Sssttt, jangan menangis sayang. Bagaimana kalau Morin anggap saja Om Donny sekarang papanya Morin. kan memang Om Donny selama ini berusaha jadi papa Morin." ucap Donny lembut. Mata Morin melebar, dia tidak menyangka kalau Donny akan mengatakan hal itu.

"Dan om Donny juga akan tinggal dengan Morin supaya Morin tidak kesepian.” lanjut Donny lagi. jemarinya masih terus menyeka air mata Morin.

"Om Donny bener akan menjadi papa Morin dan tinggal dengan Morin?" tanya Morin menyakinkan dirinya sendiri. Selama ini pria yang mendekati mamanya hanya baik padanya saat di depan ibunya. Mereka hanya menginginkan ibunya saja. Saat tidak ada ibunya, mereka mengabaikan Morin.

Donny terdiam, sebenarnya maksud Donny adalah menjadi pengganti papanya untuk mengurus anak itu. Dia memang menyayangi Morin, tapi ngak juga maksud dia jadi bapaknya Morin. 

Melihat Donny yang terdiam, Morin menangis lagi.

“Tuh kan, ga ada yang mau sama Morin. Morin mau ikut papa dan mama saja, huaaaa...” dia mendorong Donny dan kembali meraung.

Morin kebingungan dan ketakutan. Apa yang harus dia lakukan sekarang? dia tidak punya siapa siapa lagi. Apakah dia akan dimasukan ke panti asuhan? Waktu di kelas dua, ada teman sekolahnya yang kecelakaan saat liburan dengan orang tuanya, dan kedua orang tuanya meninggal. karena tidak punya kerabat, anak tersebut dimasukan ke panti asuhan. Sejak saat itu, dia tidak pernah bertemu temannya itu lagi.

Tubuh Morin mulai gemetar, dia ketakutan, benar benar ketakutan. Dia menggelengkan kepalanya terus, berusaha menghalau bayangan akan dibawa ke panti asuhan.

Donny Iba melihat Morin. Anak itu begitu ketakutan dan kebingungan, tangisnya begitu memilukan. 

“Ssttt, tenang ya sayang.. gapapa koq Morin anggap Om Donny papanya Morin” kata Donny menenangkan.

Mendengar perkataan Donny, Morin mulai berhenti gemetar, dia menatap Donny lama. Morin tiba tiba tersenyum sendu padanya, senyum pertama yang dia lihat dari semalam.

“Benar sekarang Om Donny jadi papa Morin?” Donny menggaguk pasrah. Nanti saja dia pikirkan bagaimana menjelaskan lagi ke Morin, yang penting sekarang Morin bisa tenang. Lagipula hari sudah semakin siang, mereka harus mengurus pemakaman Mariska.

“Sekarang Morin punya papa lagi” tawa anak itu di tengah tangisannya. Morin memeluk erat Donny, memastikan kalau ini kenyataan. Dia memang menyayangi Om Donny. Tapi sebelum bertemu Om Donny, mamanya pernah beberapa kali memperkenalkan teman prianya padanya. Tapi mereka tidak terlalu peduli pada Morin, mereka hanya peduli pada mama. Hanya Om Donny yang benar benar perhatian padanya.

Setelah Donny merasa Morin sudah tenang. Dia menjelaskan pada Morin kalau mereka harus mengurus Pemakaman Mariska dahulu. Morin akhirnya mau untuk disuruh mandi dan sarapan, sebelum kegiatan mereka pagi itu yang akan sangat sibuk.

****

Morin menatap pusara Ibunya masih dengan terisak dan berlinang air mata. Namun Morin berusaha tegar, dia tidak ingin membuat ayah dan ibunya di surga bersedih karena memikirkan dirinya.

"Mama, sekarang mama sudah bahagia di surga dengan papa ya. Papa sudah tidak kesepian sendiri lagi. Mama papa tidak perlu mengkhawatirkan Morin, Om Donny akan menjadi papa baru Morin, Om Donny akan menjaga Morin. Morin sayang mama dan papa" kata anak itu di tengah isakan tangisnya.

Dan Donny yang mendengar Morin mengatakan itu, menghela napas panjang. sekarang dia tidak bisa menarik kata katanya lagi, Morin mengatakannya di depan pusara ibunya. Bisa bisa arwah Mariska mengejar dirinya kalau dia berani mangkir.

Dan tiba tiba angin bertiup kencang di sekitar mereka. terdengar bunyi petir menggelegar walaupun sekarang langit terlihat cerah.

DHUAR!!

Donny merasa tubuhnya merinding, seperti ada angin yang bertiup disekitarnya. Dia menatap pusara Mariska horror. Walau tidak melihat apapun, dia sepertinya bisa merasakan kalau Mariska ada disana. Dan suara petir itu seperti menyegel janjinya untuk mengurus Morin seperti permintaan terakhir wanita itu.

Seperti tadi angin kencang tiba tiba bertiup, seperti itu juga angin itu tiba tiba menghilang. Meninggalkan Donny dengan dilemanya... Dengan Pak Andreas yang diam sedari tadi sebagai saksi.

Orang bilang, permintaan terakhir harus dituruti, kalau tidak arwah yang meninggal tidak bisa tenang dan pergi dari dunia ini. dan tentu saja mengganggu yang tidak menuruti, hihi.. 

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
kath-87
horror euy
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status