8 bulan kemudian... Karena permintaan Vladimir, Vicky dan Vanya akhirnya menetap di Rusia sampai tiba waktunya Vanya melahirkan nanti. Bima dan Utari juga tidak mempermasalahkan hal itu, rencananya Vicky dan Vanya baru ke Indonesia begitu usia kandungan Vanya memasuki bulan ke sembilan. Vicky memang sudah berniat agar saat Vanya melahirkan nanti bisa di dampingi oleh kedua orang tuanya. Selama Vicky dan Vanya berada di Rusia, Vincent di kirim ke Indonesia untuk menggantikan Vicky mengurus Dharma Prakarsa Grup. Alyona yang memiliki beberapa perusahaan di Singapura juga turut mengurus Grup perusahaan itu. Berkat kemampuan Kakak beradik ini, hanya dalam waktu enam bulan, Dharma Prakarsa Grup terbang tinggi dan menjadi salah satu Grup perusahaan terbesar di Indonesia. Setara dengan Grup Barata milik Gunnadi, dan juga Grup Adhitama milik Ezra sahabat Arthur dan Laras. Posisi Bimo dan Hendro di Dharma Prakarsa Grup di pulihkan oleh Dimas, ini juga atas permintaan langsung Arthur dan Lar
"Pak Barry, apa yang terjadi?" Vicky bertanya kepada pria yang sedang mengemudikan mobil karena kendaraan mereka yang tiba-tiba berhenti."Maaf Tuan Muda, sepertinya di depan kita ada tabrakan," jawab Barry sambil mencoba mencari celah agar kendaraan mereka bisa lewat."Oh ...," balas Vicky singkat, dia kembali bersandar di kursi sambil menatap kosong ke arah gedung-gedung yang menjulang tinggi.Beberapa menit kemudian akhirnya kendaraan yang berada di depan mereka mulai bergerak.Barry juga mulai menginjak pedal gas, perlahan kendaraan mereka mulai jalan diikuti beberapa mobil yang ikut terjebak di belakang mereka.Akhirnya Vicky bisa melihat kendaraan yang terlibat tabrakan, sebuah Mobil Mercedes hitam dan sebuah motor matik.Mobil Mercedes hitam itu terlihat mengalami kerusakan di bagian bumper kiri, dan terlihat goresan panjang dari pintu belakang sampai pintu depan, bumper depan mobil itu juga terlihat rusak karena menabrak pembatas jalan.Di depan mobil Mercedes itu samar-samar
Beberapa saat kemudian, mobil mereka sudah masuk ke dalam Tol Jagorawi, saat ini keadaan jalan tidak begitu ramai, sehingga mobil mereka bisa melaju dengan bebas.Sejak meninggalkan lokasi kecelakaan tadi, Vicky tidak lagi berbicara, dalam diam matanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong seakan pikirannya jauh di tempat lain.Keadaan hening ini membuat Vanya sedikit tidak enak, dia akhirnya berusaha membuka percakapan untuk memecah keheningan, di benaknya hanya itu yang bisa dia lakukan kepada pemuda yang telah menolongnya itu, dia setidaknya harus bersikap ramah dan bersahabat."Uhmm...." Vanya tampak ingin mengucapkan sesuatu, tapi belum sempat berbicara, dia langsung mengurungkan niatnya dan kejadian itu terjadi beberapa kali.Tentu saja Vicky menyadari hal tersebut, dia tahu saat ini wanita yang dia tolong sedang berusaha memulai pembicaraan untuk memecah keheningan, karena tidak ingin membuat Vanya semakin canggung, Vicky pun berinisiatif membuka pembicaraan terlebih dah
Di rumah sakit…"Tidak ada luka serius, mungkin nanti akan sedikit terasa nyeri di bagian tubuh yang terkena benturan," dokter memberikan penjelasan kepada Vanya yang sedang memeriksakan kondisinya.Vanya mengangguk pelan,"Terima kasih Dokter, kalau begitu aku izin pamit," ucapnya dengan nada sopan, setelah itu dia keluar dari ruangan dokter yang sudah memeriksanya.Di luar ruangan, Utari menunggu putrinya dengan cemas. Namun enggan untuk bertanya lebih jauh. Wanita paruh baya itu segera menghampiri Vanya begitu melihat sang putri keluar dari ruangan."Bagaimana hasilnya, Nak? Apa kata dokter? Apa kamu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja Ibu," balas Vanya disertai senyuman lembut kepada sang ibu.Utari menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu.""Ayo Ibu, aku akan memperkenalkan Ibu kepada Vicky." Ajak Vanya seraya menarik tangan sang ibu dengan semangat.“Iya… iya…” sahut Utari dan mengikuti langkah Vanya.Setibanya di lobi rumah sakit, Vanya melihat ke sekeliling lobi. Namun, di
Hati Vanya berbunga-bunga saat adegan di taman terus berputar di kepalanya. Adegan tersebut adalah momen ketika Vicky menciumnya. Bagi Vanya, ini adalah kali pertama ia menyukai seorang pria. Sejak ayahnya jatuh sakit dan bisnis keluarga mereka mengalami kemunduran, Vanya bertekad untuk fokus pada pendidikan dan karirnya untuk membantu keuangan keluarganya. Vanya tiba di depan ruangan tempat ayahnya dirawat. Ketika hendak membuka pintu, seorang dokter keluar dari ruangan tersebut. Vanya mengira mungkin itu hanya pemeriksaan rutin. Namun, begitu masuk, Vanya melihat kedua orang tuanya terlihat terkejut. "Ibu... Ayah... ada apa?" tanya Vanya kepada orang tuanya sambil menutup pintu. "Anakku," gumam Utari dengan suara yang bergetar. Ia terlihat kesulitan untuk melanjutkan kata-katanya. "Ibu, ada apa?" Vanya yang baru saja tiba menjadi panik saat melihat sikap ibunya. "Duduklah dulu, Vanya. Biar ayah yang memberitahumu," ucap Bima kepada putrinya sambil menunjuk kursi di sampin
BAB 5Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Vicky juga sudah menempati rumah mewah pemberian Kakek Efendi. Menurut apa yang telah disepakati, besok rencananya Vicky akan diumumkan menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Dharma Prakarsa Group.Hari ini Vicky berencana menghabiskan waktu dengan tunangannya, semenjak mereka bertunangan, ini akan menjadi pertemuan kedua mereka dan menjadi kencan pertama resmi mereka.Di halaman depan rumah mewah pemberian Kakek Efendi, terparkir mobil Honda Civic berwarna putih. Hari ini rencananya Vicky akan menggunakan mobil itu yang juga merupakan pemberian dari kakek Efendi.Hari ini Vicky mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu muda disertai sepatu sneakers berwarna putih. Setelah persiapan selesai, Vicky pun segera menuju mobil untuk menjemput Manda yang kini resmi menjadi tunangannya.Beberapa saat kemudian, Vicky sudah tiba disalah satu rumah mewah yang terletak di bagian Jakarta Selat
"Sialan! Sialan! Sialan!" Giyan terlihat sangat marah, dia baru saja dipermalukan oleh Vicky di depan Manda dan teman- temannya."Mengapa tadi kalian hanya diam saja dan tidak membantuku," ketusnya kepada kedua orang yang ikut bersamanya."Dia tadi hanya menggenggam tanganmu, aku kira kamu tidak membutuhkan bantuan kami," ucap Andre salah satu pria yang dibawa oleh Giyan."Apa kalian tidak lihat tadi bagaimana dia meremas tanganku, genggaman bocah itu sangat kuat," keluh Giyan sambil menunjukkan tangannya kepada Andre."Ah sialan! jika nanti aku bertemu Manda, akan kutiduri gadis itu walaupun aku harus menggunakan cara kekerasan, aku akan melihat seperti apa wajah bocah itu setelah dia mengetahui jika kesucian tunangannya sudah aku rebut," geram Giyan sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang tadi diremas Vicky.Walaupun Giyan terkenal berengsek dan sudah meniduri banyak wanita, dia masih belum pernah tidur dengan Manda. Itu karena dia berniat memikat gadis itu dengan berpura-pura me
"Vicky, kami pinjam tunanganmu dulu sebentar," ucap Dina sambil memegang lengan Manda, dia meminta izin kepada Vicky yang sedang asik membaca buku novel."Ayo Manda, di butik sebelah ada koleksi tas baru," seru Desi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Manda dengan lembut."Iya Manda, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar ‘kan Vicky?" Tanya Vony dengan sedikit mencibir.Vicky sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Manda kepadanya. Vicky merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Manda mulai bersikap aneh kepadanya."Tapi Vicky," ucap Manda sambil menatap Vicky."Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Vicky sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Manda yang terlihat tidak enak meninggalkannya sendirian."Baiklah, aku janji tidak akan lama," ucap Manda sambil tersenyum kepada Vicky.Beberapa saat setelah Man