Share

Chapter 5 | Manda, Tunangan Vicky

BAB 5

Seminggu berlalu sejak kejadian itu, Vicky juga sudah menempati rumah mewah pemberian Kakek Efendi. Menurut apa yang telah disepakati, besok rencananya Vicky akan diumumkan menjadi CEO di salah satu perusahaan milik Dharma Prakarsa Group.

Hari ini Vicky berencana menghabiskan waktu dengan tunangannya, semenjak mereka bertunangan, ini akan menjadi pertemuan kedua mereka dan menjadi kencan pertama resmi mereka.

Di halaman depan rumah mewah pemberian Kakek Efendi, terparkir mobil Honda Civic berwarna putih. Hari ini rencananya Vicky akan menggunakan mobil itu yang juga merupakan pemberian dari kakek Efendi.

Hari ini Vicky mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna putih, dipadukan dengan celana kain berwarna abu-abu muda disertai sepatu sneakers berwarna putih. Setelah persiapan selesai, Vicky pun segera menuju mobil untuk menjemput Manda yang kini resmi menjadi tunangannya.

Beberapa saat kemudian, Vicky sudah tiba disalah satu rumah mewah yang terletak di bagian Jakarta Selatan. Setelah memarkir mobil, dia lalu menuju ke pintu rumah mewah tersebut, seorang pria berumur 48 tahun sedang tersenyum dan menyapanya.

"Vicky... selamat datang, Nak," sapa pria itu menyambut Vicky disertai senyuman ramah, pria itu adalah Aditya Mahardika,ayah dari Manda Mahardika tunangannya.

"Paman Aditya," balas Vicky disertai gestur badan yang sedikit membungkuk.

"Ayo masuk, Nak! Sambil menunggu Manda mari kita berbincang di ruang tamu," ucap Aditya kepada Vicky.

"Iya Paman," balas Vicky singkat.

Ibunya Manda bergabung dengan mereka, tidak banyak yang bisa mereka bicarakan. Pembahasan mereka hanya seputar perusahaan yang akan di pimpin oleh Vicky. Aditya menyebut beberapa nama yang bekerja di perusahaan itu, dan mengatakan jika orang-orang yang dia sebut merupakan orang-orang kepercayaan Aditya.

Aditya juga mengatakan jika dirinya yang menjabat sebagai direksi di Dharma Prakarsa Grup akan selalu mendukung setiap kebijakan Vicky. Ibu Manda yang bernama Sheila tidak terlalu banyak bicara, dia hanya ikut mengangguk ketika suaminya menjelaskan terkait masalah perusahaan.

Beberapa saat kemudian Manda telah selesai, Vicky sendiri sempat terpesona ketika melihat gaya berbusana Manda saat ini, sewaktu di acara pertunangan mereka, Manda mengenakan gaun dan riasan yang cukup tebal dan terlihat tidak cocok jika digunakan oleh gadis seusianya.

Namun, saat ini gadis yang berumur 19 tahun itu hanya mengenakan riasan tipis. Gadis itu juga mengenakan gaun putih selutut dibalut dengan jaket berbahan jeans dan sepatu Slip on berwarna putih. Gaya kasual dan riasan sederhana itu membuat aura kecantikannya semakin terlihat.

Setelah berpamitan kepada kedua orang tua Manda. Vicky dan Manda pun meninggalkan rumah mewah itu.

"Jadi, kemana kita akan pergi?" tanya Vicky kepada Manda sambil tetap fokus mengemudikan mobil.

"Di Cafe Cool, aku akan mengenalkanmu kepada beberapa sahabatku,"ucap Manda sambil menoleh ke Vicky.

"Hmm... yang di daerah Kuningan? Baiklah," balas Vicky sambil tersenyum ke arah Manda.

Saat ini Manda benar-benar senang karena bisa jalan bersama dengan tunangannya. Dia juga bisa membayangkan ekspresi sahabatnya ketika mereka melihat Vicky. Di acara pertunangan mereka, sahabat Manda tidak hadir, bukan karena mereka tidak mau, tapi karena Kakek Manda, Efendi Mahardika membuat acara itu hanya bisa dihadiri kerabat dekat saja.

Manda sendiri sempat menolak rencana perjodohan ini, dia meminta kepada ayah dan ibunya agar tidak menerima rencana Kakeknya. Namun, tentu saja permintaan itu ditolak oleh kedua orang tuanya, karena di dalam keluarga Mahardika perintah dari Kakek Manda sebagai kepala keluarga harus dipatuhi.

Hal yang membuat Manda menentang rencana kakeknya karena waktu itu Kakek Manda mengatakan jika Vicky hanya berasal dari keluarga dengan latar belakang biasa saja. Tentu saja Manda langsung menolak saat mendengar itu. Apalagi saat itu Manda sudah dekat dengan seorang pemuda yang memiliki latar belakang keluarga kaya. Manda berpikir bagaimana bisa cucu dari pemegang saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Grup menikahi pria dengan latar belakang biasa saja.

Namun, ketika Kakek Manda menambahkan jika tunangannya itu nantinya akan menjadi kandidat terkuat yang akan mewarisi dan menjalankan usaha keluarga Mahardika. Manda mau tidak mau harus pasrah menerima rencana perjodohan itu.

Karena hal itu pula pada saat acara tunangan mereka, Manda sengaja memakai riasan yang cukup tebal dan mengenakan gaun yang tentu saja tidak terlihat cocok jika dipakai oleh gadis seumurannya.

Namun semua berubah ketika Vicky muncul di hadapannya, ternyata calon yang dipilih kakeknya sangat tampan, saat itu juga Manda langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan membuatnya menyesal menggunakan riasan dan gaun yang bodoh pada saat itu.

"Vicky, bisakah kamu menepikan mobilmu sebentar?" ucap Manda sambil menunjuk tempat kosong di depan sebuah ruko yang berada dipinggir jalan.

"Oke," jawab Vicky yang merasa heran dengan permintaan dari Manda. Apalagi posisi mereka saat ini sudah dekat dengan Cafe Cool, tempat janji bertemu dengan sahabatnya.

Vicky lalu menepikan mobilnya tepat di tempat yang tadi ditunjuk oleh Manda.

"Vicky sebelum aku menyampaikan ini, aku ingin meminta maaf terlebih dahulu," ucap Manda sambil menatap wajah Vicky dengan serius.

"Iya?!" balas Vicky yang semakin bertanya-tanya tentang hal penting apa yang akan disampaikan oleh Manda.

"Tiga orang sahabatku yang akan kita temui berasal dari keluarga yang cukup kaya," ucap Manda dengan nada lembut. Manda berusaha agar Vicky tidak merasa tersinggung.

"Lalu?" Vicky kembali bertanya kepada Manda karena bingung dengan apa yang disampaikan oleh tunangannya itu.

"Mereka orang yang memandang materi sebagai standar penilaian," Manda menjelaskan dengan nada pelan sambil memainkan jari-jarinya. Canggung dengan perkataannya sendiri.

"Hmm... tentu saja aku bukan orang yang seperti itu," sambungnya yang berusaha meyakinkan Vicky.

Vicky semakin bingung, kedua alisnya terangkat dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya. "Lalu?" tanya Vicky kepada Manda.

"Saat bertemu sahabatku nanti, aku akan memperkenalkanmu sebagai anak pengusaha dari luar negeri," kata Manda yang semakin merasa canggung.

"Hmm... Ini menarik" gumam Vicky dalam hati.

"Oke dan selanjutnya?" tanya Vicky yang sedikit tertarik dengan rencana Manda.

"Aku akan mengatakan kepada mereka jika keluargamu menjalankan bisnis kuliner di Amerika, dan sudah memiliki banyak cabang," ucap Manda sambil menunduk ketika menyampaikan permintaannya kepada Vicky.

Manda takut saat mendengar hal ini, Vicky akan marah dan membenci sahabatnya. Dan yang lebih parah lagi Manda takut jika Vicky sampai menganggap dirinya juga sebagai gadis mata duitan.

Namun Manda tetap harus menyampaikan hal ini, dia tidak mau jika nanti dia diremehkan oleh sahabatnya karena memiliki tunangan yang berasal dari latar keluarga biasa saja. Menurutnya, dia juga melakukan hal ini demi kebaikan Vicky agar sahabatnya yang hanya memandang materi dan latar belakang keluarga bisa menerima keberadaan Vicky.

"Hahaha!" Vicky tertawa mendengar apa yang Manda sampaikan.

Dalam hati dia berkata, "Tebakan Manda sudah sedikit benar, memang aku berasal dari keluarga pengusaha di luar negeri, namun bukan Amerika tapi Rusia, dan tentu saja juga bukan bisnis kuliner."

Manda sedikit takut ketika mendengar Vicky tertawa, dia takut apa yang dia khawatirkan benar terjadi.

"Ahh... maaf...," ucap Vicky.

Dia lalu menoleh ke Manda dan mengatakan, "Baiklah Nona Manda aku akan menuruti permintaanmu."

Mendengar itu Manda tersenyum bahagia, dia sudah bingung akan bagaimana jika Vicky tidak menyetujui rencananya. Manda langsung melingkarkan tangannya di leher Vicky dan mencium pipi Vicky.

"Terima kasih sayangku," ucap Manda lembut yang membuat Vicky sedikit terkejut mendapat ciuman di pipinya.

"Baiklah... mari kita temui sahabatmu," ucap Vicky.

Setelah itu mereka menuju Cafe Cool tempat di mana Manda sudah membuat janji dengan sahabatnya.

***

Sedangkan di kediaman Aditya, "Bukankah calon menantu kita sangat tampan," ucap Sheila sambil meletakkan secangkir kopi di meja ruang tamu.

"Apa gunanya tampan kalau hanya berasal dari keluarga yang tidak jelas," ketus Aditya menanggapi perkataan istrinya, Aditya terlihat kesal, dia tidak membaca dan terlihat hanya membolak-balik surat kabar yang sedang berada di tangannya.

Sheila hanya diam menanggapi perkataan suaminya dia lalu duduk tepat di samping suaminya.

Dengan perasaan yang sangat kesal, Aditya melempar surat kabar yang sedang dia baca ke meja.

"Aku tidak mengerti apa yang ada di kepala ayahku, bagaimana mungkin dia mengangkat anak yang tidak jelas asal usulnya menjadi kandidat penerus keluarga," ketus Aditya.

"Apakah di matanya aku benar-benar tidak dianggap!" Teriak Aditya yang bertanya kepada dirinya sendiri.

Beberapa tahun lalu Aditya sempat menduduki posisi CEO di perusahaan yang rencananya akan dipimpin oleh Vicky. Namun setelah beberapa saat menjabat, kondisi perusahaan semakin buruk. Hal itu yang membuat Effendi menunjuk Hendro Mahardika yang merupakan Kakak Aditya, untuk menggantikan Aditya sebagai CEO.

Aditya sendiri ditunjuk masuk ke dalam direksi, walaupun di atas kertas dia dipromosikan. Dia merasa kesal karena dia tahu, bahwa dia berikan posisi itu hanya karena dia adalah anak pemegang saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Grup, dari segi kinerja Aditya dianggap tidak becus dalam mengurus perusahaan.

Hendro Mahardika yang merupakan Kakak Aditya adalah anak yang diadopsi oleh Effendi ketika Effendi dan mendiang istrinya belum memiliki anak. Mereka mengadopsi Hendro yang pada saat itu berumur 2 tahun, ternyata setelah beberapa bulan akhirnya istrinya hamil dan lahirlah Daffin.

Setelah ditunjuk untuk memimpin perusahaan yang hampir hancur di tangan Aditya. Hendro menunjukkan kinerja yang memuaskan, perusahaan yang dipimpin olehnya semakin membaik, beberapa tahun di bawah kepemimpinannya perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan yang cukup di pandang di Indonesia.

Namun beberapa saat lalu, Hendro Mahardika terbukti melakukan penggelapan dana perusahaan, Hendro berusaha mengelak, namun bukti berkata lain.

Effendi marah dan kecewa kepada Hendro Mahardika, Effendi memecat Hendro dan menghapusnya dari keluarga Mahardika.

Tentu saja Hendro tidak melakukan tindakan tercela itu, itu semua adalah rekayasa dari Aditya yang dibantu oleh orang-orang kepercayaannya untuk melengserkan Hendro dari jabatannya.

Dengan begitu dia bisa menguasai perusahaan dengan omzet ratusan milyar itu, namun Aditya harus kembali kecewa ketika Effendi ternyata menyerahkan perusahaan dengan omzet ratusan milyar itu ke Vicky, anak bawang yang tidak jelas asal usul keluarganya.

"Sabar sayang, bukankah nanti Vicky akan menjadi menantu kita?" ucap Sheila kepada suaminya.

Aditya langsung menoleh ke arah istrinya, dia tahu jika ada maksud lain dari perkataan yang baru saja diucapkan istrinya.

"Bukankah jika Vicky menjadi CEO di tempat itu, kita bisa menyetelnya seperti boneka?" sambung Sheila sambil menyunggingkan bibirnya.

Ucapan Sheila memberi Aditya angin segar, ekspresi wajah Aditya langsung kembali bersemangat.

"Haha...Benar istriku, orang tua busuk itu juga sudah sakit. Entah berapa lama lagi dia bertahan, ketika dia sudah tidak ada. Aku tinggal menendang Vicky seperti aku menendang Hendro," ujar Aditya diselingi tawa sambil menepuk-nepuk bahu istrinya.

"Mereka berdua sama-sama berasal dari keluarga tidak jelas, sudah sepantasnya mereka bernasib sama," sahut Sheila yang disambut tawa suaminya.

Vicky dan Manda sudah tiba di Cafe Cool. Begitu turun dari mobil, Manda langsung menggandeng tangan Vicky dengan mesra. Vicky juga tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, menurutnya wajar saja Manda bersikap seperti itu, toh Manda juga adalah tunangannya.

Begitu masuk, tiga orang gadis menyambut mereka, Manda juga langsung melambaikan tangannya ke arah di mana ketiga gadis itu duduk. Dia lalu menarik tangan Vicky dengan lembut untuk mempercepat langkah mereka.

Ketiga gadis itu bernama, Dina, Vony dan Desi. Mereka bertiga mempersilahkan Manda dan Vicky duduk, setelah itu mereka mulai memperkenalkan diri kepada Vicky.

"Gila Manda! Tunangan kamu tampan sekali!" seru Dina kepada Manda tanpa berusaha menyembunyikannya, kedua sahabat Manda juga mengangguk mengiyakan perkataan Dina.

"Dia pasti keturunan bule, matanya sangat indah," ucap Vony yang juga mengagumi ketampanan tunangan Manda.

"Ahh... Manda kamu beruntung sekali," ucap Desi.

Mendengar pujian dari ketiga gadis di depannya, Vicky hanya bisa tersenyum. Dia bingung harus bagaimana menanggapi pujian dari ketiga gadis itu.

Manda tersenyum bangga, Manda merasa puas dengan pujian yang diberikan sahabatnya kepada Vicky.

"Dia pastinya anak keluarga kaya raya," ucap Dina bertanya kepada Manda mengenai status Vicky.

"Hei tentu saja Vicky anak keluarga kaya," balas Desi.

"Iya, tidak mungkin keluarga Mahardika menerima orang yang tidak jelas asal-usulnya," sambung Desi sambil menoleh ke arah Dina.

"Jadi bisnis apa yang dijalankan keluarga calon suamimu?" tanya Vony kepada Manda, kedua temannya juga langsung menoleh ke Manda, menunggu jawaban yang akan diberikan Manda.

"Ohh... itu...," ucap Manda terbata-bata.

"Vicky berasal dari Amerika, keluarganya menjalankan usaha kuliner di sana. Dan sudah memiliki cabang di beberapa tempat di Amerika," sambung Manda dengan nada yang sedikit kikuk.

"Wow, luar biasa!” seru ketiga teman Manda secara bersamaan sambil menoleh ke arah Vicky yang langsung dibalas senyuman olehnya.

Vicky sendiri ingin tertawa mendengar jawaban Manda dan juga ekspresi teman-teman Manda, dalam hati dia berkata "Sejak kapan keluargaku menjalankan bisnis di Amerika."

Setelah itu, ketiga teman Manda kembali memberikan banyak pertanyaan kepada Manda. Mulai dari rencana menikah, tinggal di mana setelah menikah, sampai berapa jumlah anak pun mereka tanyakan kepada Manda, Manda sendiri terlihat meladeni satu-persatu pertanyaan dari sahabatnya.

Sedangkan Vicky hanya mengangguk, dan sesekali berkata iya menanggapi pertanyaan dari teman-teman Manda yang seperti tidak ada habisnya.

Ketika Manda dan sahabatnya sibuk berbicara, dari arah pintu masuk terlihat tiga pemuda yang berumur sekitar 25 tahun masuk dan langsung menuju ke tempat Vicky.

Melihat pria yang baru saja masuk, Manda terlihat kaget dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Begitu juga dengan teman-teman Manda yang ikut terkejut melihat sosok pria yang menghampiri mereka.

"Giyan?" ucap Manda kepada Giyan yang sudah berdiri di samping meja mereka.

"Hai Manda, apa kabar sayang?" Balas pria itu kepada Manda

Vicky terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut pria itu. Dia menoleh ke pria itu dan menatap pria itu dengan satu alisnya yang terangkat.

"Sayang?" ucap Vicky, dia lalu menoleh ke arah Manda yang sudah terlihat panik.

Ketiga teman Manda juga terlihat panik sewaktu Giyan mengucapkan hal itu.

"Giyan, mengapa kamu berada disini?" tanya Manda kepada Giyan yang sedang menatap Vicky dengan arogan.

"Hei, aku dengar kamu sedang jalan bersama tunanganmu, tentu saja aku datang untuk menyapa dan berkenalan dengan tunanganmu," balas Giyan dengan nada angkuh.

"Aku ingin melihat sosok orang yang telah membuat kamu meninggalkanku," ucapnya yang lagi-lagi menatap Vicky dengan tatapan angkuh.

"Aku mengira jika sosok calon suami kamu adalah orang yang mapan, ternyata dugaanku salah. Tunanganmu hanya bocah bau kencur, aku sangat heran dengan pilihan kakekmu," sambungnya sambil menoleh ke arah dua pria di belakangnya yang langsung disambut tawa oleh kedua pria itu.

"Menarik," gumam Vicky dalam hati sambil menyilangkan kedua lengannya.

"Giyan kita sudah putus, aku sudah tidak mencintai kamu lagi!" Teriak Manda sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Hah? Bukankah kamu berjanji kepadaku akan menolak rencana perjodohanmu dengan anak bau kencur ini!" sahut Giyan yang sudah terlihat marah.

Manda semakin terlihat panik ketika Giyan mengatakan hal tersebut.

Vicky sendiri masih duduk dalam diam, dia terlihat sedikit tertarik dengan kata MENOLAK yang baru saja dikatakan oleh pra angkuh di depannya. Dia juga tidak berusaha melerai Manda dan Giyan, menurutnya itu hanya dua mantan kekasih yang sedang terlibat pertengkaran.

"Giyan! Diam!" Bentak Manda yang juga mulai terlihat marah.

"Kamu meninggalkanku demi anak yang tidak jelas asal-usulnya ini? Kamu kira aku tidak tahu latar belakang tunanganmu?" hardik Giyan sambil menunjuk Vicky.

Mendengar itu, Manda sudah tidak bisa menutupi ekspresi terkejutnya. Dia tidak menyangka jika mantan kekasihnya mengetahui sampai sebanyak itu.

Sama halnya dengan ketiga sahabatnya, melihat ekspresi Manda, mereka yakin jika Manda sedang menyembunyikan sesuatu.

Vicky tentu saja juga ikut terkejut, sepengetahuan Vicky, yang mengetahui itu hanya keluarga Manda. Jadi Vicky mengambil kesimpulan jika ada seseorang di antara keluarga Manda yang menyampaikan hal itu kepada Giyan.

"Bagaimana Giyan bisa tahu hal itu," batin Manda dalam hati.

"Giyan...Aku mohon berhenti," ucap Manda dengan nada memelas.

Di pikiran Manda saat ini, percuma berdebat dengan Giyan, jika semakin diteruskan. Manda takut jika sahabatnya semakin curiga dan akhirnya mengetahui jika dia berbohong tentang latar belakang Vicky kepada mereka.

"Baiklah, tapi kamu harus menemuiku untuk menyelesaikan hubungan kita secara baik-baik," balas Giyan kepada Manda.

Manda menoleh ke arah Vicky yang masih duduk terdiam, Manda berpikir mungkin Vicky takut. Apalagi Giyan datang bersama dua temannya, oleh karena itu Manda merasa Vicky tidak akan marah dan akan mengerti jika dia menyetujui permintaan Giyan untuk bertemu dengannya.

"Baiklah," ucap Manda sambil mengangguk, dan benar saja, ternyata Vicky tidak melarangnya. Vicky masih tetap diam dan tidak menanggapi hal itu.

Giyan juga berpikir hal yang sama, dia merasa jika bocah tunangan Manda sepertinya ketakutan dan tidak berani berbicara. Oleh karena itu terbesit di kepalanya sebuah ide untuk mempermalukan Vicky di depan teman-teman Manda.

"Oke sayang," balas Giyan sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Manda. Manda juga terlihat tidak menghindar, Manda hanya berharap Giyan segera pergi dan meninggalkan mereka.

Namun tepat sebelum menyentuh dagu Manda, dengan posisi yang masih duduk di kursi. Vicky menangkap tangan Giyan dan meremasnya dengan kuat. Hal itu membuat Giyan meringis kesakitan, dengan mata melotot dan kepala yang sedikit dimiringkan, Vicky berkata "Apa yang ingin kamu lakukan?!"

Tentu saja itu membuat semua orang terkejut, sejak tadi ketika Giyan dan Manda berdebat Vicky terlihat tidak peduli. Namun saat ini Vicky terlihat sangat marah, tatapannya saat ini penuh dengan aura membunuh.

Vicky lalu berdiri, dan menatap wajah Giyan.

"Sejak tadi kamu berbicara dengan Manda, aku tidak pernah ikut campur, menurutku kalian memang perlu menyelesaikan masalah di antara kalian dan aku tidak berhak untuk ikut campur dalam hal itu.

Namun saat ini kamu sedang melanggar batas, saat ini status Manda sudah berbeda, ketika kamu masih bersamanya, kamu bebas menyentuhnya, namun saat ini! Dia Tunanganku! Dia wanitaku! jadi ketahuilah tempatmu.”

Vicky terus meremas tangan Giyan.

Giyan yang kesakitan berusaha menarik tangannya namun tidak berhasil, Vicky sendiri tidak berniat melepaskan tangan yang mencoba menyentuh wanitanya.

Kedua pria yang dibawa oleh Giyan mendekat, Manda sendiri sempat terperanjat karena melihat Vicky yang tiba-tiba bertindak seperti itu. Tapi ketika melihat dua orang yang dibawa Giyan mulai mendekat, Manda langsung segera memeluk lengan Vicky.

"Vicky... sudah," ucap Manda dengan nada memohon.

Mendengar permintaan Manda, Vicky langsung melepas tangan Giyan, bukan karena Vicky takut jika harus bertarung dengan ketiga orang itu, dia hanya menghargai permintaan dari tunangannya.

Begitu terlepas, Giyan ingin menyerang Vicky, namun Manda dengan sigap menghentikannya.

"Giyan !! Kumohon berhenti!!" Lagi-lagi Manda terpaksa harus kembali memohon kepada Giyan.

"Ah... sial!" ucap Giyan sambil memukul meja yang berada di depannya, dia lalu menatap Vicky dan berkata,

"Kamu beruntung bocah, jika bukan karena Manda, aku pasti akan menghajarmu sampai babak belur!" Teriaknya dengan marah sambil berbalik pergi meninggalkan tempat itu bersama kedua temannya.

Vicky tersenyum sinis mendengar ucapan Giyan, dalam hati dia berkata, "Hah... justru kamu yang beruntung."

Setelah Giyan keluar dari Cafe, Manda lalu menarik lengan Vicky dengan lembut dan memintanya kembali duduk.

“Duduklah,” ucapnya singkat kepada Manda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status