"Sialan! Sialan! Sialan!" Giyan terlihat sangat marah, dia baru saja dipermalukan oleh Vicky di depan Manda dan teman- temannya.
"Mengapa tadi kalian hanya diam saja dan tidak membantuku," ketusnya kepada kedua orang yang ikut bersamanya.
"Dia tadi hanya menggenggam tanganmu, aku kira kamu tidak membutuhkan bantuan kami," ucap Andre salah satu pria yang dibawa oleh Giyan.
"Apa kalian tidak lihat tadi bagaimana dia meremas tanganku, genggaman bocah itu sangat kuat," keluh Giyan sambil menunjukkan tangannya kepada Andre.
"Ah sialan! jika nanti aku bertemu Manda, akan kutiduri gadis itu walaupun aku harus menggunakan cara kekerasan, aku akan melihat seperti apa wajah bocah itu setelah dia mengetahui jika kesucian tunangannya sudah aku rebut," geram Giyan sambil menggoyang-goyangkan tangannya yang tadi diremas Vicky.
Walaupun Giyan terkenal berengsek dan sudah meniduri banyak wanita, dia masih belum pernah tidur dengan Manda. Itu karena dia berniat memikat gadis itu dengan berpura-pura menjadi pria yang baik.
Butuh waktu lama sampai Manda bisa menerimanya sebagai kekasih. Giyan mendekati Manda bukan hanya karena kecantikannya, tapi juga karena status keluarga Mahardika yang dikenal sebagai pemilik saham kedua terbesar di Dharma Prakarsa Grup, grup yang menaungi beberapa perusahaan besar di Jakarta.
Walaupun kaya, keluarga Giyan masih berada di bawah level keluarga Mahardika, hal itu yang menyebabkan Giyan rela menahan birahinya untuk meniduri Manda.
Ayah Manda dan Ayah Giyan sudah bersahabat dari dulu, ayah Giyan juga ikut membantu menyusun rencana melengserkan Hendro Mahardika yang menempati posisi CEO waktu itu.
Rencananya setelah Hendro lengser, Aditya akan merekomendasikan Giyan anak dari sahabatnya itu menjadi CEO sekaligus menjadi suami dari Manda, dengan begitu Aditya dapat menguasai perusahaan yang beromzet milyaran tersebut, namun kedatangan Vicky mengacaukan rencana jahat mereka.
Informasi tentang Vicky yang berasal dari keluarga biasa saja juga Giyan dapatkan dari Aditya, karena merasa masih mendapatkan dukungan dari ayah Manda, Giyan dapat menahan diri untuk tidak bertindak nekat.
Tapi kali ini Giyan sudah tidak bisa menahan amarahnya, dia sudah berniat menikmati tubuh Manda , tubuh gadis yang telah dia idam-idamkan selama ini.
"Mungkin kita bisa langsung membalasnya," ucap Randy salah satu pria yang ikut dibawa oleh Giyan.
Andre dan Giyan langsung menoleh begitu mendengarkan ucapan Randy.
"Bagaimana caranya? Apa kamu berniat untuk menculik Manda?" Tanya Giyan mencoba menebak isi kepala Randy.
"Tentu saja tidak, bukankah dia nantinya akan menjadi istrimu, mana mungkin aku mengusulkan ide yang bodoh seperti itu," Jawab Randy.
"Lalu apa idemu?" Tanya Andre yang ikut penasaran dengan rencana dari Randy.
"Andre, tadi kamu dapat melihat jika tunangan Manda cukup kuat ‘kan? Aku sendiri merasa jika dia mampu melawan kita bertiga," ucap Randy bertanya kepada Andre dengan wajah serius.
"Hei apa yang kamu katakan, aku ini juara Tae Kwon Do dimasa kuliah dulu, bukankah kamu juga mengetahui hal itu?" Balas Andre dengan percaya diri.
"Iya, tunangan Manda masih bocah kencur, walaupun memiliki badan yang sedikit lebih tinggi, tidak mungkin dia bisa menghadapi kita bertiga." Giyan juga ikut meyakinkan Randy yang terlihat ragu.
"Teman, aku ini besar di jalanan, perkelahian bukan hal baru bagiku, aku juga sudah terbiasa tidur di jalanan, jadi katakan saja apa idemu?" Kata Andre.
"Baiklah sini mendekat biar kusampaikan ide cemerlangku."
Randy menyampaikan idenya kepada Andre dan Giyan, setelah mendengar ide dari Randy. Andre dan Giyan mengangguk sambil tersenyum, tanda mereka setuju dengan ide Randy, Setelah itu mereka mulai menjalankan rencananya.
*****
Saat ini Manda sedang bahagia, bukan tanpa sebab, dia kembali teringat kata-kata Vicky, Dia Wanitaku dan Dia Tunanganku. Hal itu membuat Manda yakin jika Vicky sudah sangat mencintainya, Vicky bahkan siap bertarung melawan 3 orang demi dirinya.
Dengan percaya diri Manda merasa sudah mendapatkan Vicky, bahkan Giyan harus mengejarnya berbulan-bulan sampai Manda mau menerima cintanya.
Pria yang berumur 6 tahun lebih tua darinya itu tergila-gila akan kecantikannya, menurutnya sudah hal wajar jika hanya butuh waktu seminggu bagi pemuda seperti Vicky untuk langsung jatuh cinta kepadanya.
Vicky sendiri tidak terlalu pusing dengan kejadian tadi, dia terlihat asik membaca buku novel yang disediakan di cafe itu, sedangkan teman-teman Manda sibuk memandangi layar ponsel di tangan Vony.
[Giyan] : Vony, ini aku Giyan.
Vony lantas menunjukkan pesan yang dia terima kepada Dina dan Desi.
[Giyan] : Apa kalian masih bersama Manda?
[Vony] : Iya, ada apa?
[Giyan] : Apakah kalian tahu latar belakang tunangan Manda?
Ketiga gadis itu saling menatap, mereka sudah curiga sewaktu Manda terlihat panik ketika Giyan membahas masalah latar belakang keluarga Vicky.
[Vony] : Bukankah dia anak pengusaha kuliner dari Amerika?
[Giyan] : Haha, apakah Manda yang mengatakan itu kepadamu?
[Vony] : Iya... Manda sendiri yang mengatakan itu.
[Giyan] : Tentu saja Manda berbohong, latar belakang tunangannya itu dari keluarga biasa saja, mungkin bisa jadi dia hanya gembel yang dipungut oleh Kakek Manda, bukankah Kakek Manda Hobi melakukan itu?
Ketiga teman Manda tampak kaget membaca pesan yang dikirim oleh Giyan. Ketiga temannya juga tahu jika dulu Kakek Manda pernah mengadopsi anak yang juga berasal dari keluarga tidak jelas.
[Vony] : Hei jangan bercanda, mana mungkin pria tampan seperti Vicky berasal dari keluarga gembel, dari mana kamu mendapatkan informasi ini?
[Giyan] : Ayah Manda sendiri yang memberitahukan itu kepadaku, kalian tentu saja sudah tahu jika ayahku dan ayahnya Manda bersahabat.
Ekspresi ketiga teman Manda kembali terkejut, dia tidak menyangka jika pria yang dikenalkan Manda ini, hanya gembel yang dipungut oleh kakeknya Manda.
Seperti yang dikatakan Manda kepada Vicky, ketiga sahabatnya ini hanya menghormati orang dengan latar belakang keluarga kaya, dalam lingkaran pertemanan mereka, mereka tidak menerima orang dari keluarga biasa saja.
Tentu saja Giyan juga mengetahui hal tersebut, karena itulah Giyan ingin memanfaatkan Vony dan kedua sahabatnya dalam menjalankan aksinya.
Manda melihat gerak-gerik aneh dari sahabatnya, Manda mencoba untuk mencari tahu, namun Dina dan Desi segera mengalihkan perhatian Manda.
[Vony] : Apakah informasi ini bisa dipercaya?
[Giyan] : Tentu saja, aku berani menjamin kebenarannya.
[Vony] : Jadi apa maumu? Tidak mungkin kamu menghubungiku hanya untuk menyampaikan itu.
[Giyan] : Bantu aku untuk membalas rasa sakit hatiku kepada tunangan Manda.
Setelah itu Giyan memberitahu rencananya kepada Vony.
Sebelum pulang, Vony, Dina dan Desi akan mengajak Manda membeli tas branded di butik yang terletak di samping Cafe Cool.
Giyan meminta Vony dan temannya untuk menahan Manda setidaknya selama 30 menit.
Vony sempat ragu menerima tawaran itu, namun Giyan meyakinkan jika dia tidak akan berlebihan ketika menghajar Vicky. Dan itu hanya untuk memberi Vicky pelajaran karena sudah mempermalukan dirinya.
Giyan juga berjanji akan memberikan hadiah kepada Vony dan dua temannya yang ikut membantu.
[Vony] : Oke, aku akan membantumu silahkan beri pelajaran kepada pria gembel ini.
"Vicky, kami pinjam tunanganmu dulu sebentar," ucap Dina sambil memegang lengan Manda, dia meminta izin kepada Vicky yang sedang asik membaca buku novel."Ayo Manda, di butik sebelah ada koleksi tas baru," seru Desi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Manda dengan lembut."Iya Manda, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar ‘kan Vicky?" Tanya Vony dengan sedikit mencibir.Vicky sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Manda kepadanya. Vicky merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Manda mulai bersikap aneh kepadanya."Tapi Vicky," ucap Manda sambil menatap Vicky."Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Vicky sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Manda yang terlihat tidak enak meninggalkannya sendirian."Baiklah, aku janji tidak akan lama," ucap Manda sambil tersenyum kepada Vicky.Beberapa saat setelah Man
Dharma Prakarsa Grup merupakan grup yang menaungi beberapa perusahaan besar. Jika di gambarkan mungkin akan seperti ini.Keluarga Dharma memiliki saham sebesar 68%, disusul Keluarga Mahardika sebanyak 20%, dan gabungan beberapa keluarga lainnya sebanyak 12%.Prakarsa Wira Kanigara merupakan salah satu Perusahaan besar yang dinaungi Dharma Prakarsa Grup, perusahaan ini yang akan di pimpin oleh Vicky ke depannya.Keluarga Mahardika milik Manda hanya diberikan kewenangan untuk memilih CEO di perusahaan Prakarsa Wira Kanigara. Dan untuk perusahaan lainnya yang berada di bawah naungan grup itu, hak penunjukan CEO berada di tangan keluarga Dharma sebagai pemegang saham mayoritas di Dharma Prakarsa Grup.Hal itu yang membuat Aditya Mahardika sangat bernafsu ingin menguasai Prakarsa Wira Kanigara, karena Aditya sadar jika perusahaan lainnya tidak bisa diganggu.Vicky sendiri adalah cucu laki-laki pertama keluarga Dharma dari jalur Ibunya. Kakeknya bernama Dimas Dharma yang merupakan sahabat
Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita.Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya."Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini wanita murahan! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca.Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita.Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky.Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita."Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky."Tentu saja untuk-"Belum s
Devita melirik jam tangan yang berada di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, sudah 5 jam mereka terus bekerja. Ini adalah pertama kali bagi dia sesibuk itu di kantor, Devita merenggangkan badannya sambil memijat sendiri lehernya yang terasa sedikit tegang.Vicky yang baru saja meletakkan tumpukan dokumen yang telah Devita sortir terlihat berjalan menghampiri Devita, dengan lembut dia menawarkan diri untuk memberi pijatan kecil ke leher Devita."Sini kubantu," ucap Vicky sambil menyentuh leher bagian belakang Devita. Dia sadar jika hari ini Devita sudah bekerja keras dengan menyortir tumpukan dokumen penting seorang diri, sedangkan dia yang masih belum terbiasa dengan berbagai jenis dokumen, hanya membantu Devita memindahkan tumpukan dokumen itu."Tidak usah Pak Vicky," balas Devita menolak halus tawaran dari Vicky."Sudah, tidak apa-apa, kamu memang membutuhkan ini, sejak tadi kamulah yang paling bekerja keras, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku," ucap
"Devita kalau begitu kami duluan," ucap Vicky sambil melambaikan tangannya. Di sampingnya terlihat Manda yang merangkul mesra lengannya dan juga mengucap pamit kepada Devita."Kak Devita, kami duluan ya." Ucap Manda yang juga melambaikan tangannya ke Devita."Iya Pak Vicky dan Nona Manda, hati-hati di jalan." Devita terlihat membalas sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.Tak lama setelah itu, Vicky dan Manda sudah tidak terlihat lagi. Devita sendiri masih tetap tinggal di kantor, dia ingin menyelesaikan surat perjanjian jual beli untuk transaksi yang baru saja mencapai kesepakatan, ketika sedang memasukkan data produk, Bastian tiba-tiba menghampirinya."Devita, kamu sebentar jangan pulang dulu, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan beberapa dokumen," ucap Bastian sambil menatap Devita dengan tatapan mesum."I-Iya Pak," balas Devita dengan raut wajah sedih.Dua jam berlalu dengan cepat, satu-persatu karyawan lain sudah meninggalkan kantor. Kini hanya Devita, Lili yang m
Sejak dari kantor Devita terus melamun, bahkan ketika Vicky berbicara dengan Barry melalui telepon, Devita sama sekali tidak menyadarinya. Pikirannya terus mengingat kejadian buruk yang baru saja menimpanya. “Devita....” Suara Vicky menyadarkan Devita dari lamunannya. Devita melihat situasi di sekitarnya dan langsung terkejut saat mengetahui jika dia berada di depan Luxury Diamond Hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 di Kota Jakarta. Vicky membuka pintu, dan membantunya keluar dari mobil, dengan lembut Vicky merangkul tubuhnya sambil berjalan menuju pintu masuk Hotel. Ketika masuk, beberapa pria dan wanita asing terlihat menyambut mereka dengan sangat sopan, hal itu tentu saja membuat Devita semakin bingung. Dalam hati dia bertanya, “Apakah pelayanan Hotel mewah memang seperti ini.” Devita sendiri sudah beberapa kali mendatangi Hotel bintang 5 karena urusan pekerjaan. Beberapa customer asing, pemilik atau pejabat di perusahaan yang melakukan transaksi dengan Prakarsa Wira Kani
Vanya melirik jam tangan yang ia kenakan, dia terlihat gugup. Hari ini dirinya kembali menginjakkan kaki ke showroommobil milik Eddy untuk mengambil beberapa barang pribadi miliknya yang masih berada di tempat Eddy. Vanya sendiri sebenarnya sudah malas untuk kembali kesini, walaupun sudah seminggu berlalu, dia masih tetap merasa kesal terhadap atasannya itu.. “Vanya!” Teriak Eddy yang berada di depan pintu masuk showroom dengan wajah yang terlihat sangat marah. Ini adalah hari yang sudah Eddy nantikan, dia akhirnya bisa melampiaskan amarahnya kepada Vanya. Orang yang waktu itu membantu Vanya sudah tidak ada, Eddy bermaksud mempermalukan Vanya di hadapan karyawan lain. Dia ingin Vanya menjadi contoh bagi karyawan yang berani melawannya. Dengan berat Vanya melangkahkan kakinya menghampiri Eddy, dirinya juga sudah siap bahkan jika harus mendapat caci maki dari bosnya itu. Namun, ketika sudah berada tepat di depan Eddy, Vanya sedikit kebingungan melihat ekspresi wajah Eddy yang terlih
“Apa Vicky sudah datang?” tanya seorang pria pada salah satu karyawan di kantor Vicky.“Belum Pak,“ jawab wanita itu.“Bagaimana dengan Devita?” Tanya pria itu kembali.Karyawan wanita tersebut kembali menjawab, “Sama Pak, Ibu Devita juga belum tiba.”“Apa-apaan perusahaan ini, aku sedang membawa dokumen untuk transaksi 314 Milyar dan orang yang bertanggung jawab bahkan belum tiba!” keluh pria itu dengan sikap arogan.Pria itu bernama Anton, dia bekerja sebagai manager pembelian di perusahaan yang kemarin berhasil mencapai kesepakatan transaksi dengan Vicky. Hari ini dia ditugaskan oleh perusahaannya untuk mengurus transaksi itu. Anton juga berteman dengan Bastian dan Aditya, karena merasa berteman dengan dua petinggi di perusahaan yang dipimpin Vicky membuat Anton merasa sombong. Apalagi Anton juga mengetahui jika Vicky berstatus calon menantu dari Aditya yang juga adalah kenalannya.Anton tentu saja juga sudah menghubungi Bastian, namun Bastian beralasan bahwa dia tidak bisa masuk k