Tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Vicky untuk menguji Devita.Mendengar ucapan Vicky, Devita langsung berdiri dari duduknya."Pak Vicky! Apa kamu pikir aku ini wanita murahan! Pak Vicky memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Vicky katakan sudah keterlaluan," seru Devita dengan mata berkaca-kaca.Setelah melihat respon dari Devita, Vicky lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting dengan Devita.Setelah itu Vicky menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.Devita masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah. Setelah Vicky mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Devita sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Vicky.Vicky kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Devita."Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Vicky."Tentu saja untuk-"Belum s
Devita melirik jam tangan yang berada di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, sudah 5 jam mereka terus bekerja. Ini adalah pertama kali bagi dia sesibuk itu di kantor, Devita merenggangkan badannya sambil memijat sendiri lehernya yang terasa sedikit tegang.Vicky yang baru saja meletakkan tumpukan dokumen yang telah Devita sortir terlihat berjalan menghampiri Devita, dengan lembut dia menawarkan diri untuk memberi pijatan kecil ke leher Devita."Sini kubantu," ucap Vicky sambil menyentuh leher bagian belakang Devita. Dia sadar jika hari ini Devita sudah bekerja keras dengan menyortir tumpukan dokumen penting seorang diri, sedangkan dia yang masih belum terbiasa dengan berbagai jenis dokumen, hanya membantu Devita memindahkan tumpukan dokumen itu."Tidak usah Pak Vicky," balas Devita menolak halus tawaran dari Vicky."Sudah, tidak apa-apa, kamu memang membutuhkan ini, sejak tadi kamulah yang paling bekerja keras, anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku," ucap
"Devita kalau begitu kami duluan," ucap Vicky sambil melambaikan tangannya. Di sampingnya terlihat Manda yang merangkul mesra lengannya dan juga mengucap pamit kepada Devita."Kak Devita, kami duluan ya." Ucap Manda yang juga melambaikan tangannya ke Devita."Iya Pak Vicky dan Nona Manda, hati-hati di jalan." Devita terlihat membalas sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.Tak lama setelah itu, Vicky dan Manda sudah tidak terlihat lagi. Devita sendiri masih tetap tinggal di kantor, dia ingin menyelesaikan surat perjanjian jual beli untuk transaksi yang baru saja mencapai kesepakatan, ketika sedang memasukkan data produk, Bastian tiba-tiba menghampirinya."Devita, kamu sebentar jangan pulang dulu, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan beberapa dokumen," ucap Bastian sambil menatap Devita dengan tatapan mesum."I-Iya Pak," balas Devita dengan raut wajah sedih.Dua jam berlalu dengan cepat, satu-persatu karyawan lain sudah meninggalkan kantor. Kini hanya Devita, Lili yang m
Sejak dari kantor Devita terus melamun, bahkan ketika Vicky berbicara dengan Barry melalui telepon, Devita sama sekali tidak menyadarinya. Pikirannya terus mengingat kejadian buruk yang baru saja menimpanya. “Devita....” Suara Vicky menyadarkan Devita dari lamunannya. Devita melihat situasi di sekitarnya dan langsung terkejut saat mengetahui jika dia berada di depan Luxury Diamond Hotel, salah satu hotel mewah bintang 5 di Kota Jakarta. Vicky membuka pintu, dan membantunya keluar dari mobil, dengan lembut Vicky merangkul tubuhnya sambil berjalan menuju pintu masuk Hotel. Ketika masuk, beberapa pria dan wanita asing terlihat menyambut mereka dengan sangat sopan, hal itu tentu saja membuat Devita semakin bingung. Dalam hati dia bertanya, “Apakah pelayanan Hotel mewah memang seperti ini.” Devita sendiri sudah beberapa kali mendatangi Hotel bintang 5 karena urusan pekerjaan. Beberapa customer asing, pemilik atau pejabat di perusahaan yang melakukan transaksi dengan Prakarsa Wira Kani
Vanya melirik jam tangan yang ia kenakan, dia terlihat gugup. Hari ini dirinya kembali menginjakkan kaki ke showroommobil milik Eddy untuk mengambil beberapa barang pribadi miliknya yang masih berada di tempat Eddy. Vanya sendiri sebenarnya sudah malas untuk kembali kesini, walaupun sudah seminggu berlalu, dia masih tetap merasa kesal terhadap atasannya itu.. “Vanya!” Teriak Eddy yang berada di depan pintu masuk showroom dengan wajah yang terlihat sangat marah. Ini adalah hari yang sudah Eddy nantikan, dia akhirnya bisa melampiaskan amarahnya kepada Vanya. Orang yang waktu itu membantu Vanya sudah tidak ada, Eddy bermaksud mempermalukan Vanya di hadapan karyawan lain. Dia ingin Vanya menjadi contoh bagi karyawan yang berani melawannya. Dengan berat Vanya melangkahkan kakinya menghampiri Eddy, dirinya juga sudah siap bahkan jika harus mendapat caci maki dari bosnya itu. Namun, ketika sudah berada tepat di depan Eddy, Vanya sedikit kebingungan melihat ekspresi wajah Eddy yang terlih
“Apa Vicky sudah datang?” tanya seorang pria pada salah satu karyawan di kantor Vicky.“Belum Pak,“ jawab wanita itu.“Bagaimana dengan Devita?” Tanya pria itu kembali.Karyawan wanita tersebut kembali menjawab, “Sama Pak, Ibu Devita juga belum tiba.”“Apa-apaan perusahaan ini, aku sedang membawa dokumen untuk transaksi 314 Milyar dan orang yang bertanggung jawab bahkan belum tiba!” keluh pria itu dengan sikap arogan.Pria itu bernama Anton, dia bekerja sebagai manager pembelian di perusahaan yang kemarin berhasil mencapai kesepakatan transaksi dengan Vicky. Hari ini dia ditugaskan oleh perusahaannya untuk mengurus transaksi itu. Anton juga berteman dengan Bastian dan Aditya, karena merasa berteman dengan dua petinggi di perusahaan yang dipimpin Vicky membuat Anton merasa sombong. Apalagi Anton juga mengetahui jika Vicky berstatus calon menantu dari Aditya yang juga adalah kenalannya.Anton tentu saja juga sudah menghubungi Bastian, namun Bastian beralasan bahwa dia tidak bisa masuk k
5 Bulan Kemudian.“Selamat Pagi Pak Vicky....”Semua karyawan Vicky tampak berbaris rapi menyambut kedatangan Vicky di kantor, itu mereka lakukan setiap pagi dan sudah menjadi rutinitas karyawan, baik pria maupun wanita selama beberapa bulan ini.Tentu saja Vicky tidak meminta karyawannya untuk melakukan itu, itu semua adalah murni inisiatif dari karyawan Vicky sebagai bentuk ucapan terima kasih mereka. kArena Vicky sudah memberikan mereka ilmu yang luar biasa. Membuat mereka semua bisa bekerja dengan professional, dari mereka yang dulunya tidak dapat berbicara dengan customer, kini bahkan transaksi mereka bisa tembus sampai milyaran rupiah.Hubungan Vicky dengan Manda juga semakin dekat, selama 5 bulan terakhir, setelah pulang kuliah, Manda selalu mengunjungi kantor Vicky.Vicky yang tadinya tidak merasakan apa-apa, kini mulai menyukai Manda, seperti batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apa pun batu itu, tetesan air akan menghancurkannya. Mungkin istilah itu bisa meng
Manda mengerutkan keningnya mendapati Giyan ada bersama meraka, “Von, kenapa Giyan ada di sini?!” protesnya kepada sang sahabat.“Manda dengarkan dulu penjelasanku,” Vony yang berusaha menenangkan Manda.Sedangkan Giyan sendiri tidak berkata apa-apa dan terus mengamati pembicaraan antara Manda dan ketiga sahabatnya itu. Tentu saja sesuai rencana mereka.“Manda kami sudah mengetahui latar belakang keluarga tunanganmu,” ucap Vonytiba-tiba.Manda terkejut mendengar ucapan dari kedua sahabatnya, itu karena latar belakang Vicky hanya diketahui oleh keluarganya. “Siapa yang memberitahu kalian?!” Tanya Manda kepada Vony dan kedua sahabatnya.“Iya Manda, kami sudah mengetahui semuanya, kalau untuk itu…” sahut Dina sengaja menggantung kalimatnya.“Aku yang memberitahu mereka,” imbuh Giyan sambil mengangkat satu tangannya ke atas.Manda tersentak dan menatap tajam kepada Giyan, “Giyan! Siapa yang memberimu informasi tentang itu?!”“Ayahmu yang memberiku informasi itu,” jawab Giyan, tertawa keci