Share

4 | Guru Steve

Mereka terlelap seperti bayi kembar, saling berbagi pelukan hangat. Maria memunggungi Steve, tangan Steve mengapit perut Maria. Steve juga menekuk sedikit lutut Maria, hingga lutut mereka beradu.

Sinar matahari menyusup melewati celah—celah kecil jendela kamar yang mereka huni. Sinar itu mengecup mata Maria.

Mata Maria memicing sedikit, karena silauan cahaya itu tak nyaman bagi matanya. Maria bergerak dengan sedikit kesulitan. Ia baru menyadari kalau dirinya dipeluk oleh Steve dengan erat.

Maria berupaya untuk membalikkan dirinya, ia sudah kangen melihat wajah tampan sang suami. Maria mengangkat lengan kokoh Steve dari perutnya. Ia pegangi sementara tubuhnya yang polos bergerak untuk menyejajarkan posisi dengan Steve.

“Huh, akhirnya!”

Maria tersenyum, ia pandangi Steve lekat—lekat. Walau tubuhnya terasa sangat lengket akibat percintaan mereka tadi malam, namun Maria masih meresapi wajah pria yang sangat memahami dirinya. Pria yang tak egois. Pria yang memujanya bagai dewi Yunani. Pria yang galak pada semua orang, namun manis padanya.

Maria mengangkat tubuhnya sedikit, supaya mulutnya bisa membubuhkan morning kiss di pelipis Steve. “I love you hubby!”

“I love you more baby!”

Steve membalas ucapan Maria secara tiba—tiba. Hal itu membuat Maria terkejut. Maria pandangi muka bantal Steve.

“Kamu ngerjain aku ya?” tanya Maria mendelik.

Steve pun tersenyum, “Ia aku emang ngerjain kamu, gimana mau aku kerjain lagi? Mau dimana, di ranjang atau di kamar mandi sekalian bersih—bersih?” goda Steve.

Maria memukul bahu Steve, “Iiiccchhh, bukan yang itu Steve.” Wajah Maria merona seketika.

Steve menangkap tangan sang istri, lalu ia kecup, Cup. “Terus yang mana humm?” goda Steve lagi.

Satu tangan Maria memegangi pinggiran selimut yang digunakan untuk menutupi shirtless bagian atasnya. Bisa berbahaya kalau Steve melihat gundukan indah padatnya. Yang ada king akan berdiri tanpa diberi instruksi.

“Steve, jangan maju dong. Aku udah dipinggir ini, jatuh ntar gimana?” protes Maria.

Steve menyeringai, “Yaudah kamu nya gak usah mundur. Sini kamu pasrah aja deh sama aku. Ayo dong sayang, tadi malam baru appetizer nya aja. Pagi ini aku mau main course nya.”

Maria menautkan kedua alisnya, “What’s? are you kidding me?” Maria mulai khawatir.

Melihat posisi sang istri yang tak aman, Steve langsung menangkap Maria, mereka pun beradu. Steve peluk tubuh Maria erat, lalu ia gigit cuping telinga Maria. “I want more baby…”

Tubuh Maria meremang. Maria merutuki reaksi hormonnya yang tidak bisa diajak untuk memanipulasi si bayi besar.

Steve tahu kalau tubuh Maria menginginkan kegiatan tadi malam juga dilakukan lagi. Walau lisan Maria belum berucap, tapi act out Maria memberi izin.

Steve mulai mengecup rahang Maria, dagu Maria hingga ke bibir merona yang masih sedikit bengkak bekas gigitan gemas yang Steve berikan tadi malam.

Steve mengecupnya lembut, dari atas turun kebawah, sampai ia merasa puas. Steve mengusap bibir itu dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

“Sayang, nanti aku bantu kompres ya, biar bengkaknya berkurang. Maaf ya, aku ganas banget sama bibir kamu.”

Maria terkekeh, “Kamu baru sadar ya?” goda Maria.

Steve membalasnya dengan mengusap dan meremas asset menyembulnya Maria. Sang istri tak kuasa menahan rasa nikmat yang diberikan sang suami.

Steve melihat Maria yang menggigit bibir bawahnya. Steve tak mau bibir itu semakin membengkak. Steve mengarahkan jari telunjuknya ke bibir Maria. Steve menguatkan pijitannya, hingga Maria membuka mulutnya. Jari Steve pun masuk ke dalam mulut Maria.

Kaki Maria bergerak asal. Mata Steve menangkap bahwa Maria sudah siap untuk dimasuki oleh king Steve. Satu jari itu ditarik keluar oleh Steve, ia remas tubuh king sebelum diarahkan pada Maria.

…………… Maria masih memekik.

Setruman king pada tubuhnya masih menjadi hal yang tabu ternyata. Namun Steve berniat untuk meningkatkan kegiatan olahraga pagi mereka.

Steve mulai berani untuk bergerak. Namun tempo di control oleh Steve. Ia harus memastikan Maria menikmatinya.

“Sayang, kamu kenapa masukin jari kamu tadi ke mulut aku?” tanya Maria disela tempo yang diberikan oleh steve.

Steve memegang wajah Maria, “Uji coba sayang!” seraya tersenyum mencurigakan.

Maria mendesah, dia melayang ke awan, “Maksudnya apa sayang?” tanya Maria lagi.

Steve menaikan sedikit temponya, “Supaya kamu bisa blow job king nantinya.” Maria belum menangkap maksud dari sang suami. Steve pun mengarahkan mata Maria pada king. Maria mendesah kuat.

‘Apa? Steve mau aku memasukkan king ke mulut ku?’

Steve terkikik disela pengaturan tempo yang ia berikan, “Bukan sekarang sayang. Kita akan melakukannya step by step. Tenangnya jangan tegang. Yang ada ntar sakit bukan nikmat!”

…………

Steve benar—benar membimbing Maria. Ia seperti guru buat Maria. Steve membimbing Maria bagaimana supaya Maria bisa melayaninya sesuai dengan yang dia inginkan.

Steve tahu kalau Maria sedikit polos akan hal—hal yang bersangkutan dengan hubungan orang dewasa. Sejak menginterview Maria untuk kali pertama, ia sudah tahu bahwa sekretarisnya ini bisa bekerja dengan profesional dan tidak akan melakukan hal yang aneh. Seperti mantan sekretarisnya yang dulu lakukan.

Mereka masih mengejar satu sama lain, tempo pun di naikan lagi oleh Steve. Desahan Maria meleok-leok. Tubuhnya terkukung dibawah oleh Steve.

……… Mereka pun sampai, Steve menjatuhkan sedikit tubuhnya di atas Maria. Tak mau menambah beban sang istri, Steve menyangga bobot tubuhnya dengan siku.

Steve mengecup kecil wajah Maria, “Gimana suka kan?” goda Steve.

Maria masih mengatur deru nafasnya, Maria menarik salivanya, “Makasih ya sayang, udah mau sabar sama aku!”

Steve pun berniat untuk mengeluarkan king dari Maria, namun tercekat, “Biarin aja dia didalam,” ujar Maria malu—malu.

Steve mencebik sudut bibirnya, “Kamu suka kalau king terus didalam, hum?” goda Steve lagi.

Entah kekuatan dari mana, Maria bisa bangkit dari Steve lalu menjatuhkan posisi Steve ke bawah. Maria pun bertengger diatas tubuh Steve.

Maria mengecup tubuh Steve, “Aku suka!” king pun masih dijepit kuat disana.

Steve terkikik, “Ternyata istriku sudah gak malu lagi ya. Kuat lagi. Boleh aku minta dessert ku sekarang?” pertanyaan Steve menggoda Maria lagi.

Maria tertawa, “Boleh, tapi kamu harus jawab aku dulu!”

Steve sudah bersiap untuk membawa Maria ke awan, tapi delay dulu karena Maria menahannya. “Apa?” Steve penasaran.

Maria berdehem, “Dulu aku pernah tanya soal gossip yang nggak—nggak tentang kamu sebelum kita nikah. Inget gak?”

Tentu saja Steve ingat, Cup, “Kan aku udah jelasin ke kamu sayang. Ada hal lain lagi yang mengusikmu, humm?”

Steve mengelus wajah Maria, tangan Maria juga mengelus tubuh Steve, “Aku yang pertama kan Steve buat kamu?” tanya Maria pelan banget.

Steve mendengarnya, ia bingung, namun pikiran cerdasnya menangkap maksud sang istri. “Sure, you are baby!”

“Nanti aku kenalin kamu sama guru aku, mau?” tanya Steve dengan mengerlingkan mata. Ia tak mau mood mereka down akibat gossip murahan yang disebar oleh mantan sekretarisnya dulu.

“Jadi kamu berguru dulu buat ini sayang?” Maria menanggapinya dengan serius.

Steve menahan geli di perutnya, “Iya dong sayang. Kan aku gak mau kita jadi pasangan yang monoton nantinya.”

“Boleh aku tau nama guru kamu?” tanya Maria lagi.

Steve mengangkat alisnya sebelah, “Jamie Dornan. Aku sama dia beda sedikit sayang, aku bermain lembut kalau dia berbagi ilmunya ke aku yang tipe-tipe agak kasarnya.”

Maria tiba—tiba bergidik ngeri, Steve pun mengelus punggung Maria. “Tenang aja, aku bisa memilih dan menyesuaikannya denganmu sayang. Aku udah gak tahan nih, kita mulai ya?”

Satu kali anggukan dari Maria dikantongi Steve. Sesegera mungkin Steve langsung bertindak, ia angkat tubuh polos Maria, meninggalkan selimut yang sudah tidak berbentuk. Steve berjalan cepat menuju kamar mandi.

“Di toilet sayang?”

Steve menggeleng, “Di bathup pake air, seru deh!” tak lupa ia mengerlingkan matanya pada Maria.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status