Share

Kai's back

Kai dan Regina memeluk erat tubuh Luna yang gemetar hebat. Gadis itu terlihat sangat ketakutan saat melihat beberapa orang tewas tertembak tepat di depan mata kepalanya. Kejadian mengerikan itu nyaris membuatnya pingsan.

"Habisi mereka!" Baru saja keluarga kecil itu kembali berkumpul, jari telunjuk Jarwo sudah mengarah pada Kai dan Dars. Dua orang pria yang merupakan anggota TIS yang dulu menghabisinya. Ia seakan tak bisa membiarkan mereka bernapas lega barang sebentar saja. 

Tanpa membuang waktu lama, seluruh anggota Jarwo segera bersiap pada posisi masing-masing hendak menyerang Kai dan Dars setelah mendengar perintah dari Jarwo.

"Tidaaak!" Regina berteriak dengan sangat keras saat melihat anggota Jarwo hendak menyerang suaminya.

Bugh!

Regina melayangkan tendangan tepat di wajah Jarwo hingga membuat pria itu jatuh seketika. Aksi tak terduga yang Regina lakukan, berhasil membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu tercengang dibuatnya.

"Jangan sakiti suamiku!" Wanita itu kembali berteriak, kali ini raut wajahnya penuh ancaman. Membuat siapa saja yang melihatnya merasa harus waspada.

"Sa-sayang..." Kai masih tak bergeming dari tempatnya, suaranya terbata. Mulutnya bahkan menganga seraya membuka kedua matanya dengan lebar.

"Siapa pun yang berani menyakiti suamiku, hadapilah aku!" Regina siap menyerang anak buah Jarwo. Tidak ada rasa takut sedikit pun yang terlihat dari wajahnya. Kemampuan bela diri anggota Toughgvrl Club terbaik itu memang tak dapat diragukan lagi.

Regina tak bisa menahan diri lagi. Ia makin muak dengan tingkah Jarwo beserta anak buahnya yang terus mengancam keselamatan suaminya. Ia sangat muak terus berpura-pura lemah di hadapan orang-orang yang menyekapnya.

Beberapa saat kemudian, Regina pun berhasil mengalahkan beberapa pria yang berusaha menyerangnya. Dars, Kai dan juga Luna masih belum percaya dengan apa yang sedang mereka saksikan. Mereka membulatkan kedua bola mata mereka dengan sempurna melihat aksi Regina yang sangat luar biasa.

"Kalian tidak ada rencana untuk membantuku? Hey anggota terbaik TIS?" Regina berteriak ke arah Dars dan Kai di tengah kesibukannya melawan anak buah Jarwo.

Suara Regina yang lantang, berhasil membuyarkan lamunan Kai dan Dars yang sedari tadi terdiam memperhatikan aksi hebatnya. Mereka bertiga pun bergegas melawan puluhan anggota Jarwo hingga habis tanpa sisa secara bersamaan.

Anggota Jarwo yang berjumlah banyak itu bahkan tak mampu melawan tiga orang hebat ini. Hingga akhirnya, ketiganya menghajar Jarwo tanpa ampun.

Setelah semua anak buahnya kalah, Jarwo akhirnya memohon ampunan di bawah kaki Kai dengan tubuh yang sudah dipenuhi luka. Dars pun dengan sigap membereskan sisa keributan yang terjadi, lalu ia serahkan pada anak buahnya untuk segera mengurus Jarwo beserta komplotannya pada pihak kepolisian.

"Apa maksudmu memalsukan kematianmu?" Kini giliran Dars yang meminta penjelasan pada Kai. Pria itu menatapnya dengan tajam karena merasa kesal dengan tipuan pemalsuan kematian yang Kai lakukan. Kai bahkan tidak memberitahu Dars sama sekali meski ia adalah teman dekatnya.

"Sayang kau belajar berkelahi dari mana?" Alih-alih menjawab pertanyaan Dars, Kai malah sibuk menghujani pertanyaan pada istrinya yang hebat berkelahi.

"Kenapa kau membawa keluargamu ke dalam bahaya? Dasar suami ceroboh!" Regina bahkan tak menghiraukan pertanyaan suaminya. Ia sangat kesal pada Kai yang hampir mencelakai Luna dan juga dirinya. Regina terus sibuk memperhatikan kondisi Luna tanpa mau memandang wajah suaminya.

"Ayah, Ibu? Apa benar kalian orang tuaku?" Luna masih tampak tak percaya. Ia terus menatap kedua orang tuanya. Setelah bertahun-tahun menjadi anaknya, baru kali ini ia melihat sisi lain dari kedua orang tuanya.

Mereka pun terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan sulit antara satu dengan yang lainnya seraya berjalan keluar meninggalkan bangunan besar milik Jarwo.

***

Hari berikutnya, di meja makan.

"Bagaimana ini Ayah, Ibu? aku tak bisa lagi kembali ke sekolah. Bagaimana aku harus menghadapi teman-temanku?" Raut wajah Luna terlihat kebingungan. Ia bahkan hampir tak menyentuh makanannya sedikit pun. 

"Mereka tidak akan lagi berani mengganggumu, Sayang." Kai mengusap bahu Luna dengan lembut.

"Meski begitu, tetap saja Ayah." Rupanya Kai tetap tidak berhasil menenangkan putrinya.

Kai menarik napas dalam. Ia kemudian meletakkan sendoknya di atas meja. "Ayah akan segera membawamu pindah dari kota ini. Hari ini sebaiknya kau mengurus pengunduran dirimu, Nak." 

"Wah, benarkah Ayah? Kau akan melakukannya?" Seketika raut wajah Luna berubah setelah mendengar perkataan sang Ayah. Kedua matanya terlihat berbinar.

"Tentu saja, Sayang." Kai menyunggingkan senyumnya melihat sang anak yang tampak bahagia.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu? Bagaimana kau bisa membawa kami pergi?" Regina meletakkan dua piring sandwich di atas meja. Ia kemudian ikut duduk di meja makan bersama suami dan anaknya.

Tok! Tok! Tok!

Belum sempat Kai menjawab pertanyaan sang istri, pintu rumahnya telah terlebih dulu berbunyi. Tanda ada seseorang yang datang dan mengetuk pintu rumahnya.

"Biar aku saja! Aku tahu siapa yang datang." Kai segera beranjak dari tempat duduk sebelum Regina melakukannya. Ia pun berjalan cepat ke arah pintu rumahnya.

Ceklek!

"Masuklah!" Terlihat seorang pria tengah berdiri tegak di balik pintu. Pria itu tak lain adalah Dars. Sedangkan, Regina dan Luna hanya memperhatikan dari tempat duduk mereka.

"Ah, apa kabar semuanya?" Dars melangkahkan kedua kakinya secara bergantian memasuki rumah yang ukurannya terbilang kecil itu.

"Ah selamat datang." Regina pun bergegas berdiri untuk menyambut teman dari suaminya. Tidak lupa, ia juga membuatkan minum untuknya.

Kai membawa Dars duduk di ruang tamu yang bersebelahan dengan meja makan, membuat seluruh percakapannya dapat didengar oleh istri dan anaknya.

"Aku sudah menyiapkan tempat tinggal untukmu. Aku juga membawa semua yang kau minta. Ah, ketua juga memintamu untuk kembali." Dars meletakkan sebuah koper di atas meja ruang tamu.

"Kerja bagus! Kau selalu bisa aku andalkan." Kai membuka koper berisi uang tunai, emas batangan, kunci mobil beserta beberapa senjata yang Dars berikan. Ia pun menepuk bahu Dars beberapa kali.

"Jika kau sudah siap dan jika ada lagi yang kau butuhkan, segera beritahu aku!" Dars kembali beranjak dari tempat duduknya. Ia hendak undur diri dari rumah keluarga kecil itu.

"Pergilah! Aku sudah mendapatkan semuanya." Kai juga ikut berjalan mengiringi Dars menuju pintu rumah bermaksud mengantarkannya pergi.

Ceklek! 

Kai menutup pintu rumahnya setelah Dars pergi. Ia pun kembali duduk di meja makan untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda bersama istri dan anaknya.

"Apa kau akan kembali pada TIS?" Regina segera melemparkan pertanyaan pada sang suami. Ia bahkan menyondongkan tubuh lebih dekat pada suaminya sambil mengerutkan kening.

"I-iya Sayang." Kai menganggukkan kepala dengan cepat. Raut wajah Regina tampak berbahaya. Kai pun panik, ia takut keputusannya tidak disetujui oleh sang istri.

Regina kembali memundurkan tubuhnya. Kini dirinya terlihat kembali normal. "Baguslah, keluarga kita lebih aman sekarang. Aku bahkan tidak harus menjadi istri yang menjaga suaminya." Wanita itu mulai memasukkan makanan ke dalam mulut.

Kai pun menghembuskan napas dengan lega. Ia merasa terselamatkan dari mara bahaya setelah berhasil mendapatkan persetujuan dari sang istri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status