Share

Time Travel: Rahasia dan Rasa!!
Time Travel: Rahasia dan Rasa!!
Penulis: Tirfa Ledina

Bab 1

POV Yunata

Perkenalkan namaku Yunata Algibran. Aku siswa SMA yang tinggal sendiri di rumah yang bisa di bilang cukup sederhana. Kedua orang tuaku telah meninggal dunia sejak umurku 6 tahun dan sekarang umurku sudah 17 tahun. Aku bekerja sebagai pelayan di cafe yang cukup jauh dari rumahku, setiap hari Sabtu dan Minggu aku akan bekerja di sana. Awalnya cukup sulit bekerja seperti itu, namun berkat tekat yang kuat aku berhasil menjadi pegawai tetap di sana.

Selain bekerja di cafe aku juga melakukan pekerjaan setelah aku pulang sekolah. Semua itu aku lakukan untuk tabunganku untuk masa depan, walau aku memiliki uang peninggalan kedua orang tuaku aku tetap harus bekerja keras agar bisa masuk ke universitas yang aku idamkan.

Hidup sendiran tanpa kedua orang tua itu cukup sulit awalnya namun seiring berjalannya waktu kini aku sudah terbiasa dengan kesendirian. Aku terbiasa bukan kebal terhadap rasa kesepian ini, kadang jika hari ulangtahunku tiba aku akan menghabiskan waktu untuk menangis hingga malam dan akhirnya tertidur. Aku bahkan hampir berfikir ulangtahun itu melelahkan dan aku berharap melupakan ulangtahunku sendiri.

Kriing..

Kriing..

Kriing..

Suara alarm membangunkanku dari tidur yang nyenyak ini, aku mengerjapkan mata berkali-kali untuk menyesuaikan mataku dengan cahaya lampu yang tidak sengaja menyala sepanjang malam. Aku mematikan alarm dan melihat jam. Hari ini adalah hari Sabtu, aku segera turun dari kasur dan menuju ke kamar mandi.

Hanya butuh beberapa menit kini aku telah siap dengan pakaian kasual dengan celana abu-abu.  Kini aku mulai menggosok gigi sambil menelusuri setiap sudut di rumahku ini, hal ini adalah rutinitas yang paling aku sukai. Aku suka melihat sesuatu yang berbeda dan tampak unik, setelah berkumur-kumur aku segera mengambil beberapa benda yang di perlukan.

"Kenapa di luar sangat gelap? Apa akan turun hujan? Sebaiknya aku membawa payung," Ujarku sambil mengenakan sepatu.

Aku segera berlari keluar dan berharap hujan tidak membuat pakaianku basah. Air hujan masih belum turun jadi sengaja aku menutup payung agar aku lebih leluasa untuk berlari. Aku membuang nafas panjang dan bersyukur karena hujan turun dengan deras setelah aku tiba di cafe. Aku lalu meletakkan payungku di sebuah loker miliki pegawai yang bekerja di sini lalu segera memakai celemek khusus pelayanan cafe ini.

"Yuna ayo ke sini dan antara minuman untuk meja tujuh," Ujar seorang pria parubaya yang merupakan koki cafe ini.

"Baik paman," Ujarku mengambil nampan darinya.

"Halo pesanan ada sudah siap, selamat menikmati," Ujarku pada seorang pria yang memakai masker dan kaca mata hitam.

Pria itu mengangguk pelan, aku segera pergi karna pelanggan semakin banyak. Aku akhirnya bisa duduk untuk istirahat, pelanggan hari ini cukup banyak walaupun hari sangat mendung.

"Pekerjaanmu hari ini masih sama bagusnya dengan kemarin, Yuna. Banyak pelanggan yang menyukai pelayanan yang kamu berikan," Ujar Ibu Ratna yang merupakan pemilik cafe ini

"Terima kasih atas pujiannya, bu" Ujarku sambil melempar senyum.

"Nahh, ambilah ini. Besok kamu bisa libur karna aku mungkin tidak membuka toko untuk besok," Ujar bu Ratna.

"Ada apa, bu?" Tanyaku.

"Besok ada yang akan menyewa cafe ini. Biarkan pegawai yang lebih profesional yang melayani pelanggan istimewa itu besok. Kamu bisa istirahat dulu," Jelas ibu Ratna

"Baiklah," Ujarku lalu pergi melangkah keluar dari cafe.

***

Aku berjalan menuju ke sebuah mall yang tidak jauh dari cafe. Aku berniat untuk membeli bahan makan dari gajiku hari ini. Mall ini cukup besar ada banyak orang yang sibuk membawa belanjaannya dengan wajah ceria. Jika kalian bertanya kenapa aku pergi ke mall yang besar padahal aku tidak memiliki banyak uang dan harga produk di sana cukup tinggi? Alasanku hanya satu yaitu diskon.

Sudah sejak tadi pagi aku memantau dan membaca brosur mall ini. Diskon yang di tawarkan mall ini cukup besar dan dapat menghemat pengeluaranku. Jadi kuputuskan untuk tidak melewatkan kesempatan ini.

"Wah ada banyak sekali orang disini," Ujarku ketika barusan saja berada di area bahan makanan.

Segera aku mencari semua produk dalam daftar yang sudah kubuat sendiri. Berburu bahan makanan di sini cukup sulit dan membuang banyak tenaga, kadang aku harus berkompetisi dengan para ibu-ibu yang saling berdesakan untuk mengambil daging ayam yang sedang diskon dan beberapa bahan makanan lainnya. Aku mulai mengabsen kembali semua barang dalam keranjangku ini dengan teliti.

"Kecap, mie, wortel, telur, garam, lada, ayam, ikan dan susu coklat," Ujarku sambil membaca daftar dalam kertas.

"Apa lagi yang kurang ya?" Ujarku.

"Sepertinya sudah lengkap, lebih baik aku cepat pulang," Ujarku lalu beranjak pergi.

Aku segera berdiri ketika aku melihat gojek yang aku pesan beberapa saat yang lalu sudah tiba. Segara aku naik dan mendudukkan bokongku di jok motor.

***

Aku terpaksa turun, ketika motor sang gojek tiba-tiba rusak. Aku hanya bisa pasrah dan mulai berjalan kaki menuju rumahku. Hari sekarang sudah gelap jadi aku buru-buru melebarkan langkahku agar segera sampai di rumah. Aku memegang dengan kuat kantong plastik belanjaan setelah aku sudah akan melewati gang yang selalu saja berhasil membuatku merinding.

Tiba-tiba saja sebuah cahaya yang sangat terang keluar bersama suara benturan besar. Aku menutup mataku agar aku tidak buta karena cahaya yang terlalu terang itu. Cahaya itu perlahan menghilang dan di sambut dengan kesunyian yang terasa menakutkan. Jantungku kian memburu dengan kesunyian ini, dengan kaki yang gemetar kulangkahkan kakiku menjauh dari gang itu.

Baru saja langkah pertama, tiba-tiba saja tubuhku bergerak sendiri dan masuk ke gang tersebut. Aku mencoba memberontak namun lagi-lagi tidak ada respon dari tubuhku. Tubuhku akhirnya berhenti di depan seorang pria berambut coklat dengan darah di seluruh tubuhnya. Apa dia sudah mati? Kenapa bahkan mulut ini tidak bisa aku gerak. Ini sangat menakutkan, sungguh. Aku tidak pernah melihat orang yang berlumuran darah selain kedua orang tuaku dulu dalam kecelakaan.

Tiba-tiba saja cairan bening jatuh membasahi kedua pipiku, sekali lagi memori pahit tentang kecelakaan orang tuaku terputar di otakku ini. Sesak, sungguh jantung ini sangat sesak. Aku tak sadar ternyata pria itu sudah berdiri menghampiriku dengan wajah dan senyuman yang terlihat menakutkan.

Aku memejamkan mataku ketika pria itu semakin mendekat berharap ini semua hanya mimpi. Tiba-tiba aku merasakan perasaan hangat yang menenangkan tubuhku yang bergetar. Pria itu mengelus pipiku untuk menghapus cairan bening itu. Pria itu lagi-lagi tersenyum menakutkan ketika aku membuka mataku, tanpa sengaja mataku bertatap dengan mata merah darah miliknya.

"Kamu milikku," Ujarnya lalu pingsan sambil memelukku erat.

Perlahan rambut pria itu berubah menjadi warna hitam seiringan dengan tubuhku yang sudah dapat di gerakkan kembali. Sungguh pelukan ini terasa sangat hangat sama seperti pelukan kedua orang tuaku dulu.

Ini tidak benar! Aku harus pergi, walau pelukan ini terasa hangat. Aku memutuskan untuk melepas dengan kasar pelukan yang erat itu dari tubuhku dan membuatnya mencium lantai yang kotor dan dingin.

Aku berjalan pergi tapi entahlah aku tiba-tiba berputar kembali membawa pria itu bersamaku. Jika kalian bertanya, aku bahkan tidak tau harus menjawab apa.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status