Share

Bab 6

"Ajari aku sihir" Ujar Yuna dengan wajah serius.

"Jika aku mengajarimu apa yang akan aku dapatkan?" Ujar Fairuz.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Yuna.

"Hmm tunggu, kamu tidak cantik, tidak pintar, tidak seksi dan jelek, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan yang aku inginkan dari kamu" Ujar Fairuz memasang wajah bingungnya.

'Dia mengejekku, dasar aneh!'

"Ah aku sekarang tau, temani aku saat tidur" Ujar Fairuz dengan senyuman.

Tiba-tiba Yuna memukul kepala Fairuz. Wajah gadis itu sekarang sudah memerah seperti tomat. Yuna lalu menendang dan memukul Fairuz, kini pria itu sudah di tidur di lantai dengan banyak pukulan dari Yuna.

"Dasar mesum!!" Ujar Yuna mulai melempar banyak benda ke arah Fairuz.

Pria itu sudah tidak tahan hingga ia memilih berteleport keluar dari kamar Yuna. Pria itu meringis pada sekujur tubuhnya yang di pukuli oleh Yuna. Fairuz lalu mulai memperbaiki pakaian dan rambutnya yang sudah berantakan itu.

"Kenapa dia marah? Aku cuma mau tidur di atas kasur bersamanya seperti tadi siang. Apa ada yang salah dengan itu?" Ujar Fairuz dengan wajah bingung yang tampak polos itu.

                                     ***

"Dasar laki-laki mesum!! Semua laki-laki di dunia selalu mesum!" Ujar Yuna setelah Fairuz menghilang dari hadapannya secara tiba-tiba.

Adelion bejalan masuk ke dalam kamar Yuna, pria itu sedang dalam suasana hati yang buruk karena para menteri yang menginginkannya untuk mencari Ratu dan selir untuk kerajaannya. Pria itu mengedarkan pandang untuk mencari seseorang dari dalam kamar itu. Adelion akhirnya duduk di sofa panjang setelah melihat Yuna yang duduk di dekat jendela sambil menatap kosong keluar jendela.

"Kenapa kau ada di sini?" Ujar Yuna dengan wajah kesalahannya saat menyadari seseorang yang masuk ke kamarnya.

"Itu terserah aku," Ujar Adelion dengan wajah datar memandang Yuna.

Yuna tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Adelion, gadis itu kesal dengan jawaban pria itu. Adelion hanya diam melihat Yuna yang sekarang sedang sibuk memandang keluar jendela. Pria itu masih tidak mengerti kenapa Yuna memasang wajah yang sangat aneh itu.

"Kenapa dia terlihat sangat sedih? aku membiarkan dia hidup, kenapa dia tidak senang?" Gumam Adelion.

Adelion akhirnya terus duduk di kursi itu selama tiga jam, memandang semua aktivitas Yuna yang terus diam tampa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut gadis itu. Pria itu akhirnya pergi setelah ada pelayan yang menginginkan dia tentang rapat penting.

Adelion lalu berdiri menghampiri Yuna kemudian mencium kening gadis itu sekilas. Yuna tak mengucapkan apapun dengan perlakuan pria itu.

"Dasar brengsek!" Ujar Yuna.

                                 ***

Setelah satu bulan berlalu Adelion akhirnya melepaskan sihir di kamar Yuna. Sekarang Yuna sedang asik menikmati pemandangan taman yang idah sambil duduk di atas ayunan dengan beberapa kucing pemberian Fairuz.

Beberapa kali Fairuz akan menemui Yuna secara tiba-tiba, pria itu sering kali melakukan teleportasi dari Kerajaan Peri ke kerajaan Emerlan. Mereka akan membicarakan banyak hal lucu dan gosip tentang para bangsawan yang selalu dapat membuat Yuna tertawa lepas. Adelion juga selalu menemui Yuna tapi selalu tidak ada pembicaraan di antara keduanya.

"Nona cepat kita harus bersiap-siap," Ujar Bella.

"Bersiap-siap untuk apa?" Tanya Yuna menghentikan langkah Bella yang menariknya.

"Nona, yang mulia menyuruh anda hadir di acara berburu besok pagi," Ujar Bella dengan wajah berbinar.

"Eh, tunggu!" Ujar Yuna namun Bella masih menariknya pergi.

Setelah beberapa jam menyiapkan segala hal untuk berburu besok, Yuna akhirnya bisa istirahat sejenak. Sejak siang tadi Bella selalu mengajaknya ke sana kemarin untuk memilih baju dan senjata. Gadis itu menghela nafas panjang, tubuhnya lelah hingga matanya perlahan tertutup.

Adelion tiba-tiba membuka pintu dengan kasar membuat Yuna yang tadinya hampir tertidur tersentak kaget. Adelion lagi-lagi duduk di sofa yang selalu ia duduki selama berkunjung ke kamar Yuna. Gadis itu hanya melirik sebentar lalu akhirnya kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Adelion lalu menatap tidak suka saat Yuna ingin tidur bahkan saat ia sedang ada di sini.

"Jangan tidur atau aku akan menghukummu!!" Tegas Adelion yang membuat Yuna langsung duduk.

"Ada apa?" Ujar Yuna dengan datar.

"Aku ingin tidur, kau tetap lihat aku seperti itu," Ujar Adelion lalu tidur di atas sofa.

Yuna menurut. Tubuhnya lelah tapi ia tidak ingin membantah perintah Adelion, ia harus tetap hidup jika ingin kembali ke bumi. Wajah Adelion terlihat lebih ramah di bandingkan ketika dia sadar. Yuna mulai mengingat cerita tentang Adelion yang dulunya tubuh tampa seorang ibu. Bella juga menceritakan bahwa Adelion tidak tinggal bersama ayahnya yang seorang raja melainkan tinggal di rumah panglima perang dan di didik layaknya tentara dewasa. Adelion juga pernah membunuh tunangannya saat pernikahannya berlangsung hingga ia hampir kehilangan haknya sebagai pewaris tahta.

"Apa ini alasannya dia sangat suka kasar dan tidak sopan," Ujar Yuna.

Yuna lalu menguap, tanda jika ia saat ini sudah sangat mengantuk. Mata gadis itu terasa berat hingga akhirnya ia menutup matanya seiring dengan tubuhnya yang jatuh. Adelion lalu membuka matanya secara tiba-tiba hingga memperlihatkan mata berwarna biru yang berubah menjadi merah. Bantal tiba-tiba tertarik memyeleamtkan kepala Yuna yang hampir terbentur dengan kayu.

Adelion lalu mendekat pada Yuna lalu mencium kening gadis yang terlelap itu. Pria itu lalu merapalkan sebuah mantra hingga muncul garis bercahaya di sekeliling Yuna. Pria itu sedang memasang banyak sekali sihir pelindung pada tubuh Yuna. Adelion lalu mengedarkan pandangnya, pria itu merasakan ada seseorang yang melihatnya.

"Cepat keluar! Sebelum aku membunuhmu!" Ujar Adelion.

Fairuz yang sudah sejak tadi menonton akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya. Pria itu tersenyum simpul melihat wajah kesal Adelion yang sedang menatapnya.

"Kau hebat juga bisa merasakan keberadaanku," Ujar Fairuz.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" Ujar Adelion dengan mata merahnya.

"Aku hanya sedang lewat saja," Ujar Fairuz.

Sebuah panah yang terbuat dari kristal hampir saja menusuk kepala Fairuz. Pria itu lalu tersenyum simpul melihat Adelion yang kesal karena serangannya yang di hentikan oleh Fairuz. Adelion tau jika dia tidak bisa menyentuh atau bahkan memembunuh para peri karena kutukan itu.

"Ternyata kutukan darah itu benar," Ujar Fairuz sambil tersenyum tanda kemenangan.

Adelion tetap diam, saat ini dia sedang merasakan jantungnya yang tercabik-cabik karena menyerang peri. Tubuhnya memang akan merasakan rasa sakit seperti tercabik-cabik ketik berniat membunuh peri. Nafas Adelion kini sudah tidak beraturan seperti ia baru saja lari marathon. Panah es yang tadinya masih berada satu senti di kepala Fairuz tiba-tiba jatuh.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti gadis itu," Ujar Fairuz sambil menepuk pundak Adelion.

Fairuz lalu berjalan menuju Yuna yang masih tertidur lelap. Pria itu tersenyum kita melihat wajah Yuna yang sedang tertidur. Fairuz lalu mengelus rambut Yuna kemudian mencium kening gadis itu. Adelion yang melihat hanya bisa memberi tatap tajam pada Fairuz, ai sudah sangat lemah akibat menyerang Fairuz.Di tambah lagi dengan tubuhnya yang sedang menahan rasa tercabik-cabik.

"Selamat malam peri kecilku," Ujar Fairuz sambil tersenyum pada Yuna lalu mulai menghilang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status