"Ajari aku sihir" Ujar Yuna dengan wajah serius.
"Jika aku mengajarimu apa yang akan aku dapatkan?" Ujar Fairuz.
"Apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Yuna.
"Hmm tunggu, kamu tidak cantik, tidak pintar, tidak seksi dan jelek, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan yang aku inginkan dari kamu" Ujar Fairuz memasang wajah bingungnya.
'Dia mengejekku, dasar aneh!'
"Ah aku sekarang tau, temani aku saat tidur" Ujar Fairuz dengan senyuman.
Tiba-tiba Yuna memukul kepala Fairuz. Wajah gadis itu sekarang sudah memerah seperti tomat. Yuna lalu menendang dan memukul Fairuz, kini pria itu sudah di tidur di lantai dengan banyak pukulan dari Yuna.
"Dasar mesum!!" Ujar Yuna mulai melempar banyak benda ke arah Fairuz.
Pria itu sudah tidak tahan hingga ia memilih berteleport keluar dari kamar Yuna. Pria itu meringis pada sekujur tubuhnya yang di pukuli oleh Yuna. Fairuz lalu mulai memperbaiki pakaian dan rambutnya yang sudah berantakan itu.
"Kenapa dia marah? Aku cuma mau tidur di atas kasur bersamanya seperti tadi siang. Apa ada yang salah dengan itu?" Ujar Fairuz dengan wajah bingung yang tampak polos itu.
***
"Dasar laki-laki mesum!! Semua laki-laki di dunia selalu mesum!" Ujar Yuna setelah Fairuz menghilang dari hadapannya secara tiba-tiba.
Adelion bejalan masuk ke dalam kamar Yuna, pria itu sedang dalam suasana hati yang buruk karena para menteri yang menginginkannya untuk mencari Ratu dan selir untuk kerajaannya. Pria itu mengedarkan pandang untuk mencari seseorang dari dalam kamar itu. Adelion akhirnya duduk di sofa panjang setelah melihat Yuna yang duduk di dekat jendela sambil menatap kosong keluar jendela.
"Kenapa kau ada di sini?" Ujar Yuna dengan wajah kesalahannya saat menyadari seseorang yang masuk ke kamarnya.
"Itu terserah aku," Ujar Adelion dengan wajah datar memandang Yuna.
Yuna tidak melanjutkan pembicaraannya dengan Adelion, gadis itu kesal dengan jawaban pria itu. Adelion hanya diam melihat Yuna yang sekarang sedang sibuk memandang keluar jendela. Pria itu masih tidak mengerti kenapa Yuna memasang wajah yang sangat aneh itu.
"Kenapa dia terlihat sangat sedih? aku membiarkan dia hidup, kenapa dia tidak senang?" Gumam Adelion.
Adelion akhirnya terus duduk di kursi itu selama tiga jam, memandang semua aktivitas Yuna yang terus diam tampa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut gadis itu. Pria itu akhirnya pergi setelah ada pelayan yang menginginkan dia tentang rapat penting.
Adelion lalu berdiri menghampiri Yuna kemudian mencium kening gadis itu sekilas. Yuna tak mengucapkan apapun dengan perlakuan pria itu.
"Dasar brengsek!" Ujar Yuna.
***
Setelah satu bulan berlalu Adelion akhirnya melepaskan sihir di kamar Yuna. Sekarang Yuna sedang asik menikmati pemandangan taman yang idah sambil duduk di atas ayunan dengan beberapa kucing pemberian Fairuz.
Beberapa kali Fairuz akan menemui Yuna secara tiba-tiba, pria itu sering kali melakukan teleportasi dari Kerajaan Peri ke kerajaan Emerlan. Mereka akan membicarakan banyak hal lucu dan gosip tentang para bangsawan yang selalu dapat membuat Yuna tertawa lepas. Adelion juga selalu menemui Yuna tapi selalu tidak ada pembicaraan di antara keduanya.
"Nona cepat kita harus bersiap-siap," Ujar Bella.
"Bersiap-siap untuk apa?" Tanya Yuna menghentikan langkah Bella yang menariknya.
"Nona, yang mulia menyuruh anda hadir di acara berburu besok pagi," Ujar Bella dengan wajah berbinar.
"Eh, tunggu!" Ujar Yuna namun Bella masih menariknya pergi.
Setelah beberapa jam menyiapkan segala hal untuk berburu besok, Yuna akhirnya bisa istirahat sejenak. Sejak siang tadi Bella selalu mengajaknya ke sana kemarin untuk memilih baju dan senjata. Gadis itu menghela nafas panjang, tubuhnya lelah hingga matanya perlahan tertutup.
Adelion tiba-tiba membuka pintu dengan kasar membuat Yuna yang tadinya hampir tertidur tersentak kaget. Adelion lagi-lagi duduk di sofa yang selalu ia duduki selama berkunjung ke kamar Yuna. Gadis itu hanya melirik sebentar lalu akhirnya kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Adelion lalu menatap tidak suka saat Yuna ingin tidur bahkan saat ia sedang ada di sini.
"Jangan tidur atau aku akan menghukummu!!" Tegas Adelion yang membuat Yuna langsung duduk.
"Ada apa?" Ujar Yuna dengan datar.
"Aku ingin tidur, kau tetap lihat aku seperti itu," Ujar Adelion lalu tidur di atas sofa.
Yuna menurut. Tubuhnya lelah tapi ia tidak ingin membantah perintah Adelion, ia harus tetap hidup jika ingin kembali ke bumi. Wajah Adelion terlihat lebih ramah di bandingkan ketika dia sadar. Yuna mulai mengingat cerita tentang Adelion yang dulunya tubuh tampa seorang ibu. Bella juga menceritakan bahwa Adelion tidak tinggal bersama ayahnya yang seorang raja melainkan tinggal di rumah panglima perang dan di didik layaknya tentara dewasa. Adelion juga pernah membunuh tunangannya saat pernikahannya berlangsung hingga ia hampir kehilangan haknya sebagai pewaris tahta.
"Apa ini alasannya dia sangat suka kasar dan tidak sopan," Ujar Yuna.
Yuna lalu menguap, tanda jika ia saat ini sudah sangat mengantuk. Mata gadis itu terasa berat hingga akhirnya ia menutup matanya seiring dengan tubuhnya yang jatuh. Adelion lalu membuka matanya secara tiba-tiba hingga memperlihatkan mata berwarna biru yang berubah menjadi merah. Bantal tiba-tiba tertarik memyeleamtkan kepala Yuna yang hampir terbentur dengan kayu.
Adelion lalu mendekat pada Yuna lalu mencium kening gadis yang terlelap itu. Pria itu lalu merapalkan sebuah mantra hingga muncul garis bercahaya di sekeliling Yuna. Pria itu sedang memasang banyak sekali sihir pelindung pada tubuh Yuna. Adelion lalu mengedarkan pandangnya, pria itu merasakan ada seseorang yang melihatnya.
"Cepat keluar! Sebelum aku membunuhmu!" Ujar Adelion.
Fairuz yang sudah sejak tadi menonton akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya. Pria itu tersenyum simpul melihat wajah kesal Adelion yang sedang menatapnya.
"Kau hebat juga bisa merasakan keberadaanku," Ujar Fairuz.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" Ujar Adelion dengan mata merahnya.
"Aku hanya sedang lewat saja," Ujar Fairuz.
Sebuah panah yang terbuat dari kristal hampir saja menusuk kepala Fairuz. Pria itu lalu tersenyum simpul melihat Adelion yang kesal karena serangannya yang di hentikan oleh Fairuz. Adelion tau jika dia tidak bisa menyentuh atau bahkan memembunuh para peri karena kutukan itu.
"Ternyata kutukan darah itu benar," Ujar Fairuz sambil tersenyum tanda kemenangan.
Adelion tetap diam, saat ini dia sedang merasakan jantungnya yang tercabik-cabik karena menyerang peri. Tubuhnya memang akan merasakan rasa sakit seperti tercabik-cabik ketik berniat membunuh peri. Nafas Adelion kini sudah tidak beraturan seperti ia baru saja lari marathon. Panah es yang tadinya masih berada satu senti di kepala Fairuz tiba-tiba jatuh.
"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti gadis itu," Ujar Fairuz sambil menepuk pundak Adelion.
Fairuz lalu berjalan menuju Yuna yang masih tertidur lelap. Pria itu tersenyum kita melihat wajah Yuna yang sedang tertidur. Fairuz lalu mengelus rambut Yuna kemudian mencium kening gadis itu. Adelion yang melihat hanya bisa memberi tatap tajam pada Fairuz, ai sudah sangat lemah akibat menyerang Fairuz.Di tambah lagi dengan tubuhnya yang sedang menahan rasa tercabik-cabik.
"Selamat malam peri kecilku," Ujar Fairuz sambil tersenyum pada Yuna lalu mulai menghilang.
"Cepat nona, kita harus memilih hewan pelindung kita," Ujar Bella menarik Yuna ke sebuah tempat."Iya, bukannya hewan itu yang memilihkan kita?" Ujar Yuna."Walau begitu kita harus cepat datang agar hewan itu memilih kita lebih dulu," Ujar Bella.Yuna manatap kagum pada semua hewan yang ada di area paralel ini. Mereka masing-masing memiliki ukiran di tubuhnya yang memandang kekuatan yang di miliki hewan-hewan itu. Yuna masih belum menemukan hewan penjaga miliknya, setiap Yuna mendekati hewan-hewan itu maka mereka langsung bergetar dan berlari dari Yuna. Seolah-olah Yuna adalah predator mereka."Tidak ada yang memilih aku, sebagai tuan mereka," Ujar Yuna melihat Bella yang asik dengan hewan penjaga miliknya yaitu kelinci penjaga.Hewan milik Bella terlihat imut dan bahkan lebih lucu dari kelinci di bumi. Yuna bahkan berfikir alasan para hewan menghindarinya adalah kerena dia tidak setengah hewan atau berasal dari bangsa manusi. Yuna membuang nafas p
Acara berburu kemarin di tunda, seorang gadis masih sibuk mendekati para hewan penjaga. Kini Yuna hanya diam saat lagi-lagi tak ada hewan yang ingin mendekat padanya. Besok adalah hari pelaksanaan berburu tapi gadis itu malah memilih untuk duduk sambil bermain dengan kelinci yang menyimpan jiwa Bella. "Kenapa tidak ada yang memilihku? Apa aku terlihat jelek?" Ujar Yuna. "Bella cepatlah sembuh, aku bosan tanpa kau," Ujar Yuna. Kelinci itu lalu mengelus tangan Yuna seolah mengerti maksud gadis itu.Yuna tiba-tiba mendengar sesuatu yang seperti memanggilnya. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk mencari suara itu saat rasa penasarannya mulai meresahkan hatinya. Suara itu semakin keras saat Yuna berada di sebuah taman yang sangat tua dan terlihat tidak pernah di datangi oleh siapapun.Yuna masuk dalam taman itu dan sampai di sebuah Vila yang di penuhi lumut seperti tak ada yang pernah mengurus villa itu.
Hari ini adalah hari berburu. Satu persatu para bangsawan masuk ke dalam sebuah portal dan sampai di hutan Azka yang merupakan hutan paling subur dan kaya di dataran ini. Semua orang mengendarai hewan penjaganya masing-masing dengan bangga.Yuna datang terlambat karena kesiangan, gadis itu datang bersama dengandengan Azura. Yuna masuk sambil duduk di atas sebuah rubah putih keren paksaan dari Azura sendiri. Perlahan semua orang melihat gadis itu dengan tercengang."Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu menunggangi hewan suci legenda?" Ujar seorang bangsawan."Dari yang aku dengar semua hewan suci sangat sombong dan tidak akan mau menurut pada tuan yang lemah.""Tapi aura gadis itu saja tidak ada, mana mungkin hewan suci itu mau melakukan kontrak?"Yuna turun dan merasa tidak enak dengan semua bangsawan yang melihatnya. Tiba-tiba Adelion tiba membuat semua perhatian tertuju padanya, pria itu sedang duduk di atas seekor Harimau putih yang cukup besar
Yuna duduk bersama dengan bangsa Atarel, mereka menyambut Yuna dengan sangat gembira dan berterimakasih atas pertolongannya itu. Api kini menjadi pencahayaan mereka malam ini, Yuna lalu melirik tubuh Adelion dengan luka di punggungnya yang sudah di balut kain bersih."Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Obat yang di buat tetua kami sangat membantu menyembuhkan luka" Ujar Star."Aku tidak mengkhawatirkan dia, huh" Ujar Yuna memalingkan kepalanya.Luka di lengan Yuna sudah di balut kain sama seperti Adelion. Kini gadis itu sedang sibuk memandang api dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Perlahan Adelion bangun lalu duduk di sebelah Yuna dengan santai dan tampa beban. Yuna akhirnya sadar dari lamunannya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.Yuna refleks menjauh dari Adelion, pria itu menatap bingung pada Yuna yang menjauh darinya. Adelion lalu melemparkan senyuman pada Yuna yang membuat
Yuna kini sudah kembali ke istana. Gadis itu kini sedang minun teh bersama Fairuz, pria itu tiba-tiba muncul dan mulai merengek pada Yuna untuk minum teh bersamanya di taman. Setelah kembali dari hutan Azka kini Adelion memiliki kesibukan yang Yuna tidak tau itu apa. Tebakan gadis itu hanya satu yaitu masalah kerajaan Emerlan. "Ada apa? Tumben kau datang secepat ini," Ujar Yuna. "Di istana peri akan di adakan pertarungan sihir, pertarungan sihir hanya di adakan sekali selama 100 tahun. Pemenangnya bisa meminta apa saja pada sang ratu" Ujar Azura dengan semangat. "Lalu?" Tanya Yuna. "Semua kerjaan akan hadir ke acara sihir itu. Akan ada yang mewakili setiap kerajaan dalam lomba itu, kau bisa ke sana dan menonton jika kau mau," Ujar Fairuz. "Aku tidak bisa, aku tidak terlalu suka berada di keramaian," Ujar Yuna. "Kau yakin? Semua orang tau kerjaan peri memiliki sejarah
"Bella, kapan kita akan sampai." Yuna telihat lesu."Kita baru naik kereta kuda dua puluh menit yang lalu, nona. Perjalanan kita mungkin menghabiskan waktu cukup lama, nona.""Bukan itu masalahnya, aku sangat mual naik kereta kuda ini," Ujar Yuna sambil menutup mulutnya karena hampir muntah."Ughkk... Beri aku air," Ujar Yuna sambil mengelap bibirnya."Ini airnya nona, apa nona baik-baik saja?" Ujar Bella dengan nada khawatir."Aku tidak apa-apa, hanya mabuk darat saja. Sepertinya aku tidak terbiasa duduk dalam kereta kuda," Ujar Yuna."Apa kita istirahat di sini dulu, nona?" Ujar Bella."Tidak perlu aku sudah punya rencana, bantu aku mengikat rambutku ini." Yuna langsung memerintahkan sang kusir untuk menghentikan kereta kuda.Yuna turun dari kereta di ikuti Bella di belakangnya. Gadis itu menyentuh sebuah batu dan memikirkan sesuatu di otak hingga sebuah pakaian pria telah melekat di tubuhnya. Yuna menaiki kuda cadangan yang
Lucas menatap penuh selidik pada buku yang di bawa Yuna, ia bisa merasakan ada hawa buruk dalam buku tersebut. Meskipun tau akan hal itu Lucas memilih untuk diam saja dan terus mengawasi buku tersebut. Bukan tanpa sebab Lucas membiarkan buku aneh itu berada di tangan Yuna, buku itu adalah hadiah yang di pilih Yuna untuk temannya maka ia tidak berani bertindak gegabah. Buku tersebut memang memiliki hawa yang buruk namun anehnya, hawa itu sama sekali tidak bisa menyakiti atau masuk ke seperti parasit di tubuh Yuna. Bella terus mengikuti Yuna kemanapun ia melangkahkan kaki di pasar ini. Terkadang ia menasehati Yuna, namun melihat Yuna yang tersenyum lebar membuat Bella menyadari satu hal tentang Yuna, ia menyukai kebebasan. "Lucas kenapa kau bengong saja? Ayo," Ujar Yuna dan menarik tangan Lucas menuju sebuah festival sambutan dari para rakyat kerjaan pergi untuk dewa mereka. Terlihat sebuah patung besar berwujud seorang gadis muda nan cantik yang sedang t
Yuna terbangun dengan keringat yang membanjir tubuhnya, deru nafasnya kini tak lagi beraturan. Rasanya tubuhnya lemas dan tak bertenaga, "Kau sudah bangun?" Suara itu membuat Yuna menoleh ke arah jendela. Pria dengan pakaian bangsawan sedang duduk di pinggir jendela dengan sebuah buku di tangannya. Mata merah darah itu menyoroti Yuna dengan menusuk. Adelion tampak sedang dalam suasana yang tidak baik. "Kau keluar tanpa seizinku," Ujar Adelion dengan suara berat yang terasa mendominasi. "Ehmm.. Itu, aku. Aku hanya ingin melihat kota peri," Ujar Yuna yang menciut melihat Adelion menatapnya begitu tajam. Adelion kemudian berjalan menuju Yuna yang memainkan jari-jarinya seraya duduk menunduk. Yuna kemudian mendongak saat merasa Adelion telah berdiri di samping kasur. "Yuna, dengarkan aku baik-baik. Aku bisa langsung membunuhmu jika tidak menuruti perintahku!" Bisik Adelion di telinga Yuna. Jantung Yuna seakan tak berdetak, ia takut dengan