Share

Bab 3

Yuna dan Adelion menunggangi harimau putih itu. Gadis itu terkesima melihat pemandangan dari atas ini, sangat indah. Mereka lalu mendarat di sebuah danau. Ada beberapa makhluk kecil yang tiba-tiba menghampiri Yuna. Makhluk kecil itu menarik tangan dan baju Yuna seolah-olah menyuruhnya ikut terbang bersamanya di atas danau yang indah itu.

"Apa sayap ini bisa terbang?" Tanya Yuna sambil menatap Adelion.

"Tentu, coba bayangkan kamu bisa terbang," Ujar Adelion.

Yuna menutup matanya membayangkan dia bisa terbang. Yuna membuka matanya dan melihat tubuhnya sudah melayang di atas tanah. Gadis itu tersemyum bahagia, tubuhnya terasa sangat bertenaga. Sungguh persaan ini sangat luar biasa menyenangkan, gadis itu kemudian terbang bersama makhluk kecil itu di atas danau. Tubuh Yuna seolah-olah bergerak sendiri, ia menari. Tarian ini sangat asing bagi otaknya tapi tubuhnya terasa familiar dengan tarian ini. Kaki Yuna menyentuh air sambil menari, sekarang dia terlihat menari di atas air.

Makhluk kecil itu mengelilingi Yuna yang sedang menari untuk menghiasi tarian gadis itu. Yuna lagi-lagi tersenyum ia larut dalam tarian itu. Adelion yang sudah sejak tadi menonton, pria itu duduk di bawah pohon bersama dengan harimau putih miliknya itu. Sudut bibir pria itu terangkat melihat Yuna yang selalu saja tersenyum dalam tariannya.

Tarian gadis itu berakhir. Makhluk kecil itu memberikan sebuah rangkaian bunga yang di bentuk menjadi sebuah mahkota yang indah. Mahkota bunga itu bercahaya ketika berada di atas kepala Yuna. Gadis itu tersenyum melihat mahkota yang indah itu.

"Terimakasih," Ujar Yuna sambil melemparkan senyuman manisnya.

Makhluk kecil itu kemudian menarik baju Yuna untuk ikut dengannya masuk ke dalam hutan. Yuna mengikutinya dan masuk bersama makhluk kecil itu. Gadis itu terkesima melihat sebuah pohon yang luar biasa besar itu, sangat indah di mata Yuna. Gadis itu melihat kebawah pohon sambil memicingkan mata untuk memperjelas bahwa ia tidak salah melihat ada sebuah desa  kecil dibawah sana.

Makhluk kecil itu terbang kebawah, Yuna mengikutinya. Yuna lagi-lagi memasang wajah kagum melihat segerombolan mahluk kecil nan imut itu. Kaki Yuna menyentuh tanah lalu mulai memperhatikan aktivitas makhluk kecil itu dengan penasaran.

"Apa mereka keluargamu?" Ujar Yuna lalu di balas anggukan lucu dari makhluk kecil yang datang bersamanya tadi.

Yuna memperhatikan rumah makhluk kecil itu yang ternyata terbuat dari pohon dengan atap seperti jamur. Makhluk kecil itu sadar akan kedatangan Yuna lalu terbang mengitari Yuna dengan lucu. Gadis itu lagi-lagi tersenyum, entah sudah yang keberapa kali lagi. Hatinya senang, belum pernah ia merasakan rasa seperti ini. Sungguh ia belum pernah merasakan perasaan ini sejak sepuluh tahun lalu.

"Sangat lucu, ingin rasanya aku membawa kalian pulang," Ujar Yuna.

"Kau ingin itu?" Ujar Adelion yang tiba-tiba datang di sebelah Yuna.

Para makhluk kecil itu tiba-tiba bersembunyi di belakang Yuna dengan tubuh gemetar. Adelion saat ini sedang menatap tidak suka pada makhluk kecil yang selalu menempel pada Yuna. Pria itu kesal lalu memberikan tatapan tajam yang mampu membuat para makhluk kecil itu gemetaran.

"Yak, kau membuatku kaget saja," Ujar Yuna sambil mengelus dadanya.

Pria itu lalu mengambil satu mahluk kecil itu dan mulai memperhatikannya. Yuna menatap tak suka pada Adelion yang membuat mahluk kecil yang imut itu gemetar hebat lalu menagis. Yuna merampasnya dari tangan Adelion lalu memberikan tatapan tajam pada pria itu.

"Perela," Ujar Adelion.

"Maksudnya?!" Ujar Yuna sambil memiringkan sedikit kepalanya.

"Nama mahluk jelek itu Parela, sihirnya adalah tanaman," Jelas Adelion dengan wajah datarnya.

"Wah, apa dia bisa menumbuhkan tanaman?" Tanya Yuna.

"Dia tidak bisa, mereka hanya bisa membuat tanaman yang layu menjadi subur. Bisa di bilang mereka itu hanya pupuk untuk tanaman," Jelas Adelion lagi.

Pria itu lalu merapalkan sesuatu sekali lagi hingga seekor kucing muncul dan berubah menjadi manusia. Kucing itu adalah kucing yang dia lihat di rumahnya dulu di bumi.

"Salam nona. Aku adalah Sarfaras dari bangsa kucing," Ujar nya lalu membungkuk pada Yuna.

"Dia bisa menjelaskan semua yang ingin kau tau tentang dunia ini," Ujar Adelion.

Yuna memberikan senyuman pada Sarfaras. Pria itu terkesima melihat senyum Yuna yang indah itu. Adelion menatap tak suka pada bawahannya yang lancang menatap Yuna, mata Adelion berubah merah lalu tiba-tiba Sarfaras sujud seketika.

"Apa yang kau lakukan di sana Sarfaras?" Tanya Yuna pada Sarfaras yang baru saja bersujud di hadapannya.

Adelion lalu menarik pinggang Yuna membawanya naik ke atas macan putih dan meninggalkan Sarfaras yang masih bersujud di sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Hei, kenapa kau meninggalkan Sarfaras? dia masih bersujud di sana," Ujar Yuna.

Adelion tak peduli, pria itu masih diam menatap datar pada Yuna. Tiba-tiba Adelion mendaratkan bibirnya pada bibir Yuna. Itu hanya sebuah kecupan tanpa ada nafsu sedikit pun. Adelion hanya menempelkan bibirnya di bibir Yuna lalu melepaskannya dalam beberapa detik.

Kecupan itu sangat singkat tapi mampu membuat pipi Yuna memerah seperti tomat. Tak bisa ia sangkal kejadian itu membuat jantungnya maraton secara tiba-tiba. Yuna diam sambil bermain dengan pikirannya sendiri. Selama perjalanan tak ada percakapan antara keduanya hingga mereka tiba di istana.

"Kamu tidak boleh lagi keluar dari area istana," Ujar Adelion lalu pergi.

***

Selama satu minggu Yuna hanya dia di dalam istana. Makan, tidur dan mandi adalah rutinitas harian gadis itu. Yuna menghela nafas entah sudah kesekian kalinya. Tiba-tiba seekor kucing muncul di hadapan Yuna, kucing itu adalah Sarfaras.

"Aku ingin bertanya sesuatu, apa boleh?" Ujar Yuna yang di balas anggukan dari kucing itu.

"Kenapa Adelion tidak memiliki ekor atau telinga seperti hewan?" Tanya Yuna.

"Tuan itu adalah bangsa Vampir yang bisa sihir, hanya ada beberapa vampir di dunia ini dan setiap vampir memiliki kekuatan yang luar biasa kuat dari kami yang bangsa Nathel, bangsa setengah manusia dan hewan tidak bisa melakukan sihir. Hanya ada beberapa saja yang bisa tapi itu jauh lebih lemah di bandingkan dengan milik bangsa vampir," Jelas Sarfaras.

"Apa! vampir?! Apa dia juga punya taring dan meminum darah?" Tanya Yuna yang kaget mendengar penjelasan Sarfaras.

"Ah, biar aku ceritakan saja supaya nona bisa mengerti," Ujar Sarfaras.

"Jadi bangsa vampir itu adalah nama kutukan bagi bangsa Astaka yang merupakan bangsa terkuat di dataran Peratelan ini, mereka mendapatkan kutukan dari seorang peri. Nenek moyang mereka dulu pernah membunuh seorang peri yang menyebabkan sang Ratu peri memberikan kutukan pada semua bangsa Astaka. Karena kutukan itu perlahan bangsa astaka mulai mendapatkan banyak malapetaka. Populasi mereka menurun drastis dan menjadi langkah," Jelas Safaras.

"Kutukan itu masih belum bisa di putuskan hingga saat ini. Pada bulan merah para bangsa astaka harus meminum darah mereka sendiri dan merasakan kematian untuk sesaat, tapi setelah mereka bangkit tubuh para bangsa astaka menjadi dingin seperti es."

"Jadi itulah kenapa bangsa astaka di sebut vampir," Ujar Safaras.

Yuna diam tak lama akhirnya tidur kerena cerita panjang dari Safaras. Gadis itu hanya mendengarkan sebagai cerita dari Safaras. Adelion mendekat pada Yuna yang sudah tertidur lelap, sementara Safaras segera pergi meninggalkan keduanya.

"Maafkan aku," Ujar Adelion lalu meninggalkan Yuna yang masih tertidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status