“Terima kasih untuk tetap hidup. Saat itu dadaku terasa sesak dan akan meledak melihatmu tak sadarkan diri,” Rey mengungkapkan semua yang ia rasakan di kala Kayla tertembak.
“Kenapa kau melakukan itu semua? Apa kau memiliki sembilan nyawa!?” Rey menimpali perkataannya.“A-aku....” ucapan Kayla tertahan dan jarinya tak berhenti memainkan cincin yang ia kenakan.Rey mendekatkan tubuhnya dan memeluk Kayla dengan sangat erat.
“Tetaplah hidup sehat dan berdiri tegak bersamaku di sini. Aku ingin menikahimu dan memiliki anak kembar yang mirip sepertimu! Dan aku mau melihatmu dengan rambut keabuan,” Rey menatap Kayla dengan tatapan mata yang sayu.Mendengar ucapan Rey, air mata Kayla menetes dan gadis itu memeluk erat pria yang ada di hadapannya itu, tangisan Kayla semakin menjadi-jadi membuat Rey khawatir.“Apa yang kau rasakan? Apa lukanya masih sangat sakit? Kay jawab pertanyaanku ini, jangan di
Mikayla Antawiguna gadis berusia 20 tahun, dia adalah anak yang baik dan penuh energik, gadis itu sangatlah menyanyangi dan mencintai keluarganya. Kayla mempunyai adik yang tidak kalah cantik darinya Natasya Antawiguna nama adiknya, Ayah Kayla adalah seorang pengusaha yang terbilang sukses dalam mengelola beberapa perusahaannya di dalam negeri mau pun di luar negeri, dia adalah seorang ayah dan suami yang baik selalu sabar dan penyayang, dan Renata adalah sosok ibu dan istri yang sangat perhatian dan pengertian, kehidupan mereka sangat bahagia tak ada keluh kesah dalam kehidupan mereka. Ketika di hadapi masalah berat sekali pun Erlan dan Renata selalu berusaha menyelesaikan dengan tenang tanpa membuat kedua anaknya merasa khawatir. Di suatu pagi yang cerah udara dingin menusuk tubuh suara kicauan burung menambah keasrian suasana pagi yang indah selain suara burung terdengar dering jam yang nyaring memekakkan telinga.
Dengan berat hati Dokter Robi menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir tipis Kayla. “Kami telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi Tuhan berkehendak lain! nyawa Tuan Erlan tidak dapat kami selamatkan.” Jelas dokter Robi dengan lembut. “I-itu, t-tidak mungkin! Ayah saya masih hidup Dokter... mana mungkin dia tega meninggalkan anak beserta istrinya?” Ishak tangis Kayla menggema, Dokter Robi menepuk bahu Kayla dan pergi meninggalkan Kayla yang masih terisak mendengar kabar tersbut. Gadis itu masih larut dalam pikirannya dia juga bingung harus berbuat apa dan harus bagaimana menghadapi ibu dan adiknya di rumah, kepala Kayla di penuhi dengan pertanyaan dan penyangkalan tentang kematian yang tiba-tiba. Dalam perjalanan pulang Kayla terdiam dan termenung, hidup tanpa kehadiran sang ayah yang selalu mencintainya dengan segap jiwa dan raga, kini sampailah Kayla di kediamannya. Pak Joko sang so
“A-aku baik-baik saja! Maafkan aku selama ini telah membuat kalian khawatir!” Ucap Kayla seraya memeluk adiknya. Mereka berdua masih meringkuk dan berpelukan dengan sangat erat tiba-tiba Kayla berteriak dengan sangat lantang membuat orang di sekitarnya menoleh ke arahnya, Tasya sedikit bingung namun dia merasa bahagia melihat kakaknya telah kembali seperti sedia kala dan kini mereka menikmati suasana bahagia di saat itu. Meski Kayla masih merasa sedikit sedih tapi dia mencoba mengikhlaskan semua yang telah terjadi, kedua gadis muda tersebut ikut bernyanyi bersama penonton lain sekedar menghilangkan beban yang selama ini dia pendam. Hari semakin sore sinar mentari semakin meredup menandakan malam telah tiba gemerlap lampu LED menambah keindahan taman, karena merasa lelah Tasya menepi dan duduk di pinggir taman. “Apa yang Kakak pikirkan?” Tasya menyenggol bahu Kayla. &nbs
Kayla masih kebingungan mencari cara agar bisa menutupnya kembali rak buku itu, tetapi semua cara yang ia lakukan tidak berhasil. Saat melangkah kembali tidak sengaja menyandung pilar di sebelah kursi kerja ayah dan rak buku itu bergeser otomatis dan menutup rapat kembali. 'Apa yang aku lihat tadi itu nyata? Atau aku hanya berhalusinasi belaka?' tanyanya dalam hati. “Tapi bagaimana mungkin itu tampak nyata sekali?” Kayla terus berjalan sembari berjalan mondar-mandir. &
“Diam! Dengarkan ucapanku baik-baik. Kecelakaan yang menimpa Ayahmu itu di sengaja dan itu bukan murni kecelakaan.” Bisiknya lirih di telinga Kayla. “Lalu, siapa yang tega mencelakainya? Apa aku harus percayaimu? Aku tidak menge--,” Suara Kayla tercekat. “Kau harus percaya dan carilah bukti di kota xt!” Pria itu meninggalkan secarik kertas di pangkuan Kayla. Segera Kayla menoleh sekelilingnya berharap bisa melihat pria yang memberitahu tentang tragedi yang menimpa ayahnya. Namun pandangan mata Kayla kabur akibat dekapan tangan pria misterius tersebut. Kayla mengusap-ngusap kedua matanya berharap bisa melihat jelas sosok pria itu. Namun sepasang matanya tidak menangkap siapa pun selain orang gila yang berdiri tak jauh darinya, secepat kilat Kayla berlari mengejar jejak pria misterius tersebut. “Sialan! Cepat sekali pria i
Langkah kakinya gontai masuk ke dalam rumah dan Kayla menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu, terdengar suara nafas yang memburu keringatnya jatuh bercucuran. “Hay Bu...,” sapa Kayla lembut. “Hay Sayang,” Erlina menyuguhkan senyuman tipis. “Besok sore Kayla berangkat ke kota xt, Bu.” Kayla beranjak dan duduk menatap ibunya. “Kenapa? Bukanya minggu depan kamu berangkat ke sana?” Erlina menelisik penasaran anak gadisnya. “K-Kayla... a-ada tugas kuliah juga di sana, Bu.” Jawab Kayla gugup. “Benarkah? Kebetulan sekali, ya?” Tukas Erlina. “Jika di sana kamu kesulitan langsung telepon Ibu dan ingat, jangan membahayakan diri sendiri, ok!!” Ucapan Erlina yang penuh penekanan. “Siap Bos, laksanakan!” Seru Kayla dengan di sertai tawa kecil. “Cepat mandi! Bau asem,” selorohnya dengan jari yang memencet hidung. Suasana hati Kayla sangat bahagia saat ini karna mendapa
Mata Kayla membulat sempurna seraya melontarkan pertanyaan-pertanyaan, “Siapa kalian? Dan apa mau kalian semua?” “Kau tak perlu tahu siapa kami, aku tekankan padamu. Cepat pergi dari kota ini dan jangan pernah kembali lagi!!” tandasnya penuh penekanan. Kayla menelisik kedua pria yang duduk berdampingan dengannya, tanpa di sengaja sepasang matanya menangkap sebuah Relover di balik jaket pria tersebut. ‘Ada rahasia apa di kota ini? Apa yang harus aku lakukan agar bisa lolos dari mereka?!’ Batin Kayla. “Kau dengar ucapanku tidak!!” Bentak pria itu di telinga Kayla. Dan teriakan tersebut membuat Kayla tersadar dari lamunannya, “Aaah, i-iya saya dengar....” “Besok kau harus sudah angkat kaki dari kota ini!!” Ancam pria itu dengan nada yang meninggi. Kayla mengangguk mengerti, telapak tangan gadis itu di basahi keringat. Jantungnya berdegup kencang kecemasan terlihat jelas di wajahnya, ta
Tasya terus menangis tanpa henti melihat saudarinya yang tak kunjung sadar. Beberapa menit berlalu mobil ambulans pun datang membawa Kayla ke Rumah Sakit Cahaya Harapan, sesampainya di rumah sakit Kayla bawa ke UGD, gadis itu di periksa oleh beberapa dokter. “Nyonya Erlina Antawiguna...,” perawat memanggil Erlina dengan suara lantang. “Saya, suster. Ada apa?” Erlina sangat panik menatap perawat wanita itu. “Dokter Ari mau menyampaikan sesuatu!” Perawat itu menuntun Erlina menuju ruang kerja Dokter Ari, orang yang menangani Kayla. Erlina mengikuti langkah suster dan dokter pun berbicara tentang kondisi Kayla, betapa kagetnya Erlina mendengar penjelasan dari dokter bahwa anaknya di bius dengan dosis yang tinggi, bisa membuat Kayla tertidur dua sampai tiga hari ke depan. “Astaga... apa tidak ada cara menyadarkan anak saya, Dok?” Erlina mendekatkan wajahnya ke wajah Dokter Ari. “Nyonya jangan kawatir, tidak ada hal serius dalam masal