Share

Bab 2

Bagaimana ini? Tidak akan direndahkan, 'kan?

"Oke."

Di luar dugaan Amel, pria ini tampak biasa saja, seakan tidak merasa dirinya tidak sopan. Amel pun menghela napas lega, lalu tanpa sadar mengulurkan kue dan sendok dengan kedua tangannya kepada pria itu.

Dimas tidak suka makan makanan penutup, tapi karena tidak boleh bersikap tidak sopan, dia juga menerima kue itu dengan kedua tangannya.

Aroma krim yang bercampur dengan aroma stroberi langsung masuk ke hidung Dimas, cukup lembut dan tidak kuat.

"Kamu yang buat?"

"Ya. Ini adalah produk baru toko kami yang paling disukai ...." Berbicara sampai setengah, Amel menutup mulutnya dengan agak canggung.

Amel terlalu menikmati kesenangan membuat makanan penutup. Impian terbesarnya adalah kelak bisa membuat mereknya sendiri. Jadi, begitu membicarakan makanan penutup, dia selalu tanpa bisa ditahan berbicara lebih banyak.

Dimas juga tidak tahu apakah karena terpengaruh oleh wanita di depannya ini, dia bisa-bisanya merasa makanan penutup yang kelihatannya tidak terlalu bagus ini membawakan kesenangan menunggu dicoba olehnya.

Awalnya Dimas tidak berencana memakan kue itu, tapi sekarang dia merasa boleh mencobanya.

Hanya satu gigitan, mata Dimas memancarkan kilat. Kemudian, seiring dengan tatapannya yang melembut, Dimas kembali menengadah dan menilai wanita di depannya ini.

Cantik, bersih dan mata itu seperti danau yang tenang dan juga bersih.

Dimas bertanya dengan sedikit tertarik, "Apa kamu mengenalku?"

"Ya."

Tangan Dimas berhenti bergerak.

"Umurmu 28 tahun, kamu anak kedua dari tiga bersaudara, rumahmu di Kota Cipusa. Setelah lulus S2, kamu langsung bekerja di Grup Angkasa. Sekarang kamu menjabat sebagai manajer departemen di Grup Angkasa."

Haha! Ekspresi Dimas tetap seperti biasa. Dia kembali memasukkan satu suapan makanan penutup ke dalam mulutnya.

Dia memang lulusan S2, tapi saat ini dia bukan menjabat sebagai manajer departemen di Grup Angkasa.

Sebaliknya, kali ini Dimas menyembunyikan identitasnya kemari karena ingin menyelidiki keadaan korupsi di dalam perusahaan cabang.

Dimas menerima kabar di perusahaan utama bahwa ada orang yang mengorupsi dana perusahaan, selain itu jumlahnya juga tidak sedikit.

Hubungan dalam perusahaan cabang rumit. Sebagai kepala Grup Angkasa, Dimas harus menyelidiki masalah ini dengan jelas.

Wanita bodoh ini bisa-bisanya salah mengenali pria yang dijodohkan dengannya.

Meski bodoh, Dimas tidak merasa jijik. Sebaliknya, dia merasa wanita ini sangat tulus dan jujur. Sifat wanita ini sama seperti kue buatannya, manis tapi tidak membuat enek.

Dimas melihat Amel yang berada di hadapannya dan tanpa bisa menahan diri bertanya, "Kenapa kamu mau datang kencan buta?"

Amel berpikir sebentar, lalu memutuskan untuk mengatakan pemikiran aslinya, "Sebenarnya impian terbesarku adalah berkarier di bidang makanan penutup. Aku mengikuti perjodohan dan menikah hanya demi membuat keluargaku tenang. Selain itu, aku merasa perjodohan lebih sederhana dan praktis, bisa dengan cepat menemukan pasangan yang sepemikiran. Lalu, semuanya selesai setelah menikah, tinggal melewati hari-hari dengan sehati saja. Daripada mencari percintaan yang sejati, aku lebih suka perasaan yang tumbuh secara perlahan, dari keseharian biasa." Seperti ayah dan ibunya Amel.

Dimas menaikkan alisnya. Dia tidak menyangka wanita yang baru lulus tidak lama ini ternyata sepemikiran dengannya.

Dimas hidup di keluarga yang besar dan sudah melihat terlalu banyak kebohongan terhadap satu sama lain. Setelah dewasa dan meneruskan bisnis keluarga, dia juga makin merendahkan konspirasi dan trik-trik di dunia bisnis. Jadi, saat menghadapi wanita-wanita yang dijodohkan keluarganya, dia lebih banyak merasa tidak tertarik dan tidak berdaya.

Namun ....

Dimas melihat ke arah Amel, lalu bertanya, "Bagaimana dengan permintaan lain?"

Amel bertanya dengan agak bingung, "Apa lagi? Maksudmu rumah, mobil dan sebagainya?"

Bibi Mirna bilang pria ini baik dan berbakti. Setelah bekerja, pria ini terus menjaga adik yang sakit di rumah dan untuk saat ini belum membeli rumah ataupun mobil.

Amel pun berkata dengan nada menghibur, "Tenang saja, Bibi Mirna sudah bilang padaku. Nggak apa-apa kalau sekarang belum mampu membeli rumah ataupun mobil. Kamu begitu berusaha, pekerjaan juga lumayan bagus. Selama giat bekerja, kelak pasti akan punya."

Dimas tersentak.

Dia? Tidak mampu membeli rumah dan mobil?

Jadi, pria yang dijodohkan dengan wanita ini adalah orang yang miskin?

Melihat Amel yang berwajah tulus, Dimas tiba-tiba membuat sebuah keputusan.

...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status